'madhava; 13'

104 4 0
                                    

SEBESAR apa pun benci Vidya kepada Vanda, tidaklah mungkin tega wanita itu tidak melempar uang bulanan kepadanya. Mengingat pula mantan suami Vidya sekaligus ayah Vanda telah bergelar almarhum karena menderita sakit keras beberapa tahun lalu. Menyisakan Vanda hidup seorang diri di bumi. Kehilangan sosok ayah adalah hal menakutkan bagi Vanda, tapi ada hal yang lebih ia takutkan; lenyap dari bumi lebih dulu sebelum ayahnya. Tidak akan pernah bisa ia meninggalkan ayahnya seorang diri di rumah, apalagi jika harus pergi untuk selamanya. Dan kini, Vanda hanya bisa berusaha berdamai akan masa lalu dan mengikhlaskan yang telah terjadi.

Tanggal tua atau waktu-waktu akhir bulan adalah hal paling tidak mengenakkan. Seperti saat ini, Vanda harus rela menghemat uang demi bisa bertahan hidup untuk esok hari. Ia akan menaiki angkot karena biaya lebih murah, karena biasanya ia lebih memilih ojek online di pagi hari agar lebih cepat. Mengingat juga Vidya belum mengiriminya uang bulanan. Berbeda dengan hari ini. Vanda berjalan dipinggir jalan seraya menunggu angkot melintas.

Ingat laki-laki di klab malam satu bulan lalu? Percayalah, rentetan pesan Vanda lakukan pada nomor laki-laki itu. Hasilnya nihil alias tak ada jawaban barang satu saja. Tidak ada. 2 minggu lebih usai peristiwa itu, Vanda mulai curiga dengan efek tubuhnya. Cewek itu lebih sering mual jika mencium beberapa jenis makanan seperti mie instan rasa soto yang biasa Vanda buat, lalu juga dengan beberapa aroma lainnya. Sungguh, ia berusaha keras berpikir positif.

Akan tetapi, Vanda memilih singgah ke sebuah apotek kala itu, membeli alat pengecek. Shock, pastinya hal itu Vanda rasakan saat melihat hasilnya. Lima tespek menjadi bahan uji coba dan melahirkan hasil sama semua. Lagi lagi ia berusaha positif. Menunggu hingga waktu menstruasi berikutnya, tetap tak kunjung tamu yang Vanda tunggu datang. Vanda sempat menangis tadi pagi, segala praduga buruk beterbangan di kepala.

Tin!

Tin!

"Anjing!" umpatan itu keluar dari salah satu seorang pengendara motor CRF. Seketika laju kendaraan itu berhenti, menepi ke pinggir terotoar. Vanda terlalu lama melamun lalu bergerak akan menyebrang masih dalam kondisi melamun, membuatnya tak sadar tiang lampu di dekatnya masih memancarkan warna hijau. Buka merah.

Pasti terkejutnya. Vanda berjalan mundur cepat. Hampir saja jatuh sebab terhuyung ke belakang. Cewek itu naik ke atas trotoar lalu seorang pemuda dengan helm cross hitam masih melapisi kepala berjalan ke arah Vanda. "Sorry banget, gue nggak sengaja," katanya. "Maaf banget. Lo nggak apa, kan?"

Sekali tarikan. Cowok itu melepas helm hingga Vanda mampu menangkap seluruh bentuk wajah laki-laki itu ke dalam bola matanya. Dan, perasaan terkejut dua kali manusia itu rasakan. Pertama, perkara insiden barusan. Kedua, perkara mereka yang saling kenal dan tak lagi bertemu usai insiden klub malam. Cakra berdiri tegak di depan tubuh cewek pemilik tinggi badan  sekitar setara dengan bahunya. "C-cakra?" monolognya.

"Apa?"

"Cak. G-gue hamil," final Vandaーtak mau lagi membawa masalah ini ke dalam jalur basa basi lagi, langsung intinya.

"Ya, pasti. Lo kan cewek."

"Cakra!" Vanda kembali memanggil nama cowol itu kala jawaban yang ia dapat dari pernyataannya tidak dipedulikan dan dianggap enteng tanpa beban. "Gue masih sekolah. Lo yang buat gue kayak gini. Lo ngilang gitu aja, Cak? Di mana perasaan lo?" Melakukan gerakan tanpa sadar, Vanda menarik lengan Cakra dan menatap nyalang cowok itu meski ada perasaan takut.

"Perasaan gue hilang. Gue juga tega."

Vanda diam di tempat. Menatap tak mengerti. Kepalanya terlalu lambat menerima maksut cowok itu atau memang ucapan Cakra yang sulit di mengerti. Vanda mendekat, menatap Cakra dalam. "Gimana selanjutnya?" tanya Vanda pelan. Percakapan dua orang ini mengundang tatapan curiga dari orang-orang sekita akibat gerak-gerik duanya. Tidaklah mungkin mereka tidak menaruh curiga, terlihat pula dari Vanda. Cewek itu dekat di depan Cakra, mencengkram kemeja flanel kotak-kotak milik Cakra.

MADHAVATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang