✳️ 1 : Guardian dan Gigantropy - 9 ✳️

150 30 2
                                    

"Menghilang?" Ezekiel membeo.

"Ya, terakhir kudengar, mereka mencarimu," kata Ascella. "Kamu ada klien lain?"

Aneh, padahal malam kemarin tampak baik-baik saja. Pelindungku mungkin sedang berburu Gigantropy, tapi tidak pernah membahas kliennya lagi. Apa aku harus bicara? Tidak, aku tidak ingin keceplosan. Barangkali bisa dijawab oleh pelindungku lain waktu.

"Terakhir kabarnya sedang bikin kontrak," ujar Ezekiel. "Malam itu, dia memberi uang muka lalu pergi."

"Dia pergi ke mana?" tanya Ascella.

"Itu privasinya," balas Ezekiel. "Kalau mau mencarinya, mending lapor ke polisi saja."

"Aku tahu dia menemuimu karena tahu sesuatu," kata Ascella. "Dia tahu tentangmu."

"Semua orang di kota ini tahu siapa," balas Ezekiel. "Gue populer, lho."

"Bukan begitu!" sanggah Ascella. "Dia tahu identitasmu."

"Ya, gue Pemburu Sihir."

Saat itulah, aku terkejut melihatnya langsung mengubah gaya bicara seperti sedia kala.

Ascella tampaknya tidak merisaukan itu. "Iya, Pemburu Sihir. Tapi, soal hal yang lebih personal."

"Kalau dia tahu, kenapa memangnya?" tanya Ezekiel. "Lo kepo?"

Ascella menatapnya, tampak berusaha tenang meski berhadapan dengan pria yang jauh lebih tinggi dan besar.

"Aku hanya ingin tahu nasib temanku," ujar Ascella.

"Mau kami temani ke kantor polisi?" tawar Ezekiel. "Tugas mereka yang mencari orang hilang. Tugas gue cuma berburu makhluk yang meresahkan."

Ascella kembali menatapku ketika Ezekiel memilih bersandar. "Aku kira kalian tahu."

"Tidak," balasku dan Ezekiel bersamaan.

"Gue berburu kemarin, tapi enggak ada apa-apa," kata Ezekiel. "Tanya saja anak jalanan sana, kami sempat mengobrol soal kehidupan."

Ascella masih saja menatapku. "Lalu, bagaimana denganmu, Thalia?"

"Eh?" Aku seketika bingung.

Ezekiel kembali duduk, menghalangi pandangan Ascella. "Dia enggak ada kaitannya dengan ini. Sudahlah, jangan ditatap terus."

Kalimat itu tentu niatnya menyerang Ascella, tapi aku hargai kesabaran lelaki itu menghadapi Ezekiel.

"Baiklah, terima kasih sudah mau bicara." Ascella lantas berdiri. "Akan kuhubungi kalian kalau ada perkembangan."

"Lo cukup sebut nama gue ke anak jalanan mana saja," kata Ezekiel. "Mereka bakal kirim pesan lo ke rumah gue."

Ascella mengiakan, dia kemudian menatapku. "Terima kasih juga, Thalia."

Aku heran kenapa dia berterima kasih padaku. Tapi, kubiarkan saja dia menjauh.

Aku lirik Ezekiel. Dia langsung menarik kembali tangannya yang sedari tadi menjadi bantal bagiku.

"Dia kayaknya mau sama lo," ujar Ezekiel. "Gue jelas enggak suka."

Aku maklum, Ezekiel seperti pelindung lain ketika aku didekati lelaki. Maksudku, mereka tidak mau aku terjerumus dengan tipu daya, bukan?

"Dia sepertinya tahu," ucapku pelan, memastikan hanya kami yang mendengar. "Kamu tahu mereka kenapa?"

Aku bahkan tidak tahu pasti kabar orang menghilang jika Ascella tidak angkat bicara.

"Gue enggak tahu." Ezekiel masih menatap kepergian Ascella. "Melihat bocah ini, gue tahu dia siapa."

"Siapa memangnya?"

Guardians of Shan [3] : Niveous [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang