052.

220 28 102
                                    

Your only limit is your mind.

__

SEMUA murid tlah berkumpul bersama di lapangan utama, menunggu pengumuman lebih lanjut tentang adanya pemanduan untuk pergi. Seluruh guru serta staff juga ikut berkumpul di depan sana, dan seperti biasa Miss Nada mulai memberitahukan perintahnya.

"Good morning,"

"MORNING MISS!"

Miss Nada melirik ke arah seluruh murid, dan memulai pengumuman. "Untuk angkatan kelas 11 dimohon agar nanti tertib selama di kawasan per-kemahan, dan mengikuti semua instruksi dari pengawas. Jangan ada masalah apalagi sampai ada perkelahian! Saya mau kalian pergi dengan mulus, dan pulang jua dengan keadaan yang sama. Mengerti?"

"SIAP MENGERTI!"

"Baiklah. SELAMAT BERKEMAH UNTUK KITA SEMUA!" Serunya meramaikan hari yang tlah dinanti, dan disusul oleh suara ricuh para murid.

Setelah wanita yang sedari tadi memberikan pengumuman mengundurkan diri dari tempat ia berbicara,

Seluruh siswa-siswi diatur untuk keluar area sekolah dan berkumpul kembali di lobby sekolah, untuk pengaturan buss yang akan dinaiki oleh kedua angkatan tersebut. Ada 3 buah buss yang tersedia disana, masing-masing sudah terdaftar nama siswa-siswi yang akan menaiki buss 1, buss 2, dan buss 3. "Tara Alicya dan Lukas Bramastha,"

Kedua si pemilik nama yang barusaja disebutkan itupun menatap bingung. Tidak paham kenapa nama mereka berdua disebutkan. Sampai pada akhirnya panitia memberitahukan bahwa tempat duduk di dalam buss sesuai dengan instruksi serta daftar nama yang sudah ada di rekapan,

"Harus banget berdua?" Tanya Tara pada Panitia yang langsung di angguki,

Lukas menatap sang panitia. "Kalau ganti sama temen cowo boleh?" Ujarnya ikut bertanya, "Nggak, Kas. Sesuai daftar rekap ya!" Balas panitia tersebut sembari tersenyum.

"Ok next, Gilang Alfredo dan Thiara Wardanu."

Panitia kembali melihat rekapan data dan menyebutkan para siswa-siswi yang masuk ke buss 2, sama hal nya panitia di buss 1 & buss 3 juga melakukan tugas mereka dengan sangat baik. "Haekal Davie Renanda dan Renata Azura"

"Araya Dareel Laksmana dan Abbey Merva Hameeza"

Dan yang terakhir, "Adira Tascha Arlana dan Kresna Arkanza Pranoto." Kapasitas Buss 2 yanh berisikan 30 orang itupun sudah terisi penuh, Namun, Lelaki dengan hoodie berwarna navy itu mencari sosok Gadis yang sedari tadi namanya tidak disebutkan dalam Buss 2. Pikiran Arka sekarang tengah berkecamuk karna kehilangan sosok gadis yang ia harapkan tadinya satu buss dengan dirinya dan bahkan duduk bersama, namun keinginan itu sirna. Kenyataannya tidak seperti apa yang Lelaki itu inginkan.

Sementara itu, di Buss 1 nama seseorang disebutkan beserta dengan nama seseorang yang juga akan menjadi teman selama perjalanan.

"Tsabina Akleea Audine Nasution dan R. Naka Tjandranegara,"

Keduanya saling bertatapan, Naka? Lelaki itu akan menjadi temannya selama perjalanan menuju tempat perkemahan. Semoga ini bukanlah hal yang buruk, batin Tsabina sembari tersenyum ke arah Sang Lelaki yang tidak mengeluarkan ekspresi senang atau apapun itu dari wajah putih dan tampan tersebut,

Buss mulai berjalan meninggalkan lingkungan sekolah, disinilah keduanya berdiam diri. Saling diam tak ada obrolan yang bisa mencairkan suasana keduanya, sudah 2 jam lebih keduanya masih setia untuk bungkam. Sang Lelaki juga asik dengan Airpods yang bertengger di kedua telinganya, Tsabina, melirik ke arah kiri mendapati Naka tetap diam. Dengan penampilan yanh terbilang cukup simple namun para siswi banyak yang akan berteriak melihat Naka.

Kaos hitam, serta celana jeans berwarna abu-abu yang rada gelap, serta kacamata yang jua bertengger di matanya. Terlihat sekali bahwa Lelaki itu sangat amat tidak ingin diganggu bahkan untuk sekedar mengobrol selama perjalanan.

