050.

290 26 99
                                    

The only way out is through.

__

TARA berdiam diri, hening tak ada obrolan sedikitpun. Ia juga sedikit menjauh dari sekelompok teman-temannya, untuk sekarang tidak ada tenaga untuk ikut mengobrol bersama mereka semua. Energinya seakan habis terkuras karna sesuatu,

Lelaki yang melihat Gadis cantik itu di ujung dengan segelas minuman yang bahkan tidak berkurang sedikitpun, memutuskan untuk mendekat ke arahnya.

"Mau kemana lo?" Dareel bertanya sejenak kepada Lelaki itu. Ia pun memberi isyarat "Bentar," jawabnya.

Gadis yang tengah berkecamuk dengan pikirannya sendiri yang bahkan sudah bersarang ntah dari kapan ada di dalam otak mungil tersebut. Tara tidak cukup ruang untuk menumpuk segala permasalahan yang ada pada dirinya, dan hanya menaruh itu semua di otak mungil itu. "Hey!" Sapa Lukas tersenyum tipis dan duduk di samping Tara,

"Hei," balas Tara melirik sejenak,

Lukas tampak berpikir sejenak sebelum memulai obrolan dengan Gadis itu, Lelaki itu menarik nafasnya panjang sebelum akhirnya mengeluarkan suaranya..

"Lo gapapa?"

"Gue? Kenapa, Kas?"

"Hah? Nggak. Gapapa, gue cuman nanya aja, aneh aja gitu liat lo nggak ikut nimbrung sama anak-anak."

Tara tersenyum ke arah gelas minumannya, sembari memainkan jarinya di sekeliling gelas yang es batunya sudah mulai mencair.

"I'm okay, Kas."

"You're not."

"Excuse me?"

Lelaki itu mengangguk kecil, "Raga lo disini! Tapi nggak dengan pikiran lo. Lo lagi kenapa? Mau sharing cerita? Siapa tau lebih baik keadaan lo." Ujarnya menawarkan sedikit bantuan agar Tara sedikit lebih baik,

//

Kamar yang dihiasi dengan warna Gold setengahnya dari ruangan tersebut, ditambah dengan Seorang Gadis yang baru saja selesai mandi itupun dikejutkan dengan kehadiran Ibu-Nya. "IBU?!" Pekik Adira tersentak kaget,

Wanita paruh baya itupun terkekeh kecil, dan mendudukan dirinya di kursi yang ada di Kamar yang cukup megah itu.

"Anak Ibu malem-malem kok mandi?" Tanya Rumi, sembari mengelus rambut Sang Anak. Rumi menatap Adira dalam lalu tersenyum manis, "Ibu sisirin ya rambutnya?"

Mendapat anggukan setuju oleh Sang Puteri, Rumi pun langsung mengambil sisir dan mulai menyisir rambut yang sudah setengah kering tersebut. Sembari mengajak Adira mengobrol kecil. Itu adalah kebiasaan Keluarga Adira untuk selalu mengandal komunikasi.

"Besok Tante Ceisya, butuh bantuan kamu."

Adira berbalik menatap bingung ke arah Rumi, "Butuh bantuan, Dira?" Tanyanya mendapat anggukan kecil oleh Sang Ibu. "Kok Dira sih, Bu? Emangnya ada apa sampe Tante Ceisya minta tolong ke aku."

"Minta tolong kaya biasa kok, Nak."

"Acara itu?"

"Iya. Bantuin yaa, kasian loh Tante Ceisya masa sendirian." Pinta Rumi kepada Puteri kesayangannya,

Adira terpaksa meng-iyakan permintaan Sang Ibu berulang-ulang kali setiap Tante Ceisya (Mama Arka) butuh bantuan dirinya. Ia juga bingung mengapa harus dirinya terus? Bagaimana dengan anaknya sendiri, Arka? Ah, tetapi mengingat anak satu itu seorang Lelaki pasti akan membuat Tante Ceisya pusing tujuh turunan.. Bisa hancur acaranya kalau minta bantuan Arka.

***

Pembelajaran tidak sepadat biasanya, mengingat pihak sekolah juga tengah mempersiapkan segala sesuatu untuk Camping nanti. Berakhirlah kini mereka semua jamkos, tetapi sangat dibebaskan sekali apalagi mereka hendak pulang terlebih dahulu. Sangat amat membuat suasana hati seluruh siswa/i Neo sangat amat bahagia akan hari yang sangat amat singkat untuk dijalani karna tidak harus menguras energi otak mereka umtuk sekedar pembelajaran yang memabukkan kepala tersebut.

BUTTERFLIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang