Aku telah kehilangan jejak. Mereka telah terkubur di antara reruntuhan. Sementara aku dibawa entah ke mana.
Bayangan yang menyelubungiku tidak juga bersuara, hanya desiran angin menyertai, tanda suhu saat ini masih saja sama, dingin.
Sepanjang perjalanan, yang kulihat hanya kota yang beku. Perlahan terselimuti salju hingga yang tampak dari atas sana hanya sebatas hamparan pasir putih, tiada tanda kehidupan maupun jejak bahwa tempat ini pernah dihuni sebelumnya.
Sungguh mengerikan kekuatan Ezekiel. Tidak kusangka seorang Guardian dapat berbuat seperti ini hanya demi mencegah inang lain dari Zibaq. Namun, tentu masih banyak warga termasuk Guardian lain yang mendampingi Ezekiel belum membeku, sehingga kemungkinan mereka menjadi inang cukup tinggi. Tapi, kuanggap tindakan ini dia lakukan demi mengecilkan risiko.
Malam ketika Nemesis di bawah kendali Zibaq masih tergiang. Bahkan seorang Guardian dapat dipengaruhi jin itu. Bagaimana dengan orang biasa?
Khidir sudah jelas terbiasa dengan jin, menurutku cukup kecil jika dia akan menjadi inang berikutnya lantaran ada Zahra di sisinya yang juga merupakan seekor jin.
Sementara Ezekiel dan Darren belum jelas pengalamannya dari sudut pandangku saat ini. Tapi, aku tahu betul jika mereka mengetahui sesuatu. Menginggat apa yang Darren ucapkan beberapa waktu lalu masih tergiang.
"Akan mengakhiri semua ini." Aku tidak percaya.
Aku sendiri ragu apa dia bisa melakukannya sendiri. Barangkali yang dia maksud bersama yang lain, bila pun ada. Kini, aku tengah dibawa pergi.
Setelah pertemuan, akhirnya dipisahkan juga.
Sudah lama.
Sangat lama.
Menanti mereka yang telah terpisah.
Kini kembali dipisahkan.
"Jangan diam saja, Kyara." Teguran dari bayangan itu tidak lantas membuatku luluh begitu saja.
Aku kenal suara itu. Dia satu-satunya yang memanggilku "Kyara" sementara keluarganya masih menyebut nama samaran pertamaku.
Dia sekarang lebih sering muncul, barangkali karena tahu bahwa teman baiknya, Gill, ada di sini dan dia berniat membantu, meski sepertinya terlambat.
Dia kembali bicara. "Sekarang, kamu cari seseorang. Kami sudah berjanji."
"Aku tidak terima jika kawanku sendiri tertinggal," balasku. "Kenapa mereka dibiarkan? Kenapa aku saja yang dibawa?"
Tidak ada balasan. Sudah kuduga.
Beraninya mereka ingin memanfaatkanku di saat seperti ini. Tidak banyak bantuan, meninggalkan malah, dan aku justru diculik sekarang.
Tatapanku kembali ke reruntuhan rumah yang baru kukenal. Saksi bisu keluarga Ascella yang bahkan masih samar yang kini terselimuti es. Seakan menutup mulut seluruh keturunannya agar bungkam.
Darren juga tidak mau diam, dia bahkan membakarnya. Seakan tidak ingin rumah itu sekadar disegel.
Lantas, kenapa harus begitu? Apa tidak ada cara lain?
Bagaimana dengan nasib Ascella yang masih membeku?
Belum sempat berpikir lebih jauh, bayangan itu membawaku kembali ke dalam sebuah kamar berdominasi warna gelap layaknya malam. Aku tahu betul warna ini. Nuansa rumah mewah pertama yang kudiami. Tidak berbeda seiring bergantinya waktu. Ingatanku kembali berputar pada hari pertama Mariam membawaku ke rumah Keluarga Wynter, kini aku kembali.
"Tunggu di sini," ujar bayangan yang kini menjelma menjadi satu-satunya putra Wynter, Akram. "Akan kupanggil dia."
Tidak aku pusingkan 'dia' yang dimaksud. Sudah pasti itu bagian dari keluarganya juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Guardians of Shan [3] : Niveous [✓]
Fantasy| Guardian of Shan Season 3 | Akibat Zibaq, Kyara terlempar ke negeri asing dan nyaris ditelan kadal raksasa untuk sekian kalinya. Beruntung ada Guardian yang menyelamatkan, meski dia tidak kalah anehnya. Kyara pun hidup bersamanya di bawah nama sam...