028.

308 29 77
                                    

The secret of getting ahead is getting started.

__

NEO pagi ini sudah ramai dengan kebiasaan murid-murid yang menghabiskan waktu mereka diluar kelas sebelum jam pelajaran pertama dimulai. Sama dengan halnya, Tsabina, gadis itu menghabiskan waktunya di taman belakang dengan buku Novelnya.

Terlalu fokus dengan novelnya, Tsabina. Gadis itu sampai tidak menyadari bahwa sudah ada seseorang berdiri di depannya. Lelaki itu berdehem kecil membuat sang puan mengalih pandangannya dari buku ke arah sumber suara. "Ngapain kesini?" tanya Tsabina tanpa melirik ke arah orang tersebut.

Theo, lelaki itu menghela nafas dan mendudukkan dirinya disamping sang gadis. "Aku mau minta maaf soal kemarin," ucapnya.

"Nggak usah minta maaf, gak ada yang salah juga."

"Maafin aku,"

Tak kunjung mendapat jawaban dari sang kekasih, akhirnya Theo mengambil buku novel itu dari tangan Tsabina. "Yo, kamu apa-apaan sih?! Siniin nggak novel aku!" ujar Tsabina tak suka,

"Dengerin aku dulu, Sa. Aku lagi minta maaf loh dari tadi sama kamu, kamu malah gak dengerin omongan aku sama sekali." Theo menatap sang kekasih.

"Aku udah bilang nggak ada yang harus dimaafin dan gak ada yang salah juga, Theo!"

Lelaki dengan nama Theo Grayson, menggelengkan kepalanya tak habis pikir. "Jangan kaya anak kecil bisa nggak sih, Sa?" ucap Theo sembari berdiri.

"Kamu bilang aku kaya anak kecil? Kamu kali yang kaya anak kecil. Kalo mau ngomong coba dipikir dulu, introspeksi diri baru bilang aku kaya anak kecil." kata Tsabina penuh emosi,

Theo melempar buku novel yang ia pegang ke tanah, "Gue udah bela-belain ya, minta maaf ke lo secara langsung bukan lewat chat atau telphone doang. Tapi balasan lo apa? Nggak ngehargain usaha gue sama sekali. Ini yang lo bilang nggak kaya anak kecil? Basi." ujarnya lalu beranjak pergi.

Gadis itu langsung memejamkan matanya sejenak, dan menghirup udara sebanyak-banyaknya.

***

KRINGG!

Bel istirahat pertama tlah berbunyi, guru-guru yang masih berada di dalam kelas pun langsung bergegas keluar. Sama halnya seluruh murid pun berdesakan hendak keluar kelas untuk menikmati makanan yang sudah tersedia di kantin untuk segera mereka lahap.

Suasana kelas 11 IPA 2, kelas Arka. Masih tersisa beberapa orang yang tidak pergi ke kantin. Sementara keempat lelaki itu tengah mengobrol kecil di dalam kelas sana sebelum akhirnya seseorang datang dan menyapa sang tuan.

"Hai, Arka." sapa Farah tersenyum dan mendekat ke meja sang tuan,

Arka menatap ke arah sang gadis tanpa mengeluarkan suara sedikitpun. "Lo gak ke kantin?" tanya Farah basa basi.

Lelaki itu melirik ke arah ketiga temannya, sembari terkekeh. "Far, lo kalo mau basa basi jangan sama gue." balasnya.

"Ada apaan emang lo kesini, Far?" tanya Dareel penasaran.

"Ketemu Arka lah."

Farah pun semakin mendekatkan dirinya ke arah Arka, duduk di atas meja lelaki itu, tak lupa dengan kipas ditangan sang gadis. Lambat laun tangan gadis itu mulai meraba anggota tubuh Arka, dan berhenti saat tangan mulus itu merangkul pundak Arka. "Elah, jangan deket deket sama Farah, Ka. Ntar lo gatel gatel lagi." ujar Haekal mengingatkan,

Perkataan Haekal sukses membuat ketiga lelaki itu tertawa lantang, membuat Farah berdecak sebal dengan teman lelaki itu. "EH HAEKAL! GAK GUE KASIH JAJAN LO YA!" tutur Farah emosi.

"Lah? Sejak kapan lo pernah kasih gue jajan, Far?" Haekal semakin tertawa kala melihat wajah merah Farah yang sudah terpancing emosi.

Melihat suasana yang sudah mulai tak kondusif, dan dirinya juga sudah mulai lelah dengan tingkah Farah. Memilih untuk meninggalkan kelasnya dan pergi ke kelas sebelah, kelas Naka.

"Eh eh, baby mau kemana?"

"Baby baby, lo kira temen gue hewan." balas Haekal lagi,

Lukas menoyor kepala Haekal pelan, "Diemin aja napa sih, Kal. Biar kakak kelas kita yang tercinta ini seneng." goda Lukas melirik ke arah Farah.

"CK!" Gadis itu berdecak dan meninggalkan ketiga lelaki itu.

//

Disaat semua murid bersiap menuju kantin, Tsabina, gadis itu malah memilih untuk berdiam diri di kelas sembari menutup kepalanya dengan tumpuan kedua tangannya sebagai bantalan. Ia merasa sedikit butuh ketenangan hari ini, mengingat pagi tadi ia kembali bertengkar dengan sang kekasih.

"Sa, kantin yuk!" ajak Nadine semangat,

"Lo berdua aja, gue lagi males keluar."

Nadine dan Tara saling bertatapan, "Sa, Are you okay?" tanya keduanya khawatir. Tak seperti biasanya temannya itu seperti ini.

"Gue gapapa. Udah lo berdua duluan aja ke kantin, ntar bel masuk gak sempet makan lo berdua." titah Tsabina tersenyum ke arah keduanya,

Tara berdiam diri sejenak, "Yaudah kalo gitu, lo sekalian ada yang mau di titip gak? Biar nanti gue sama Nadine beliin."

"Nggak makasih, udah sana."

"Duluan ya, Sa. Kalo ada apa-apa langsung telphone gue aja atau Tara." Nadine mengingatkan.

Setelah keduanya keluar, tak berlangsung lama keempat lelaki dari kelas sebelah pun masuk ke dalam kelas itu. Pemandangan pertama yang Arka lihat ialah seorang gadis yang menelungkupkan kepalanya di kedua tumpuan tangannya.

"Yo bro!" sapa Lukas kepada Naka,

Keempatnya bertos ala laki-laki, dan mendudukkan diri di kursi yang ada di kelas itu. Selama ia memasuki kelas 11 IPA 1, Arka tak henti-hentinya melirik ke arah sang gadis. Mengingat meja gadis itu berada di depan meja Naka, menjadi alasan utama juga untuk Arka karna pandangannya yang mudah sekali menengok ke arah meja gadis cantik itu.

"Kantin lah," ajak Haekal

"Gass."

Keempat lelaki itu beranjak dari kursi nya masing-masing, namun terhenti kala melihat sang Tuan tak kunjung berdiri. Membuat Lukas menyenggol lengan Arka, "Eh, cabut kenapa jadi lo diem." ucap Lukas.

"Duluan aja lo semua,"

Keempatnya saling bertatapan, bingung. Sampai akhirnya Dareel menyadari kemana arah pandangannya lelaki itu, langsung mengangguk paham dan memberi isyarat kepada ketiga temannya. "Noh, biarin aja." kata Dareel memberi isyarat melirik ke arah meja Tsabina.

Setelah kepergian keempat temannya, Arka, memberanikan dirinya untuk mendekat ke arah sang gadis yang masih setia menutup wajahnya. Diam beberapa detik untuk melihat respond dari Tsabina, namun seperti gadis itu sendiri tak sadar bahwa ada Arka dan teman-temannya sedari tadi.

Dikarenakan lelaki itu barusaja menemukan fakta bahwa gadis itu menggunakan Airpods sedari tadi. Pantas saja suara ribut obrolan Arka dan teman-teman, tak mengusik gadis cantik itu sedikitpun. Lelaki itu mengambil kursi dan duduk di sebelah meja gadis cantik yang masih terlelap. Tsabina merubah posisi tidurnya dengan tangan sebelah kiri menjadi bantalan nya tanpa membuka mata sedikitpun.

Arka tersenyum kecil melihat kemampuan sang puan merubah posisi tidur tanpa membuka mata sedikitpun. "Cantik," gumam Arka.

***

C U, LOVE'🦒🌈

BUTTERFLIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang