Not how long, but how well you have lived is the main thing.
__
MOBIL Sport mewah milik Tsabina, melaju melenggang pergi menyusuri jalanan Jakarta. Ntah tempat mana yang ingin ia datangi, setidaknya untuk menghilangkan rasa yang sudah lama ia simpan agar tidak terjadi hal seperti ini. Handphone milik gadis itu juga mendapatkan banyak notifikasi dan dering telephone dengan nama kontak yang tertara,
📞 Nadine Venezia 5 missed call.
📞 Tara Alicya 10 missed call.
📞 Arka 11 IPA 2 25 missed call.Semua orang berulang-ulang kali mencoba menelfon Sang Puan, namun hasilnya nihil. Tak ada satupun panggilan yang di jawab oleh Tsabina. Mobil miliknya berhenti di sebuah danau, tenang dan sunyi. Hanya ada suara kicauan burung, danau yang tenang, serta matahari yang mulai tenggelam. Menunjukkan bahwa hari mulai gelap,
Ia menarik nafas panjang. Sejenak memejamkan matanya untuk melupakan apa yang terjadi sebelumnya.
DREETT!!
Suara mobil barusaja tiba di danau yang tenang itu, menampakkan sosok Lelaki yang sedari tadi ia hindari. Kehadiran nya membuat Tsabina cukup kaget, bagaimana bisa Lelaki itu tahu tempat persembunyiannya? Bahkan tak ada satu orangpun yang tahu tempat ini selain dirinya.
"Long time no see, Audine."
Jantung nya berdegup sangat kencang. Panggilan itu masih terasa sangat amat sama seperti dulu batinnya.
Tsabina memundurkan dirinya ketika sosok Sang Tuan mulai berjalan mendekatinya. "Do not come close." ucapnya memperingatkan. Namun, ia tetap melangkah maju dengan seksama dan berhati-hati tidak ingin menyakiti Sang Puan, "Kenapa? Kenapa baru sekarang. Dan Kenapa haru lo?!" Tsabina berucap dengan keadaan yang sangat amat kacau. Bahkan Gadis itu tidak tahu apa yang sedang ia rasakan saat ini, marah, sedih, dan bahagia menjadi satu.
"I'm sorry. Forgive me for my mistake before. This is not my wish, Audinne."
"Nggak. Apapun yang lo bilang gue nggak akan percaya!"
Lelaki itu melangkah dengan penuh harap. Dan perasaan yang juga sangat amat kacau, "Jauh-jauh dari gue sekarang." Namun Sang Tuan menggelengkan kepalanya, enggan mengiyakan permintaan Gadis cantik itu yang semakin lama semakin melangkah mundur. Sampai pada akhirnya..
Langkah terakhir. Selangkah lagi Tsabina memundurkan dirinya, maka ia akan terjatuh ke dalam danau itu. Karna kini keduanya tengah berada di jembatan yang yang dibawahnya tepat danau. Kaki jenjang milik Sang Gadis tergelincir yang membuat Tsabina kehilangan kendalin akan dirinya sendiri, "AAAAAA!!" pekiknya.
Tangan kekar itu langsung memeluk pinggang ramping Sang Gadis. Dengan sangat cepat dan tanggap.
"You're always careless! Don't do this. I don't like it, Audinne!" Lelaki itu berbicara sembari menatap tajam, dengan harapan agar Gadis itu paham agar berhati-hati dalam bertindak. "KENAPA? KENAPA BARU SEKARANG RAF?! Kita bahkan ketemu tiap hari, tapi kenapa lo nggak pernah jujur?" Tanyanya dengan mata yang sudah mulai berkaca-kaca, sebentar lagi butiran itu akan melintas dengan sempurna turun dari tempatnya.
"Din, sorry. Tapi gue juga nungguin momen ini dari lama Din, nunggu lo sadar dengan sendirinya. Gue pikir dengan cara gitu lo bisa paham."
Mendengar penuturan dari Lelaki bernama Rafa itupun, membut Tsabina menarik nafasnya dengan berat. Dan berjalan meninggalkan Lelaki itu yang masih setia berdiri di jembatan danau. Ia mengarahkan kunci Mobilnya yang membuat pengunci pintu mobil tersebut terbuka, Tsabina membuka pintu pengemudi dan langsung melaju meninggalkan Sang Tuan di Danau yang juga cuacanya sudah gelap. Minim sekali pengcahayaan di danau tersebut.
***
Arka, memasuki kelas yang berlabel di depannya 11 IPA 1. Berniat mencari sosok Gadis yang sedari kemarin tak ada jawaban atas semua Chat serta panggilan telfon darinya, menghilang begitu saja. Sesampainya di kelas tersebut, nihil. Ia tak menemukan sosok yang ia cari, malahan hanya ada teman-teman Gadis tersebut — Nadine dan juga Tara, Lelaki itu mendekati keduanya dan bertanya. "Tsabina nggak masuk Nad, Tar?" Tanyanya dihadiahi gelengan oleh Kedua gadis itu pertanda bahwa orang yang Arka cari tidak masuk sekolah.
"Tsabina ada kabarin lo berdua?"
Nadine menggeleng. "Nggak ada Ka. Chat sama call kita aja nggak di angkat dari dia pergi kemarin, kota juga khawatir sama dia Ka." tuturnya mendapat anggukan setuju oleh Tara, dan ikut menimpali ucapan Nadine. "Lo coba cari Tsabina ya Ka, kita berdua khawatir kalo dia kenapa-napa. Please."
Arka mengangguk. "Gue pergi dulu. Nanti kabarin gue kalo Tsabina udah ngehubungin lo berdua, gue sambil cari dia dulu." Katanya mendapat anggukan setuju oleh Tara dan Nadine. Langkah kaki itu keluar membuat Sang Tuan melangkah menyusuri koridor sekolah yang kini kian ramai dikarenakan Jam Istirahat. Arka, melangkah memasuki kelasnya mendapati sosok teman-temannya tengah mengobrol santai di Meja Haekal, melihat Arka — yang mengambil tas ransel lalu kunci mobil yang ada di atas Meja Sang Tuan, membuat teman-temannya bertanya.
"Mau kemana lo, Ka?" Tanya Lukas bingung. "Iya anjirt, mau bolos ya lo? Tumben amat kaga ngajak kita-kita." Timpal Haekal ikut berucap dan mendapat anggukan setuju oleh Dareel.
"Gue mau kerumah Tsabina."
Sontak Ketiga Lelaki itu semakin bingung, terkecuali Naka. Yang setia diam membisu.
Dareel langsung bangun dari duduk yang. "Kenapa cewe lo? Gue juga nggak liat dia seharian ini. Nerissa nanyain Tsabina mulu, bingung gue jawabnya."
Tak menjawab apapun dari pertanyaan teman-temannya, melainkan langsung pergi keluar kelasnya dengan terburu-buru. Walaupun Arka terbilang bolos di jam sekolah, Lelaki itu masih punya cukup akal untuk meminta surat izin pulang sekolah ke meja piket agar tidak mengurangi nilainya. "Saya mau izin pulang, Sir. Ada keperluaan mendadak, saya usahakan kalau sudah selesai dengan urusannya saya kembali ke sekolah!" Janjinya pada sang Guru yang terkena jadwal piket,
"Yasudah Arka. Kamu tandatangani dulu suratnya, dan tinggalkan nama kamu di absen. Biar saya yang akan kasih ke Guru yang masuk ke kelas mu."
Setelah selesai dengan urusan per-izinan sekolah, Sang Tuan langsung lari menuju parkir roda empat menuju Mobil miliknya dan melaju keluar Daerah kawasan sekolah elit tersebut. Dengan rasa kekhawatiran yang sangat tinggi membawa tancapan gass yang tinggi jua.
//
TITTT!!
Klakson Mobil milik Sang Lelaki berkali-kali berbunyi agar Satpam pribadi yang menjaga Rumah Gadisnya membukakan pintu pagar segera. Namun tak ada pergerakan ataupun tanda-tanda ada satpam yang akan membukakan Pagar tersebut, membuat dirinya harus turun dari Mobilnya dan mendorong pagar tersebut dengan mandiri, tetapi ternyata pagar tersebut terkunci sempurna dari dalam. Alhasil ia tidak dapat masuk ke dalam sana.
"CK! Kenapa lo ngilang gini sih, Tsa. Gue khawatir sama lo." Geramnya frustasi tak bisa menemui Sang Puan.
Lalu ia bergerak mengetikkan pesan di handphonenya, mengirimi sebuah text kepada seseorang. Setelah terkirim akhirnya ia menjauh dari kawasan rumah tersebut, pergi begitu saja.
Tsabina Akleea🤍
Hey? Kamu kenapa nggak ada kabar? Aku lagi didepan rumah kamu, tapi satpam sama bibi kayaknya nggak ada ya? Aku nggak bisa masuk soalnya. Kalo kamu udah bisa pegang handphone, bales chat aku ya, aku khawatir sama kamu Tsa.
Love you! -Arka***
KAMU SEDANG MEMBACA
BUTTERFLIES
Teen Fiction( WHAT DOES HOME MEAN TO YOU ? ) Mempunyai wajah tampan memanglah idaman setiap makhluk yang ada di muka bumi ini. Begitu pula dengan lelaki dengan wajah tampan dan sikap dingin yang sudah mutlak dalam dirinya, hanya kata itu yang paling cocok mende...