043.

256 25 96
                                    

The trick in life is learning how to deal with it.

__

BARUSAJA Guru masuk ke dalam kelas 11 IPA 1, dan Tsabina sudah siap untuk memulai pembelajaran pada hari ini. Namun, suara ketukan pintu dan hadirnya sosok Miss Nada membuat perhatian seluruh murid tanya ada di dalam sana dan guru ikut menatap Wanita tersebut.

"Excuse me, sorry. Miss Fika, mohon maaf mengganggu waktunya," ucap Miss Nada sembari tersenyum.

"Tidak apa-apa Miss, apa ada yang perlu
saya bantu?" Tanya Miss Fika,

Miss Nada menggeleng pelan. "Tidak Miss, saya ada perlu dengan Tsabina. Tsabina," panggil Miss Nada pada Perempuan yang tengah asik memainkan pulpen. Ia pun menengok dan mendekat ke arah Miss Nada.

Dengan langkah anggun Gadis itu mendekat dan bertanya kenapa dirinya dipanggil oleh Wanita tersebut. Apakah ia tlah melakukan kesalahan? Ntah lah, hanya Miss Nada yang tahu itu semua. "Kenapa Miss?"

Nada tersenyum. "Begini Tsabina, Miss butuh ngobrol secara private dengan kamu. Apakah bersedia untuk ikut ke Teacher's room?" Ucap Miss Nada bertanya,

"Did i do something wrong, Miss?" Kata Tsabina menatap teduh Sang Guru,

Yang ditatap itupun menggelengkan kepalanya pertanda tidak ada. Setelah Miss Nada menjelaskan semuanya, Tsabina mengerti dan lebih penting ia lega bahwa ia tidak tengah melakukan kesalahan apapun. Ia pun mengangguk setuju,

"Miss Fika, Tsabina saya bawa ya." Izin Miss Nada sembari menggandeng tangan mulus Gadis cantik itu. "Oh iya, silahkan Miss." Balas Miss Fika.

Sesampainya diruangan Sang Wanita, langsung mempersilahkan Tsabina untuk duduk di sofa berwarna coklat tersebut. Tak lama juga, pintu ruangan tersebut dibuka oleh seseorang, sesaat orang tersebut memasuki ruangan berdominasi putih itupun membuat Sang Gadis bingung. Akan kehadiran sosok Lelaki itu di sekolahnya, bukankah ia murid sekolah lain?

"Permisi," Sapa Sang Tuan,

Miss Nada dan Tsabina langsung menengok ke arah suara, dan Wanita itupun mempersilahkan ia duduk tepat di samping Tsabina. "Baik, Tsabina apakah sudah mengenal Sebastian?"

Tsabina diam. Dan mengangguk, "Sudah, Miss." Bastian ikut melirik ke arah Sang Puan, dan melirik ke arah sang Guru kembali.

"Begini, Miss minta tolong kepada kalian berdua untuk menjadi pasangan utama di Acara pensi sekolah nanti. Salah satu acaranya ada Ballerina, Miss sudah memberitahu kepada pelatih ballet kalian dan beliau juga setuju kalau kalian berdua menjadi pasangan utama di penampilan Ballerina nanti-"

Miss Nada menatap ke arah keduanya secara bergantian, "Bagaimana? Apakah kalian berdua bersedia?" Tanya Wanita tersebut. Keduanya saling bertatapan sebelum akhirnya menjawab, "Bersedia, Miss." Final keduanya secara bersamaan.

//

Pulang sekolah tiba, seperti biasa ketiga Gadis cantik itu beriringan keluar dari gedung sekolah menuju parkiran. Seperti janji dua pasang manusia, Arka dan juga Tsabina kedua-Nya bertemu dititik tengah dengan niat hati untuk mengembalikan barang yang dari tadi pagi tidak ada digenggaman Sang Gadis.

"Mana si Arka, Sa?" Tanya Tara sembari ikut mengedarkan pandangannya layak sang pengintai.

Nadine dan Tsabina pun ikut melirik ke arah sekitar, tidak menemukan sosok Lelaki tampan tersebut. Dengan cepat Tsabina membuka ponselnya berniat untuk mengirimkan pesan kepada Sang Tuan, namun, belum sempat gadis itu mengetik kata demi kata di papan bar tersebut.. Arka sudah lebih dulu menyapanya.

"Nggak perlu ngechat, gue pasti tepatin janji gue." Ucap-Nya mengejutkan ketiga gadis itu,

Tsabina menatap tak suka ke arah Arka, lalu melirik ke arah tangan Lelaki di hadapannya seperti tak membawa barang yang ia cari. "Mana Novel gue? jangan bilang gak ada di lo? atau.."

"Atau apa?"

Gadis cantik itu menyipitkan matanya curiga, "Atau lo boongin gue? Iyakan? Ngaku!" Tebak Tsabina membuat Lelaki di hadapannya menggelengkan kepala. Lalu sedetik kemudian Arka menurunkan tas ranselnya dan mencari sesuatu didalam sana.

"Ini kan yang lo cari?" Jawab Arka memperlihatkan buku Novel yang sedari tadi membuat Tsabina pusing.

Sesaat ia hendak mengambil bukunya dari sang Tuan — Arka malah memasukkan kembali buku itu kedalam tas ransel milik-Nya. Mendapati aksi Lelaki tampan itu, membuat Tsabina mendengus kesal, "NGAPAIN LO MASUKIN BUKU GUE KE DALAM TAS LO LAGI?!" Teriak Tsabina tak terima.

Lelaki itu tersenyum, lalu bersedekap dada. "Ada syaratnya," Ucap Arka

"APA."

Nadine dan Tara yang melihat pertengkaran antara dua makhluk Tuhan itu hanya bisa menggelengkan kepala mereka tak habis pikir, lalu sedetik kemudian membuka mulut lebar- lebar.

Badan tinggi itu sedikit mencodong ke arah depan, dan wajah sang Lelaki pun semakin dekat. Dekat dengan wajah sang Gadis.

"Syaratnya adalah.."

Diam dan hening. Siswa siswi yang berada di parkiran itupun juga melihat aksi kedua sejoli itu yang membuat mereka semua penasaran.

"Syaratnya apaan. cepet." Balas Tsabina tetap dengan wajah juteknya.

Arka menyeringai. Dan mendekatkan mulutnya ke arah telinga Sang Gadis, Lalu berbisik.

"Lo pulang bareng gue."

Tsabina spontan langsung menjawab, "GA!"

Kedua teman Tsabina yang melihat aksi Arka hanya bisa menahan erangan yang membuat mereka hendak berteriak sejadi-jadinya. Kapan lagi seorang Arka bersikap manis di depan seorang Gadis dan Mengajak pulang bersama.

"Gue lupa sesuatu, Lo gak punya pilihan untuk nolak. Alias, lo wajib pulang bareng gue hari ini."

"GUE GAK MAU, ARKA!" Tolaknya,

Arka menutup "Lo pulang  bareng gue, ayo." Ucapnya sembari membawa tangan mulus itu ke arah mobilnya.

Genggaman Arka terlepas oleh tangan putih nan mulus itu. Membuat Sang Tuan menengok ke arah samping, bertemu tatap dengan Tsabina. "Gue gak bisa pulang bareng lo. Lo ngerti gak sih?"

"Kenapa gak bisa?"

Arka ialah Arka. Manusia paling keras kepala.

Ia mendengus kesal. "Gue bawa mobil." Jawab Tsabina berusaha tenang agar tidak meluap amarah yang sudah berada di ujung tanduk,

"Iya gue tau lo bawa mobil, gue gak buta Tsabina Akleea Audine Nasution."

"Terus?"

Lelaki itu melirik ke arah kunci mobil yang tengah Gadis itu pegang, "Siniin kunci mobil lo.."

"Nggak."

Daripada semakin dilihat banyak siswa dan siswi, Arka langsung merebut kunci mobil tsb secara tiba-tiba dari sang Pemilik. Dan menyerahkan kepada Tara membuat kedua gadis itu juga bingung dibuatnya. "Lo bisa bawa mobil kan Tar?" Tanya Arka menatap serius.

Gadis yang bernama Tara itupun mengangguk ragu, karna ia sendiri pun tidak tahu maksud tujuan Lelaki tampan itu menyerahkan kunci mobil sahabatnya kepada-Nya.

"Lo bawa mobil Tsabina, temen lo biar sama gue." Keputusan mutlak oleh Arka itupun tidak bisa membuat Tsabina berkutik. Hanya bisa pasrah mengikuti kemana ia akan dibawa pergi oleh Sang Lelaki Tampan tsb.

Disisi lain, teman-teman Arka juga menyaksikan apa yang satu teman mereka lakukan beberapa detik yang lalu, "Temen lo tuh." Celetuk Lukas pada ketiganya. Celetukan Lukas hanya di hadiahi kekehan kecil oleh Dareel dan Haekal. Terkecuali si dingin + si cuek + si kaku, siapa lagi kalau bukan Naka.

"Kacau, udah langsung ngajak anak orang pulang aja tu orang." Celetuk Dareel sembari terkekeh,

"Namanya juga Arka," Ucap seorang lelaki menggantung ucapannya. Ketiga lelaki tampan itu menunggu lanjutan dari omongan Naka.

Naka menatap datar ke arah ketiga temannya yang masih penasaran dan menunggu dirinya, "Kenapa?" Bingung Naka. Lalu menepuk pundak Lukas, "Cabut."

***

BUTTERFLIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang