040.

308 26 92
                                    

Lost time is never found again.

__

KURANG lebih sudah 5 menit, gadis cantik itu menangis dalam diam. Membuat Arka bingung harus memberikan reaksi seperti apa pada siatuasi seperti ini. Sejujurnya ia sangat benci ketika melihat Perempuan menangis, karna Arka rasa Perempuan bukanlah sosok yang harus disakiti. Melainkan dijaga dan disayangi.

"Boleh peluk gue bentar nggak? Gue gak sanggup." Ucap Tsabina menatap Arka dengan mata merahnya.

Tanpa membalas ucapan Gadis cantik itu, Sang Tuan langsung menarik dan memeluk Tsabina erat.

Dibawah lebatnya hujan yang mengguyur kawasan Sekolah serta kota Jakarta, ada dua manusia di dalam Mobil yang ntah setan apa yang merasuki keduanya sampai tidak ada celah untuk saling menatap wajah masing-masing. Pelukan yang awalnya bisa saja menjadi pelukan yang memiliki makna bagi Sang Tuan dan Puan.

Arka mengelus punggung Tsabina lembut, memberi ketenangan bagi Gadis itu. Setelahnya pelukan itu merenggang, keduanya saling bertukar pandang. Tsabina dengan matanya yang indah menatap lekat sosok Lelaki yang selalu ia hindari.

Begitu pula dengan dirinya, Arka, Dengan mata tajamnya yang selalu terpesona dengan mata indah yang Gadis itu miliki. Cantik. Seperti Pemiliknya.

"Sorry.. gue jadi meluk lo."

Lelaki itu terdiam. Dan menganggukan kepalanya pelan. "Gue yang mau meluk lo. Jadi gak usah minta maaf." Balasnya santai.

"Thanks ya, udah bantu meluk gue tadi. Gue suka gak bisa kontrol diri gue kalo lagi ngerasa down kaya gini," Tsabina menatap Arka dalam.

"Iya."

"Gue boleh nanya sama lo?"

"Boleh. Nanya apa?"

"Lo sama Theo-"

"Gue nggak bisa cerita sama orang untuk sementara waktu. Semoga lo paham." ujar Tsabina dihadiahi anggukan oleh Sang Lelaki.

//

Mobil Sport itu tiba di pekarangan Rumah yang dari luar sudah terlihat betapa nyaman dan sejuknya. Arka melepas seat belt-Nya, "Rumah lo?" tanyanya melirik ke arah samping, mendapat anggukan kecil.

"Iya. Thanks udah repot-repot nganterin gue pulang,"

"Makasih mulu. Iya sama-sama."

Tsabina tersenyum tipis, "Udahan sedihnya? Gitu kek dari tadi, senyum. Lo jelek kalo lagi nangis kaya tadi." sarkas Arka sembari terkekeh.

"LO NGATAIN GUE JELEK?!"

Lelaki itu semakin tertawa gelak. "WESS SANTAI BU SANTAI.. Gue kan bilang kalo lo nangis kaya tadi lo jelek." Ucapnya menjelaskan,

Ia mengerutkan bibirnya tak suka, dengan menatap tajam ke arah Arka. "Berarti kalo gue gak nangis gue cantik?"

"Hmm.." Arka nampak berfikir sejenak semakin membuat Sang Puan kesal dibuatnya. "CANTIK KANN?" ulangnya lagi.

"Nggak. Sama aja, Jelek."

"BANGSAT!" umpat Tsabina memukul lengan Sang Tuan membuat yang dipukul tertawa sangat keras,

"Kasar banget elah jadi cewek."

"Biarin."

TING!

SOPIR
Mas, saya sudah di depan rumah yang mas shareloc.

Sesaat membaca pesan yang Sopir nya kirim, ia langsung melirik ke arah kaca spion. Memperlihatkan Mobil miliknya tepat berada di belakang Mobil Tsabina yang tengah ia naiki, Lalu melirik ke arah Gadis itu dan berpamitan.

BUTTERFLIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang