✳️ 6 : Akhir Hayatnya - 6 ✳️

102 24 2
                                    

Hingga tiba malam di hari berikutnya, tiada kabar dari Tirta yang mana membuatku cemas. Apa yang dia lakukan pada Zibaq? Kenapa dia bawa Ascella juga?

Satu hal yang kupikirkan yang menurutku masuk akal tapi di sisi lain cukup menakutkan bagiku. Memang benar, aku kesal kepada Zibaq yang selalu memburu aku dan adikku. Dia juga telah membunuh ibuku dan menyakiti teman-temanku, para Guardian. Sementara yang kutahu, sosok Tirta yang tampak begitu mudah menaklukkan Zibaq harusnya memberi jin itu hukuman sepantasnya.

Namun, apa benar ini yang dia lakukan? Setelah beberapa tahun berlalu, rasanya janggal jika dia pergi begitu saja. Bukan mengapa, aku mengaku terganggu, tapi di sisi lain harus mendengar kisah dari sudut pandangnya. Mengapa dia melakukan semua ini? Mengapa dia menyakiti para Guardian? Apa maunya dari kami? Jika kutanya semua pada pelindungku, aku yakin mereka tidak akan memberi jawaban yang jelas.

"Putri mau makan?" Suara Ezekiel membuyarkan lamunanku. Kulihat di tangannya ada kotak berisi makanan entah dapat dari mana. Isinya berupa daging sapi yang telah dibakar.

Aku menerimanya dan mengucapkan terima kasih. "Dapat dari mana ini?"

"Udah, jangan dipikirin," balasnya. "Khidir sama gue tadi diskusi. Rencananya dia bakal tulis pesan buat Kakek buat izin mampir ke rumahnya Thomson."

"Siapa Thomson?" tanyaku.

"Guardian lo." Ezekiel melanjutkan. "Dia yang jagain Pangeran sama anaknya Wynter."

"Anak Wynter yang mana?" Aku tidak dapat menebak. Sejauh yang kutahu ada tujuh anak dan baru enam yang kukenal.

"Gue lupa, nanti ke sana cari tahu," jawabnya. "Kita nanti pergi ke wilayah Danbia dan paling enggak butuh waktu sebulan buat ke sana pakai kuda. Nah, biar cepet, gue kasih saran pakai sihir gue aja."

"Apa tidak melelahkan?" tanyaku.

"Enggak," jawabnya. "Lagian, Khidir dan rombongannya udah duluan pergi. Abang sama Karun udah duluan."

"Gill, 'kan?" Aku memastikan.

"Pokoknya yang bisa berubah jadi cewek itu."

Nah, benar berarti. "Sekarang sudah berapa Guardian yang kulihat? Sepuluh? Wah, sebentar lagi kita akan berkumpul kembali."

"Sebentar lagi bakal ramai," balasnya. "Sementara penghalang kita udah berkurang."

"Zibaq telah ..." Aku sengaja menggantungkan kalimat agar dia meneruskan.

"Telah gugur, ya." Dia tersenyum.

Kenapa terasa aneh? Maksudku, selama ini dia begitu susah dilawan dan sekarang ... aku bahkan belum tahu kisah jin itu sesungguhnya.

Rupanya, Ezekiel menyadari gelagatku. "Putri enggak usah cemas. Ada kami buat ngelindungin lo sama Pangeran."

"Iya, tahu, tapi selama ini kalian kewalahan mengalahkan dia, masa semudah itu?" Aku mengucapkannya begitu cepat.

Senyum dari wajah Ezekiel seketika sirna. "Lo enggak mau kita menang?"

"Bukan begitu, tapi ..." Aku kehabisan kata-kata.

Guardians of Shan [3] : Niveous [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang