"Kalau begitu, kenapa tidak tolak saja?" tanyaku. "Kalau tidak ikhlas begitu."
"Gue bukannya enggak ikhlas, Putri," ujar Ezekiel sambil kembali berbaring di sofa. "Tapi, gue terbiasa melihat penyihir kerja sendirian. Kalau berkelompok biasanya bakal kacau."
"Memangnya kenapa?" heranku. "Kalian, Guardian, juga berkelompok, bukan?"
"Kami biasanya kerja sendiri, kok," sanggah Ezekiel. "Kami bakal bergabung kalau kepepet."
"Begitu." Aku bersedekap, setengah percaya dan tidak.
Biasanya kulihat memang kadang mereka bertarung berkelompok saat bersamaku. Tapi, ucapannya memang ada benarnya. Saat kali pertama mengenal mereka, memang lebih sering bertarung sendiri sementara aku berusaha menghindari bahaya. Sementara bekerja sama hanya terjadi sesekali jika Zibaq berbuat onar. Lantas, kenapa Ezekiel menerima tawaran dari Helia untuk bekerja sama?
Ezekiel mengiakan lalu mengubah topik. "Cara bocah itu menatap lo benar-benar meresahkan."
"Iya, kah?" Aku bahkan tidak tahu jika Ascella menatapku selama percakapan tadi.
"Enggak sopan dia natap lo kayak gitu," tegasnya. "Masih untung kalo gue, coba kalo Guardian lain lihat, bakal ribut."
"Memangnya kenapa dengan tatapannya?" tanyaku.
"Lo suka ditatap lama-lama?" balas Ezekiel.
"Tidak," jawabku.
"Nah, itu." Ezekiel pun menatapku. "Lain kali kalau dia begitu, tegur!"
"Baik, baik." Aku tentu saja heran dengannya. Aku bahkan tidak melihat separah apa yang Ascella lakukan. Tapi sudahlah, Ezekiel mungkin tahu yang terbaik bagiku.
Hening lama. Selama itu juga aku duduk di meja kemudian mencoba mencari sesuatu yang menarik. Makanant tidak terlihat, barangkali ludes kemarin.
"Putri mau jalan-jalan?" tawar Ezekiel.
"Mau!"
"Nanti, ya." Ezekiel tersenyum. "Tapi, gue agak sibuk. Jadi lo bakal ditemani sama dia aja."
***
"Sudah berapa lama kamu kerja?" tanyaku agar suasana tidak canggung, meski pertayaan yang ini tidak begitu penting.
"Sudah kubilang, aku tidak tahu berapa lama," jawab Safir yang bahkan tidak menatapku.
Kami tengah berjalan santai di bawah sinar matahari yang tidak begitu terik, sangat nyaman untuk berjalan tapi di sisi lain cukup gelap dibandingkan biasanya. Kota Adrus belum sepenuhnya dijelajahi sehingga banyak misteri terselubung dari sudut pandangku.
"Apa memang setiap hari mataharinya kurang terik di sini?" tanyaku pelan, memastikan tidak membuat warga yang mendengar tersinggung.
"Pernah panas, kok," jawab Safir. "Hanya saja sedikit berbeda dari Aibarab. Asal kamu tahu, di sini terlalu dingin."
Aku bisa menebaknya dari pakaian Safir. Dia kini mengenakan pakaian serba panjang dengan warna cokelat gelap membalut badan rampingnya. Sementara selama di Aibarab dia sudah sering terlihat memakai baju pendek hingga tampak perutnya. Tetapi, kini dia harus memanjangi pakaiannya agar tidak kedinginan, barangkali sampai musim panas nanti. Aku belum merasakan cuaca lebih hangat di dunia bagian Barat. Tapi sepertinya bakal menarik.
Menurutku lebih dingin di Ezilis malah, tetapi aku belum berkunjung ke bagian selatannya. Barangkali di sama jauh lebih dingin. Belum lagi cuaca panas yang belum pernah kurasakan di sini maupun negeri sebelahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Guardians of Shan [3] : Niveous [✓]
Fantasy| Guardian of Shan Season 3 | Akibat Zibaq, Kyara terlempar ke negeri asing dan nyaris ditelan kadal raksasa untuk sekian kalinya. Beruntung ada Guardian yang menyelamatkan, meski dia tidak kalah anehnya. Kyara pun hidup bersamanya di bawah nama sam...