✳️ 4 : Kekuatan dari Dewa - 3 ✳️

95 23 2
                                    

"Eh." Aku nyaris menyebut namanya di depan barista. Kalau dia tahu, bisa gawat. Duh, Ezekiel suka sekali datang mendadak. "Kenapa di sini?"

Ezekiel malah tersenyum manis. "Lo sendiri? Sang Putri datang sendirian, enggak bisa dibiarkan."

"Kamu seorang Putri?" Barista di belakangku tentu terkejut.

"Di mata gue, dia itu Tuan Putri yang harus dilayani setiap saat." Ezekiel menatap wanita itu dengan senyuman aneh.

Si wanita justru mengikuti ekspresi Ezekiel. "Ah, itu."

Aku menahan napas, menahan malu.

Ezekiel langsung menjauh dan menghampiri sekumpulan pemuda. Tanpa menunggu saja dia langsung mengucapkan sesuatu–entah apa–yang seketika membuat suasana meriah.

Barista yang berdiri di belakangku hanya bisa menatap dalam diam. Sorot matanya menunjukkan suatu perasaan yang membuatku curiga.

"Ada apa?" tanyaku pelan, sekiranya tidak terdengar melainkan dia.

Wanita itu perlahan menarikku mendekat. "Kamu serius berkencan dengannya?" Dia menatapku tajam seakan berharap semua ini hanya tipu daya. Memang benar tipu daya, tapi aku tentu tidak akan jujur begitu saja.

"Kami saling kenal cukup lama, tapi ..." Aku mencoba merangkai kata. "Aku belum begitu kenal."

Wanita itu lantas mencondongkan badannya yang besar mendekatiku. Dia berbisik, "Syl sudah sering gonta-ganti pasangan. Ingatlah kalau kamu bukan yang pertama apalagi terakhir."

"Aku mengerti," jawabku. Meski Ezekiel tidak menjadi kekasihku.

"Dia memang sering pamer pasangan di sini," ujarnya. "Tapi, memang bukan hal aneh lagi. Wanita siapa yang mau menolak pria tampan dan kuat seperti dia?"

Aku diam saja, tidak mampu berkomentar. Memang benar dia sukses membuatku salah tingkah ketika menatapnya, tapi kemudian tidak lagi lantaran sudah terbiasa. Meski begitu, aku masih merasakan secercah rasa aneh di hati. Pandanganku kembali ke Ezekiel. Dia bagaikan bintang dalam kegelapan malam. Semua orang berkerumun untuk melihat atraksinya dan berdecak kagum.

Wanita itu menepuk bahuku. Aku tersentak ketika matanya memantulkan cahaya biru dari kalungku. Matanya menatap tajam sementara bibir bergerak tidak karuan.

"Ternyata ... Benar." Dia gemetar hingga nyaris menjatuhkan gelas yang baru saja dibersihkan.

Aku menyadari keteledoranku tidak menyimpan kalung ini. "Ada apa?"

Kuharap dia mengucapkan hal lain yang tidak ada sangkut pautnya dengan para Guardian maupun Shan.

"Dia ... Guardian dari Shan itu?"

Aku ternganga.

Wanita itu menatapku ngeri. "Ternyata benar rumor itu."

"Rumor apa?" Aku benar-benar bingung.

"Dia adalah keturunan Ratu Salju dari Kyrvec," ucapnya pelan. "Kekuatan yang berbahaya, tidak bisa dikendalikan, melebihi kekuatan seratus pria. Mampu membekukan satu kota dalam sekali jentikan. Itulah dia, sang Guardian Hansel Avadeer! Biang kerok dari ..."

Wanita itu tercekat. Mata menatap ngeri tepat di belakangku. Dari mata dia, tampak sosok Ezekiel berdiri dengan sorot mata tajam. Sementara orang-orang yang mengerumuni tampak takut bergerak.

"Siapa nama yang lo sebut tadi?" tanya Ezekiel.

Aku berpaling dan menatapnya. Ada apa gerangan?

Wanita itu diam saja, menggeleng pelan sementara tangan menutupi mulut.

Guardians of Shan [3] : Niveous [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang