039.

282 26 117
                                    

It always seems impossible until it's done.

__

LANGKAH Kelima Lelaki tampan itu terhenti ketika melihat ada sebuah pertengkaran ditengah-tengah Kantin sana. Ketika Kelimanya mendekat.. menampakkan Tsabina, Theo, dan satu gadis yang berdiri tepat di samping sang Lelaki.

Arka bersedekap dada. Sembari mengamati pertengkaran antara Tsabina dan Theo.

"Theo."

Satu kali lirikan, Theo, mendapati sang kekasih sudah berada di belakangnya. Membuat Lelaki itu langsung berdiri dan sedikit menjauh dari gadis cantik yang beberapa menit tadi duduk di samping dirinya.

Tsabina bersedekap dada. Sambil mengamati kekasihnya dan juga gadis yang tengah menghadap dirinya saat ini. Dan mengeluarkan senyum smirk nya. Ia berusaha mengontrol emosinya untuk beberapa menit ini, setidaknya sampai ia bisa mengeluarkan semua unek-uneknya pada sang Kekasih.

Theo menyapa sang Kekasih dengan senyuman namun juga ekspresi terkejut, "Hai, Sayang."

"Dia siapa?" tanya Tsabina santai,

Lelaki yang ditanya itupun memasang wajah panik, dan gelagapan. "D-dia bukan siapa-siapa. Dia cuman temen sekelas aku." bohong Theo,

Senyuman. Itulah ekspresi yang Tsabina keluarkan selama permainan drama yang Theo buat berjalan.

Tsabina mengangguk paham, dengan postur tubuh masih setia menyilangkan kedua tangannya di depan dada. "Temen? Ok." ucapnya lalu melirik ke arah Gadis cantik itu.

"Kamu ngapain kesini? Kenapa nggak bilang aku dulu kalo kamu mau ke Kantin atas."

"Diem. Gue lagi gak ngobrol sama lo."

DEGH

Kalimat yang keluar dari mulut Tsabina mampu membuat Theo terdiam.

Kekasih Theo Grayson, atau biasa dikenal sebagai Tsabina. Itupun mendekat dan semakin dekat dengan Gadis yang menundukkan kepalanya karna tak ingin menatap bola mata Tsabina. Membuat Sang Puan tersenyum remeh, dan mengangkat satu tangan nya untuk menyentuh dagu gadis di hadapannya saat ini.

"Kenapa? Kok nggak mau natap gue dari tadi.
Insecure? Karna cewe nya Theo lebih cantik dari lo, Ya udah pasti sih kalo itu." Sarkas Tsabina membuat Arka di ujung sana ikut tersenyum bangga.

Langkah demi langkah Tsabina mundur dari hadapan keduanya. Lalu mengamati penampilan gadis dan lelaki yang berdiri tanpa dosa di hadapannya saat ini. Menjijikkan.

Tsabina menatap tajam bola mata Theo, yang juga ikut menatap lekat bola mata indah itu.

"Gue boleh kasih tepuk tangan dulu nggak buat kalian berdua? Boleh ya?" ujarnya bersiap menepuk kedua tangannya.

PRAK PRAK!

Gadis itu menghela nafas berat. Dan memasang wajah serta tatapan maut. "Gue to the point aja ya, males basa basi sama orang murahan kaya lo berdua."

"Pertama, gue dateng kesini buat nyamperin lo. Awalnya gue mau nerima tawaran lo kemarin buat ngajak baikan, eh ternyata pas gue sampe sini malah dapet kejutan yang gak di duga."

"Kedua, gue juga kesini mau nuntut lo. Karna lo kan yang nyuruh pihak wartawan dan artikel di sosmed buat reveal muka dan identitas gue waktu perlombaan Balap kemarin?"

"Ketiga, gue nggak masalah lo berdua mau pacaran atau apa kek. Asal! Lo putusin gue dulu baru lo pacaran sama tu cewe." Tegas Tsabina menunjuk Theo dengan jari telunjuknya.

"Aku nggak mau putus. Aku bisa jelasin semua nya Tsabina!" bela Theo sambil berusaha menggenggam tangan sang gadis.

Beberapa kali Tsabina mencoba melepaskan tangannya dari genggaman lelaki itu tapi tak lolos jua. Membuat pergelangan tangannya memerah. Melihat kondisi sudah mulai tak kondusif di ujung sana sudah ada dua lelaki yang siap hendak menolong meloloskan Tsabina dari Theo. Naka dan juga Arka.

Tetapi, melihat pergerakan Arka lebih cepat darinya.. akhirnya Naka mengalah, dan mengurungkan niatnya untuk menolong Gadis cantik di depan sana.

Arka menepis tangan Theo, membiarkan Tsabina berdiri di belakang tubuhnya. "Cowo apaan lo, kalo mau nyelesaiin masalah gak perlu pake kasar kedia juga kali, bro." kata Arka menatap nyalang ke arah Theo. Yang juga menatapnya sama tajam.

"Nggak usah ikut campur urusan gue."

"Gue bukan mau ikut campur tapi tindakan lo ga wajar. Kalo nggak cukup satu cewe nggak usah pacaran aja, bro. Malu-maluin diri lo aja. Muka pas-pasan aja sok selingkuh!"

Theo yang tak terima dengan ucapan Arka itupun mulai memukul Arka secara tiba-tiba. Membuat Arka tak ada persiapan menghasilkan sudut bibir Lelaki itu berdarah. Namun, barusaja Arka hendak melawan Theo sudah lebih dulu di potong oleh Tsabina.

BUGH

BUGH

BUGH

Tsabina memukuli Theo habis-habisan. Membuat beberapa siswa siswi yang masij berada di kawasan Kantin 12 dibuat heboh dengan fakta bahwa Gadis itu sangat hebat di bidang bela diri. Tak hanya di bidang Balap.

"BANGSAT!" umpat Theo menatap Tsabina tajam. Dan bersiap ancang-ancang hendak menampar gadis itu.

"Apa? Mau nampar gue? Nih. Sini tampar gue." Tsabina menyodorkan wajahnya ke hadapan Theo namun Lelaki itu diam.

"Kenapa? Nggak berani? Coba sini tamp-"

PLAKK!

Satu kali tamparan mendapat di pipi mulus dan putih itu. Membuat semua teman-teman Arka dan Arka ikut terkejut dengan tindakan Gadis di sebelah Theo. Tsabina menyeringai. Dan menatap tajam gadis itu.

"Good girl! Theo suka cewe yang bisa ngambil keputusan dia sendiri. Dan lo udah ngebuktiin itu di hadapan Theo, goodluck deh buat jadi pacar Theo selanjutnya."

Lalu bergantian menatap ke arah Theo. "Buat lo. Kita putus, jangan pernah ganggu gue atau lo akan tau akibatnya." ucap Tsabina memperingatkan.

Tsabina, berlalu meninggalkan area Kantin 12 dengan melewati Arka, dan teman-teman nya. Ditambah melewati beberapa murid kelas 12 yang masih berada di Kantin itu. Gadis itu berlari keluar dari area sekolah, dan masuk ke dalam mobilnya.

//

Kaki jenjang milik Arka membawa Lelaki itu mencari keberadaan Tsabina. Namun nihil, ia tidak melihat keberadaan Gadis itu sedikitpun di daerah Sekolahnya. Sampai akhirnya Arka menyadari bahwa Mobil yang sangat familiar untuknya masih ada di Parkiran Sekolah. Ia pun bergegas mendekat ke arah Mobil Sport Hitam milik Sang Gadis dan mencoba mengetuk kaca Mobil milik Tsabina yang menyala, menandakan ada orang didalamnya.

TOK TOK!

Tsabina mengelap air matanya dan membuka kaca Mobilnya. Menampakkan sosok Arka di luar jendela, menatap Tsabina dengan tatapan khawatir?

"Gue boleh masuk?" tanya Arka mendapat anggukan oleh Tsabina.

Arka mengelilingi bagian Mobil untuk bertemu dengan pintu satunya. Arka masuk dan menatap Tsabina yang kini menatap ke arah luar jendela yang sudah tertutup, ditambah dengan cuaca yang mulai berangin pertanda sebentar lagi Hujan turun.

Diam. Tak ada obrolan dari kedua nya.

Hanya ada suara halus dari mesin Mobil yang terdengar di telinga keduanya, serta rintik hujan yang kini mulai turun membasahi Area sekolah dan jalanan.

Isak tangis pun sayup-sayup mulai didengar oleh Sang Tuan, menandakan bahwa Gadis itu kembali mengeluarkan air matanya. Betapa sakitnya menjadi Tsabina setelah mengetahui Sang Kekasih bermain dengan gadis lain di belakangnya.

Juga, yang Tsabina sesali ialah 'mengapa harus Theo yang membongkar identitasnya sebagai pembalap' yang sudah ia rahasiakan dari sang Papah selama 2 tahun ini.

***

BUTTERFLIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang