Begitu Khidir mengucapkan kalimat itu, aku raih tangannya dan ikut berjalan di sisinya sementara Gill menyusul di belakang.
"Bagaimana cara keluarnya?" tanyaku.
"Panggil dia," jawab Khidir.
Aku menatap kalungku. Meski memang dia bisa dipanggil kapan saja, tapi mungkin ada fungsi tambahan dari kalung ini yang bisa memanggilnya dengan lebih cepat.
"Zach!" panggilku.
"Ya, Tuan Putri?"
Aku tersentak mendengar suaranya tepat di samping kananku.
"Kamu ini sudah dipanggil dari tadi malah tidak menjawab! Dari mana saja?" Bukannya menanyai jalan keluar, aku justru menyemprotnya dengan omelan yang tersimpan sejak lama. Setidaknya hati terasa lebih lapang.
Jin berambut biru pucat itu terdiam sejenak. "Aku tidak akan membiarkanmu lepas di tengah badai salju."
Aku menatap Khidir. Pria itu diam, seakan memihak Zach. Sementara Gill memilih menunduk, dia mungkin tidak tahu permasalahannya dan lebih memilih diam juga.
"Ya, sudah." Aku kembali tenang. "Bagaimana cara kami keluar dari sini?"
"Seperti Guardian lain." Zach menyentuh tangan Gill, membuat pemuda itu terenyak sedikit. "Cukup bilang dalam hati jika kalian ingin keluar dari sini."
Gill menatap Zach. "Kamu Ku Raiv?"
"Ya. Kamu tentu ingat, Karun." Zach membalas tatapan Gill.
"Um, tentu ingat." Gill terdengar ragu. "Kamu tidak ikut keluar?"
"Aku bukan ditugaskan untuk bertarung." Zach menggambang di lantai istana. "Tugasku hanya menjaga istana ini."
"Bukannya kamu juga bisa memanipulasi ruang?" tanya Gill lagi.
Memanipulasi ruang? Kenapa terdengar tidak asing?
"Bisa." Zach mengangguk pelan. "Tapi, aku harus waspada jika jin itu menggunakan kekuatanku lagi."
Lagi?
Jangan-jangan dia ada waktu insiden Zibaq sebagai Evergreen. Ketika tersegel, Zibaq manfaatkan kekuatannya sama dengan kasus Idris dan Khidir. Jadi, selama ini Zach ada di sekitar kami. Sudah berapa kali Zibaq memanfaatkan Guardian untuk melawan kami? Sejauh yang kutahu memang sudah dua kali, tapi sebelum itu?
"Aku akan menjaga Putri Zahra di sini selagi ayahnya di luar," lanjut Zach selagi menggambang lebih tinggi. "Kalian jaga diri.""Terima kasih." Khidir rupanya tidak ingin memperpanjang obrolan.
Sebelum Zach pergi, aku berseru padanya. "Kalian jaga diri juga!"
Zach hanya tersenyum tipis kemudian lenyap.
Saat itulah seisi istana seakan runtuh, walau kami tidak merasakan guncangan, hanya terlihat seperti dijatuhkan walau tidak merasakan apa pun. Pemandangan sekitar mulai berganti menjadi tempat baru yang tidak asing pula.
"Ini ..." Aku ragu mengucapkan.
Rumah yang terbuat dari batu bata dan bewarna dominan putih lengkap dengan pagar pelindung. Meski sedikit lebih rendah dari tinggi rumah Gill, tetap saja cukup besar dibandingkan rumah sekitar. Belum lagi benda-benda aneh hasil curian yang dia simpan lalu dijadikan hiasan bahkan senjata. Semua itu dia miliki. Dengan semua ini dia masih menganggap dirinya miskin.
"Rumah Stafford." Khidir melanjutkan kalimatku. "Dia tidak di dalam."
"Tahu dari mana?" tanyaku.
"Kalau dia di sini, sudah pasti akan menyambutmu, karena kamu yang dia nantikan." Khidir menjawab sambil fokus menatap rumah itu. Entah kenapa suasana hati dia memang buruk sejak tadi. Aku tidak pernah melihat dia seperti ini. Biasanya ceria dan kadang cukup cerewet. Dia melanjutkan, "Stafford tidak berubah
Memang seperti apa Ezekiel sesungguhnya? Aku kira dia hanya berusaha menjadi ramah dan bertindak layaknya pelindung, itulah mengapa dia memperlakukanku seperti ini. Namun, rupanya Khidir memiliki pandangan berbeda.
"Memang kenapa dengannya?" heranku.
Khidir berpaling, menatap menghadap jalanan menuju kota. "Kota kembali seperti sedia kala rupanya."
Ah, dia mengubah topik.
Meski begitu, memang benar apa yang dia ucapkan. Kota tampak kembali seperti sedia kala meski tampak jelas ada jejak basah layaknya sehabis hujan deras melanda. Tanda es tadi telah meleleh.
"Bagaimana dengan warganya?" tanyaku.
"Mereka bisa menghangatkan diri." Khidir membalas, bahkan itu tidak terdengar seperti respons yang akan dia utaran. Keadaan saat ini benar-benar telah mengubah kepribadian seseorang. "Sekarang kita cari Stafford dan memastikan bahwa jin itu benar telah pergi."
Tanpa menunggu lagi, Khidir melangkah.
"Hei, sabar sedikit!" Gill menyusul sambil mengenggam tanganku. "Kamu tahu dia di mana?"
"Kurasa begitu." Hanya itu jawaban Khidir sebelum mempercepat langkah.
Astaga, dia sungguh aneh hari ini. Barangkali karena kabar perihal warga Aibarab yang kudengar sedikit dari Ezekiel. Sudah pasti itu yang memenuhi pikirnnya selaku raja mereka. Aku mengerti jika Khidir berusaha tetap ada pribadinya yang ramah dan ceria, meski sekarang tampak jelas dalam suasana hati yang buruk.
"Ayo, cepat!" Khidir mendesak. "Dia menunggu kita."
"Iya, iya!" Gill mendengkus sambil melangkah dan tidak melepas genggaman. "Memangnya dia di mana, sih?"
"Kita cari ke tempat dia biasa berada," jawab Khidir. "Bukankah kalian pada dasarnya sama, yaitu senang berada di tempat ramai dan menarasikan kisah hidup orang lain?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Guardians of Shan [3] : Niveous [✓]
Fantasy| Guardian of Shan Season 3 | Akibat Zibaq, Kyara terlempar ke negeri asing dan nyaris ditelan kadal raksasa untuk sekian kalinya. Beruntung ada Guardian yang menyelamatkan, meski dia tidak kalah anehnya. Kyara pun hidup bersamanya di bawah nama sam...