029.

287 26 68
                                    

You only live once, but if you do it right, once is enough.

__

EHEM! Arka berdehem kecil, belum juga mendapat respond oleh sang gadis. Sampai akhirnya Arka mengambil satu buah Airpods dari telinga Tsabina, membuat sang puan menengadahkan kepalanya. Menatap tak suka ke arah sang tuan.

"Lo ngapain dikelas gue?" kata Tsabina kaget,

"Gue udah dari tadi kali dikelas lo, emang lo nggak nyadar?"

Tsabina mengerutkan dahinya bingung, "Dari tadi?" gumam sang gadis. "Lo nggak nyadar sama sekali? Sama sekali?" ulang Arka meyakinkan, mendapat gelengan dari Tsabina.

Lelaki itu menggelengkan kepalanya tak percaya, dan melirik satu buah airpods yang tangannya pegang. "Sekenceng apa sih musik lo," ujar Arka mencoba memasang satu airpods itu ke telinganya.

Tak butuh waktu lama, lelaki itu sudah dapat mendengar alunan musik dari penyanyi Paramore - The Only Exception, dengan volume yang bisa Arka akui sendiri tidak akan mendengar suara apapun yang berada di sekitarnya jika sudah memakai airpods milik gadis cantik itu.

Arka menyodorkan airpods tersebut. "Gila, telinga lo apa gak sakit nyetel musik kenceng-kenceng?"

"Urusan lo apa telinga gue sakit apa engga, orang telinga telinga gue bukan telinga lo." balasnya judes,

Lelaki itu terkekeh melihat tingkat laku spontan Tsabina yang ia rasa sangat lucu dan menggemaskan. Arka melirik ke arah meja sang puan, terdapat sebuah novel yang masih baru di atas sana. Bahkan plastik buku itu saja belum terbuka. Kadang dirinya heran, mengapa gadis itu sangat menyukai sebuah buku dengan cerita yang terbilang cukup panjang di setiap buku dan judul lainnya, dan sangat gembira ketika membeli buku keluaran terbaru.

Arka beranjak dari kursinya, sembari salah satu tangan kekar itu dimasukkan ke kantong celananya. "Gue rasa gue cukup ngeganggu waktu lo sama pacar lo deh." ucap Arka tersenyum tipis ke arah sang puan.

"Maksud lo?"

"Tuh," kata Arka melirik ke arah sebuah buku baru yang berada di atas meja Tsabina, lalu berjalan keluar kelas sang gadis.

Tak disangka Tsabina ikut tersenyum tipis melihat tindakan konyol lelaki itu, yang menganggap bahwa buku novelnya itu ialah kekasih sejatinya. "Cowo aneh." gumam Tsabina.

***

Sebuah mobil barusaja tiba di sebuah Rumah mewah, Sang pengemudi pun turun dan disambut oleh pembantu yang ada dirumah tersebut. Pria yang masih lengkap dengan seragam Pilotnya, itupun melirik ke sekeliling. "Dimana Kresna?" tanya Pria itu.

Sang pembantu langsung menundukkan kepalanya sebentar dan menatap sang majikan, "Maaf tuan, Den Kresna belum pulang."

"Yasudah kalau begitu kamu lanjutkan pekerjaan dibelakang."

"Baik tuan." ucap sang pembantu berpamit pergi,

Sementara Pria itu mengotak atik ponselnya mencoba mengirim pesan dan menelphone ke seseorang, namun tak ada jawaban satu pun dari orang tersebut. Membuat sang Pria dengan jabatan sebagai Captain Pilot itu gusar. Ketika teringat sesuatu bahwa ada seseorang yang bisa ia hubungi pun, bergegas untuk menelphone nya.

Pria dengan nama lengkap Ade Chandra Pranoto, itu mencoba menelphone Adira, yang dimana bukan rahasia umum lagi bahwa keluarga Adira dan Arka berteman baik. Dan lewat Adira lah Chandra bisa mengetahui kondisi sang putera, "Halo, Adira." ucap Chandra.

Disisi lain, Alana yang mendapat panggilan telphone dari orang tua sahabatnya itupun langsung bergegas mengangkatnya. "Halo om," sapa gadis itu.

"Nggak om gapapa gak ganggu juga," ucap Alana sopan. "Ada apa ya, Om?" tanyanya lagi.

Alana pun melirik ke arah belakangnya, menampakkan sosok Arka dan teman-teman lelaki itu tengah asik bermain basket. "Kresna ada kok om, lagi ada ekskul bakset. Mungkin kita agak telat sedikit om pulangnya, gapapa kan?" ujar Alana hati-hati takut Chandra marah.

Setelah mengobrol sedikit panjang di telephone, akhirnya panggilan itupun terputus. Arka yang melihat sang gadis sedari tadi tengah mengobrol dengan seseorang di telphone pun langsung mendekat ke arah Alana, dan bertanya. "Telphone dari siapa?" tanya Arka menatap Alana penuh tanya.

"Hah? Engga bukan dari siapa-siapa. Tadi Ibu telphone nanya kapan pulang," balas Alana bohong, sembari tersenyum untuk menutupi kebohongannya.

Arka mengangguk paham, "Yaudah tunggu bentar, gue beres-beres dulu abis itu kita pulang." jawab Arka mutlak, mendapat anggukan setuju dari Alana.

Selama perjalanan hati Alana berkecamuk, bingung dan takut menjadi satu. Bagaimana kalau Arka tahu bahwa Chandra tengah berada di rumahnya, dan bagaimana jika Arka marah padanya karna tlah berbohong tentang sang penelphone tadi. Ah, mengenai masalah itu.. Alana hanya bisa pasrah, ia tidak bisa menahan Arka jika lelaki itu sudah marah besar.

Sesampainya didepan pekarangan rumah sang gadis, Arka, lelaki itu menatap bingung ke arah Alana. Mengapa gadis itu tidak langsung turun seperti biasanya? Tapi satu hal yang Arka sadari, Gadis disampingnya sedari tadi tidak benar-benar sadar. Melainkan gadis itu tengah melamun dan tidak sadar sama sekali bahwa keduanya sudah berada di pekarangan rumah Alana.

Arka terkekeh kecil. "Al, oi!" ucapnya menyadarkan sang gadis. "Hah? Apa apa?" kaget Alana menatap Arka.

"Lo ngelamun ya? Lagi mikirin apaan sih, cerita cerita lah."

"Nggak, gue gak ngelamun apa-apa." sangkal gadis cantik itu,

Arka menganggukkan pelan kepalanya, tidak mau memaksa gadis cantik itu agar terbuka dengannya sekarang. Setelah mengobrol kecil, akhirnya Alana turun juga dari mobil sport milik sahabat laki-lakinya, dan tak lupa Arka juga berpamitan dengan Ibunda Alana yang tengah menyambut kedatangan keduanya.

Rumi Arista, Ibunda dari Adira Tascha Arlana. Wanita cantik yang kini tengah memakai dress rumahan ciri khasnya itupun menyambut hangat kepulangan sang puteri dan sahabat baik anaknya itu. Wanita dengan Nama lengkap itu sering sekali mendapat nama panggilan yang berbeda dari orang lain yang memanggil Rumi pada umumnya. Arka, lelaki itulah yang selalu mengubah nama orang menjadi tidak biasa.

"Halo, tante Rista." sapa sang tuan,

Rumi tersenyum sembari menyodorkan tangannya kepada kedua anak itu yang kini juga menjabat tangan mulus itu. "Eh si ganteng, baru beres ekskul kamu?" tanya Arista,

Lelaki tampan itu tersenyum canggung, "Iya, Tan. Biar seger dan kuat, jadi nanti kalo tante butuh bantuan minta angkatin kantong belanjaan atau nyuruh benerin genteng. Aku bisa." balas Arka membuat Ibu dan Anak itu tertawa dibuatnya.

"Ada-ada aja kamu tuh, makasih ya udah anterin Adira pulang. Maaf loh Adira ngerepotin terus."

Arka yang mendengar itupun langsung membantahnya. "Nggak ngerepotin tante Arista yang paling cantik," jawabnya terkekeh.

"Ah bisaan kamu tuh kalo muji."

"Loh? Bener tau tante, tante Rista tuh paling cakep deh di komplek ini." puji Arka sembari menunjukkan jempolnya. "Oh iya ngomong-ngomong tante, Alana tau bukan Adira!" jelas Arka menyangkal ucapan Rumi.

Alana melotot dan mengusir lelaki itu, "Ck! Mending pulang deh lo, udah sana pulang pulang." usir Alana membuat Rumi menggelengkan kepalanya.

"Alana kan cuman boleh kamu doang kan yang manggil? Tante mana dibolehin manggil Alana" ledek Rumi disetujui oleh lelaki itu,

***

C U, DARL! 💌🪞

BUTTERFLIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang