"Putri."
Terdengar suara di balik kegelapan malam.
"Putri."
Mataku masih terlalu berat, terpaksa kubalas dengan segenap tenaga. "Ya?"
"Lo tadi yang selimutin gue?"
Aku mengiakan, malas mempermasalahkan jika Ezekiel protes.
"Makasih, ya."
Hanya dengan itu, kurasakan selembar kain menutupi badanku. Dia ternyata menyelimutiku juga, barangkali mengembalikan kain tadi lantaran tidak memakai.
Lalu, kurasakan dia duduk di sisiku.
"Gue tadi enggak sengaja tidur," ujarnya.
Aku mengiakan, masih mengantuk.
"Lalu bangun-bangun gue kaget ternyata lo kasih gue selimut," ujarnya. "Lo manis juga, ya."
Aku lagi-lagi mengiakan. Sudahlah, lebih baik tidur sebelum dia terlalu memuji.
"Gue enggak pernah ketemu orang semanis lo."
Lihat? Dia sudah mulai memuji dan pasti akan semakin parah.
"Gue tahunya mereka cuma ikutin aturan ala gue, paham, 'kan? Kalau belum, nanti kukasih tahu."
"Tidak perlu," balasku malas.
Ezekiel melanjutkan. "Serius, lo dulu pas di Shan sangat manis malah. Sekarang saja rada beda. Karena lo enggak ingat, 'kan?"
Aku tidak menjawab, terlalu lelah.
Dia mengelus keningku. "Saking manisnya, gue sampai terharu dulu."
"Ezekiel, aku ngantuk," tegurku. Lelah mendengar kali ini.
"Tidur saja," balas Ezekiel. "Bakal gue jaga."
Aku mengiakan.
Pada akhirnya, benar-benar hening.
***
"Gue diundang buat ikut tongkrongan mereka. Mau ikut?"
Tepat ketika aku keluar dari kamar, terdengar suara Ezekiel dari ruang tengah.
Aku yang kala itu setengah sadar, bingung. Tapi, setelah beberapa langkah dan sesekali berhenti untuk berpikir, aku pun membalas ucapannya.
"Boleh!"
Begitu tiba di ruang makan, kulihat Ezekiel sedang duduk di meja makan menghadap Sagir yang tengah asyik menikmati sarapannya, sepotong roti dan selai stroberi.
"Hm!" Begitulah sapaan Safir.
"Dia ikut," timpal Ezekiel.
Aku mengiakan kemudian duduk di antara mereka.
Meja makan ini terdiri dari lima kursi, padahal kalau kuingat-ingat, hanya ada dua penghuni ditambah aku. Tapi, aku tidak banyak memusingkan.
"Kenapa kamu tiba-tiba semangat masuk geng orang?" tanya Safir pada Ezekiel.
"Gue tahu mereka suka sama gue," jawab Ezekiel. "Kalau sudah menawar, kenapa juga harus menolak?"
"Aneh," komentar Safir. "Kau tiba-tiba curiga lalu langsung percaya dengan orang lain."
"Bukan sembarang gue milih," ujar Ezekiel. "Lo mending bantuin kami, dah."
Hanya dengan itu, Safir kembali diam.
Ezekiel menatapku. "Ayo, Putri, makan! Mereka menunggu, nih!"
***
Aku dan Ezekiel kembali menggunakan kerreta es ciptaannya sementara Safir disuruh pergi lain waktu sampai diperintahkan. Ketika benda itu berjalan, lagi-lagi Ezekiel mengajakku bicara tapi suaranya telah menyatu dengan angin sehingga tidak terdengar. Terpaksa kuiyakan meski sebagian pertanyaan mungkin menuntut jawaban yang lebih detail.
KAMU SEDANG MEMBACA
Guardians of Shan [3] : Niveous [✓]
Fantasy| Guardian of Shan Season 3 | Akibat Zibaq, Kyara terlempar ke negeri asing dan nyaris ditelan kadal raksasa untuk sekian kalinya. Beruntung ada Guardian yang menyelamatkan, meski dia tidak kalah anehnya. Kyara pun hidup bersamanya di bawah nama sam...