Aku berbaring di kasurku beberapa jam setelahnya, tanpa disambut oleh Safir yang juga tidak jelas kabarnya.
Aku memakai piama sederhana berwarna putih yang sudah disediakan. Tidak heran karena sudah pasti telah ada sejak Ezekiel mendengar kabar tentangku. Aku tahu ketika iseng membuka lemari dan menemukan beberapa pakaian yang cocok. Mungkin saja ini pakaian untuk saudarinya atau dia yang begitu siap menyambutku. Kutanyakan nanti ketika ia pulang untuk memastikan.
Seusai berganti, aku langsung berbaring. Aku tidak mencemaskan keamanan lantaran kamarku sendiri sudah tersedia kunci sementara uangnya ada di sisiku.
Belum pernah aku merasa sesantai ini. Barangkali bawaan aura dari Ezekiel, meski dia jelas sudah membuat seseorang marah padanya waktu itu. Tapi, aku sudah melihat kepribadian itu pada Mariam. Jadi, hal ini sudah lumrah terjadi meski kadang aku ingin menegur sesekali. Sesekali yang bahkan hampir tidak sama sekali.
Aku dengar bunyi pintu terbuka.
Aku lantas terduduk, siaga jika orang aneh masuk.
"Oi!"
Aku sudah yakin kalau itu suara dari Safir yang ternyata pulang telat.
"Apa?" balasku.
"Oh." Hanya dengan itu, suasana kembali hening. Terdengar langkah Safir mengelilingi rumah sebelum akhirnya tiada suara sama sekali.
Maka, aku lanjutkan tidurku tanpa merasakan beban sama sekali.
***
Ketika fajar menyising, aku bangun lalu membuka kamar dengan kunci kemarin. Aku tidak bermimpi melainkan kegelapan semata. Padahal malam itu berharap mendapatkan bunga tidur. Siapa tahu bisa menjawab beberapa pertanyaan di benak jika sudah sering dipikirkan. Tapi, sepertinya belum waktunya.
Ketika pintu dibuka, suasana masih saja hening tapi lampu sudah menyala terang tertanda ada penghuni rumah yang bangun.
Aku ingat jika di meja masih ada makanan. Ketika kubuka tutupnya, terlihat beberapa piring lauk masih aman. Sebagian tampak bekas semalam dan tidak terlalu lama sehingga masih aman disantap.
Begitu hendak mencari piring, aku dikejutkan penampakan makhluk yang tak terduga.
Seorang wanita berambut pendek cokelat berdiri di sisi lorong panjang yang sepertinya tembus ke kamar lain. Dia mengenakan pakaian pendek serta menenteng tas kecil.
"Oh, maaf menganggetkan," ujarnya.
Aku yang syok hanya bisa mengiakan. Siapa dia? Kenapa di sini?
"Aku menitip pesan untuk William kalau aku pulang dini," ujar wanita itu sambil melangkah keluar. "Bilang padanya, ya!"
Dengan begitu, dia pergi.
Apa-apaan?
Siapa William? Apa aku salah rumah?
Jangan-jangan ...
Aduh, Kyara, jangan berburuk sangka. Siapa tahu itu temannya Safir–tapi dia bilang "Wiliam" yang jelas nama samaran untuk ...
Oh, aku paham.
Sempat-sempatnya setelah bertugas dia langsung mencari teman, atau jangan bilang dia mengundang wanita lain ke sini setelahnya. Kemudian dengan cepat langsung lenyap setelah waktu habis. Ezekiel tidak cerita padaku tentang rutinitas dan aku sangat terkejut.
Baik, aku harus terbiasa. Mungkin tidak setiap hari. Kebetulan saja wanita itu datang kemarin lalu tidak terdengar lagi kabarnya.
Aku sebaiknya sarapan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Guardians of Shan [3] : Niveous [✓]
Fantasy| Guardian of Shan Season 3 | Akibat Zibaq, Kyara terlempar ke negeri asing dan nyaris ditelan kadal raksasa untuk sekian kalinya. Beruntung ada Guardian yang menyelamatkan, meski dia tidak kalah anehnya. Kyara pun hidup bersamanya di bawah nama sam...