Merasa bosan selama perjalanan, ia membuka tas ransel miliknya dan memperlihatkan kotak bekal bergambar teddybear, dan membukanya membuat indra penciuman Naka terganggu akan aroma makanan yang Gadis cantik itu perbuat. Mencium aroma tersebut membuat perut Naka sedikit berbunyi, sedikit. Iya, sedikit berbunyi yang bahkan dapat di dengar jelas oleh Tsabina, gadis disampingnya. Ia yang mendengar suara tersebut menahan tawanya dengan mengulum bibirnya,

"Mau nggak?" Tanya Tsabina sembari menyodorkan sendok,

Naka, lelaki itu melirik ke arah sendok dan sang gadis secara bergantian. "Nggak." lalu Tsabina menganggukkan kepalanya pelan, tetapi.. suara itu kembali terdengar di indra pendengarannya. Dan kembali menahan tawanya,

"Gue mau."

Gadis itu langsung menyodorkan sendok kepada Naka dengan penuh semangat. Dan mempersilahkan lelaki tampan yang ada disampingnya untuk terlebih dahulu mencicipi masakan yang ia buat sebelum berangkat, Setelah menempuh perjalanan 3,5 jam akhirnya ketiga buss yang menampung anak-anak NIHS tiba jua di hutan, tempat perkemahan. Sebenarnya bukan hutan rimba malah lebih tepatnya seperti area taman yang sangat sejuk dan tenang untuk bersantai.

"Anak-anak silahkan berkumpul di tengah!!"

Seluruh siswa siswi langsung berkumpul di tengah, dan membentu barisan yang rapih. Lalu Sir Daniel mulai menyalakan TOA dan berbicara disana, "Anak-anak untuk kelompok teman tidur sudah ada daftarnya di panitia. Jadi kalian langsung temui panitia untuk menanyakan daftar teman tidur beserta tendanya. Kalian harus belajar untuk bekerja sama dengan tim kalian untuk membangun tenda tersebut. Sekian dan Terimkasih,"

Panitia mulai bersuara meneriaki nama siswa-siswi untuk sesegera mungkin mengambil tenda agar bisa di rakit, sebelum acara pertama dibuka.

"Kelompok Perempuan. Berkumpul disini! Dan laki-laki berkumpul ke panitia cowo."

Dua orang gadis tengah sibuk membaca satu per satu rekapan nama siswi, dan mulai mengumumkan teman tidur mereka semua satu-satu. "Tsabina, Nadine, Tara, dan terakhir.. Adira."

Sontak ketiganya saling melempar tatapan bingung, mereka sebelumnya hanya mendengar nama itu dari mulut ke mulut. Sekarang, mereka akan satu tenda sama seorang Gadis yang sudah menjadi bahan pertimbangan Tsabina selama dekat dengan Sang Lelaki. "Hi. Gue Adira!" Sapanya sembari menjulurkan tangan,

"Tsabina." Gadis itu membalas jabatan tangan Alana yang bukan lain ialah Adira. Lalu dilanjut dengan perkenalan dua gadis cantik di sebelah Tsabina —Nadine dan Tara. Semuanya mulai merakit tenda perlahan dengan serius dan telaten.

Sampai akhirnya, seluruh tenda milik kelompok lain sudah selesai. Namun, tidak dengan tenda kelompok milik Tsabina.

"Ah gue capek. Nggak kelar-kelar ni tenda."

Tara pun mengangguk setuju dengan ucapan Nadine, keduanya akhirnya duduk di tanah sembari menyelonjorkan kakinya. Taklama seseorang datang dengan pakaiannya yang nampak santai, hanya menggunakan sweater putih dan celana jeans berwarna biru. Ia mendekat dan menawarkan bantuan kepada sekelompok Gadis itu,

"Perlu bantuan nggak?" Tanya Arka yang langsung mengundang tatapan oleh keeampat Gadis cantik.

"Bol-" Belum sempat Tsabina membalasa ucapannya sudah dipotong oleh Alana. Gadis itu tersenyum dengan riang, "Boleh banget." Dan menarik tangan Arka untuk segera membantu mendirikan tenda. Arka pun membantu membangun tenda tersebut, bersamaan dengan tatapan yang sulit di artikan oleh Nadine dan Tara. Sedangkan, Tsabina hanya diam tak berkutik melihat perilaku Alana terhadap Arka.

"Kenapa tu orang?" Bisik Tara pada kedua temannya. Nadine pun mengangkat bahunya acuh, Tsabina masih setia menatap Sang Lelaki yang masih sibuk merakit tenda itu agar segera berdiri.

Setelah tenda itu selesai dirakit, Tsabina serta kedua temannya mendekat ke arah Sang Tuan. Arka yang sedari tadi memang mencari Tsabina langsung tersenyum, "Thanks Ka. Sorry ngerepotin." Ujarnya tak enak hati namun ia malah dihadiahi senyuman manis dari lelaki tersebut.

"Nggak ngerepotin, gue malah emang mau bantu lo."

Alana yang mendengar itupun langsung berdehem kencang. Hal itu membuat teman-teman Tsabina, Arka, dan juga Tsabina ikut melirik ke arah Gadis itu. "EHEM! Bantuin gue kali," Tutur Alana sembari memandang ke sekitar lain.

***

BUTTERFLIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang