We will never know the real answer before
we try.__
SEBUAH langkah besar memasuki rumah mewah itu, lengkap dengan pakaian kerja dinas yang masih terpasang di badan kekar itu. Jayden dan juga Jevo barusaja pulang, dan disambut dengan puteri manis nan cantik yang tengah mempersiapkan makan malam.
"Hai!"
"Hai, sayang." sapa Jayden mencium dahi Sang puteri,
Disusul oleh Jevo yang memeluk tubuh mungil sang adik. "Kamu masak?" tanya Jevo menaruh tas kerjanya di kursi makan. "Nggak, ini Mbak yang masak. Aku gak sempet tadi, pulang main kesorean." bohong sang puan.
Kedua lelaki itu mengangguk paham. "Yaudah ayo dinner!" ajak Jayden. Ketiganya sudah duduk di meja makan yang cukup luas dan besar dikarenakan hanya tiga orang saja yang selalu makan di meja besar itu. Tak lupa sebelum makan malam dimulai, ketiganya berdoa. Dan mulai menyantap makanan yang selalu bervariasi di meja itu.
"Tumben pulangnya agak telat, Pah?" tanya Tsabina menatap ke arah Jayden. "Iya, ada kasus lagi tadi. Makanya di kantor lagi sibuk banget." jawab Jayden memasukkan makanan ke dalam mulutnya.
Tsabina ber-oh ria, dan menatap ke arah Jevo. "Abang sama?" tanyanya.
"Sama. Kan bareng bokap tadi nyelesaiin kasusnya."
Setelah makan besar selesai, ketiganya kini memilih bersantai di ruang televisi atau ruang keluarga. Sambil menonton acara televisi yang digemari oleh ketiganya. Tiba-tiba sang gadis beranjak dari kursi, membuat kedua lelaki tampan itu menatap bingung ke arah sang puan, "Mau kemana De?" tanya Jayden. "Mau ke atas, Pah. Capek. Besok kan harus sekolah lagi," ujarnya mendapat anggukan setuju oleh Jayden.
Sembari menaiki anak tangga, tak lupa Jayden dan Jevo mengucapkan sesuatu yang sudah menjadi asupan ketiganya. "Goodnight De!" seru Jayden dan Jevo dari ruang keluarga.
"Goodnight too, Papah Abang." teriak Tsabina sedikit lebih keras.
Sesampainya di kamarnya, gadis itu langsung mengunci kamar dan mengambil pialanya yang barusaja ia menangkan di perlombaan sebelumnya. Saat gadis itu memegang piala tersebut, sebuah ketukan pintu membuat gadis itu kaget. Alhasil piala itu terjatuh, namun untung saja jatuhnya ke atas kasur sang gadis.
CEKLEK
Saat pintu itu dibuka, sang gadis memejamkan matanya sejenak dan bernafas lega. "BIBI! Bibi ngagetin aku tau nggak!" geram Tsabina.
Sang pembantu yang cukup berumur itupun menyengir, "Ya maaf Non, kan bibi gak tau. Emangnya non lagi ngapain?" tanya sang pembantu.
"Lagi nyembunyiin piala balap, bi."
Bi Surti, salah satu pembantu terlama dan pembantu kesayangan Tsabina dan Mamahnya dirumah itu. Bi Surti juga yang membantu merawat Tsabina sedari kecil jika sang Ibunda tengah sibuk dengan kesibukannya. Bisa dibilang pembantu yang sudah berumur itu teman main sekaligus sahabat bagi Tsabina dirumah itu, mengingat di rumah itu isinya hanya lelaki saja.
Diantara keenam pembantu yang ada dirumahnya, Bi Surti memang terbilang lebih tua dibanding kelima pembantu yang lain.
"Non, menang?" tanya Bi Surti,
Gadis cantik itu mengagguk semangat. "Makanya aku mau nyembunyiin pialanya dari Papah sama Abang. Nanti kalau ketahuan bahaya, Bi." cicit Tsabina tak ingin ada yang dengar.
"Mau bibi bantuin gak, Non?" tawar Bi Surti,
"Boleh deh bi, di tempat aku yang biasa ya. Ayo masuk, ntar ketahuan Papah sama Abang lagi." ucap Tsabina membawa Bi Surti masuk ke dalam kamarnya.
***
Sepanjang lorong koridor, pagi ini penuh dari biasanya. Dengan handphone yang mereka pegang seperti sedang ada yang menghebohkan mereka semua. Omongan-omongan kecil tentang berita yang lagi viral di media sosial.
Selama gadis cantik itu menyusuri lorong, semua pasang mata menuju ke arah Tsabina. Membuat gadis itu sedikit kebingungan dengan tatapan yang dilontarkan oleh murid-murid Neo.Sama hal nya dengan tadi, saat gadis itu memasuki kelas pun disambut dengan tatapan aneh terhadap dirinya. Dari arah belakang juga muncul lah Nadine dan juga Tara, yang langsung mengucapkan selamat kepada gadis itu.
"SAA!!!" pekik Nadine,
"SAA!! SELAMAT YAAA!!"
Tsabina mengerutkan dahinya bingung, "Selamat? Selamat apaan?" tanya sang gadis.
Nadine dan Tara saling bertatapan dengan tatapan yang mencurigakan. "Satu.. dua.. tiga.." ucap Nadine menghitung.
"SELAMAT KARNA LO SAMA NAKA JADIAN!" pekik keduanya membuat Tsabina melebarkan matanya tak percaya.
"WHAT?!" kaget sang puan.
Melihat reaksi dari temannya seperti orang kebingung itupun membuat Nadine dan Tara ikut duduk ke kursinya. "Sa? Lo kenapa? Kok kaya kaget gitu." tanya Nadine,
"Iya, kenapa deh?" lanjut Tara.
Tsabina melirik ke arah Nadine dan Tara bergantian. "Lo berdua yang kenapa. Lo berdua bilang apa tadi? Gue sama Naka pacaran? What the hell." balasnya.
"Lah? Jadi lo sama Naka gak pacaran?" tanya Tara memastikan. "Nggak lah. Gilaa kali lo berdua. Terus kalo gue sama Naka pacaran, apa kabar Theo? Theo mau gue kemanain." ucap sang gadis tak habis pikir.
"Lagian lo berdua denger berita gak penting itu darimana deh?" tanya Tsabina sembari membuka kaleng Milo.
"Kasih liat, Tar!" seru Nadine.
Tara menyodorkan handphone nya, yang sudah terpampang jelas berita tentang kedua nya di sebuah akun berita gosip di instagram. Seketika milo yang masih di dalam mulut sang gadis tersedak ketika membaca berita itu. Serta menampilkan sebuah photo Naka dan dirinya yang tengah memegang tangan lelaki itu.
UHUK UHUK!
Kedua gadis itu panik langsung membantu menepuk punggung Tsabina, namun langsung ditepis oleh gadis cantik itu. "NAD! KEKENCENGAN BEGO. Lo mau bunuh gue? Pukulan lo malah bikin gue mati kalo kenceng begitu." kesal Tsabina membuat Nadine tersenyum kuda tanpa dosa. "Hehehe maaf maaf."
"Lo dateng ke acara balap nya Naka, terus nggak ngajakin gue sama Tara lagi. Gak asik lo ah."
Tsabina yang melihat berita itupun sejenak terdiam. "Untung aja nih berita yang terbit cuman ini doang. Bukan berita tentang pemenang kemarin, kalo sampe itu terbit makin susah ngejelasinnya gue. Lagian nih berita apaan banget deh, gue pegang tangan Naka kan cuman biar bisa ngobrol ngucapin selamat doang. Malah diberitain yang nggak bener." batin Tsabina.
"Gue tuh kesana nemenin sepupu gue buat liat dia kompetisi balap. Terus nggak sengaja juga ternyata Naka tuh ikut di acara itu, gue aja baru tau dia pembalap."
Tsabina melirik ke arah kedua temannya. "Lagian gini deh, Nad Tar. Gue sama Theo kan masih pacaran, nggak mungkin gue selingkuh apalagi pacaran sama orang lain, apalagi Naka. Deket juga nggak pernah." tutur sang puan, mencoba menjelaskan lebih rinci kepada dua gadis cantik itu.
Nadine dan Tara mengangguk paham, "Terus ini gimana? Beritanya udah nyebar satu sekolah tau, Sa." timpal Tara disetujui oleh Nadine.
"Nanti gue urus."
***
![](https://img.wattpad.com/cover/288519210-288-k71850.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
BUTTERFLIES
Teen Fiction( WHAT DOES HOME MEAN TO YOU ? ) Mempunyai wajah tampan memanglah idaman setiap makhluk yang ada di muka bumi ini. Begitu pula dengan lelaki dengan wajah tampan dan sikap dingin yang sudah mutlak dalam dirinya, hanya kata itu yang paling cocok mende...