✳️ 2 : Pemburu Sihir - 10 ✳️

123 25 2
                                    

"Apa?" balas Akram dingin. Tangannya terulur, semakin dekat, tanda dia tidak sabar melepas benda itu dari tangannya yang mulus.

"Kamu kurir sekarang?" tanyaku, tersenyum menahan tawa. Bukannya mengejek, tapi ini tidak sesuai dengan diri Akram yang kukenal.

"Baru tahu?" balas Akram. "Sudahlah, baca pesan dari walimu itu."

Cukup senang rasanya diakui memiliki wali atau pelindung alih-alih kekasih seperti yang diucapkan Ascella sebelumnya. Ya, ini semua salah Ezekiel. Tapi, terlambat bagiku untuk protes.

Ketika kubuka kotak itu, tampak secarik surat bersama sebuah pisau kecil lengkap dengan ukiran namaku di Shan, Azeeza. Sangat aneh jika nanti orang lain mengetahui identitas asliku, berkebalikan dengan kebiasaan Guardian yang kerap menyamar.

Perihal surat itu, hanya tertulis :

Untuk Putri,

Pakailah pisau ini untuk berjaga diri. Gue mungkin enggak bakal pulang cepat, jadi gue takut lo bakal kenapa.

Tertanda,
Ezekiel

Sangat singkat, padat, namun tidak terlalu jelas.

Kenapa dia pergi? Katanya berjalan sebentar tapi malah menghilang sekalian.

Kenapa harus pisau kalau aku bisa memakai batu? Ah, mungkin untuk bertarung di ruang tertutup yang mana jelas tidak ada batu, kecuali di rumah kolektor batu tentunya.

"Sudah?" tanya Akram. "Ikut kami!"

"Hei, pelindungku berpesan untuk diam di sini!" tegasku.

"Dia tahu," jawab Akram. "Kami sudah ada perjanjian. Sekarang, ikut!"

Aku melirik Safir, wanita itu mengendikkan bahu.

"Terserah." Hanya itu balasan dari Safir. "Aku kunci dulu rumah ini."

Dia pun pergi selama beberapa saat.

Akram kini menatapku. "Kamu tampak pendek."

"Kamu bilang apa?" Aku melotot.

Beraninya dia! Mentang-mentang pertumbuhannya lebih cepat!

"Pendek," ulangnya. "Sudahlah, nanti semakin ribet urusannya."

Padahal dia yang mulai.

Safir kembali. "Nah, selesai. Mau ke mana kamu bawa kami?"

"Ke rumah Keluarga Wynter."

***

Rumah Keluarga Wynter tidak beda jauh dengan yang kulihat dulu di Aibarab. Kali ini lebih kecil dan semak belukar hampir menutupi jalan menuju rumah itu seakan memang sengaja disembunyikan dari khalayak ramai. Aku tidak yakin apakah keluarga ini memang hendak menyendiri atau tidak. Yang pasti, rumah mereka selalu didominasi warna gelap.

Akram hanya tinggal memegang tanganku dan Safir, saat itu juga kami berdiri di depan pintu rumah tanpa ukiran yang berarti.

Akram dengan mudah membuka pintunya dan menuntun kami masuk.

Rupanya rumah keluarga ini memang sengaja dirancang penuh dengan beragam ruang yang gelap seakan menyembunyikan sesuatu. Dari mana Wynter mendapatkan harta untuk membeli semua rumah cadangan? Di mana saja?

"Ada apa ini?" bisikku pada Akram.

Memang tidak aneh lagi kalau Keluarga Wynter bekerjasama dengan para Guardians, tapi aku tidak tahu motifnya kali ini.

Kalau pertama itu demi melindungi Idris dan kedua kalinya demi menyelamatkan orang yang sama pula. Apa yang ini ada kaitannya dengan Idris lagi?

"Temanmu butuh bantuan sementara dia berusaha menyelamatkan adik-adikku," ujar Akram sambil menuntun kami ke ruang tengah. "Dia akan melacak rumah pelaku sementara kami memastikan kamu aman dari cengkeraman Zibaq."

Guardians of Shan [3] : Niveous [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang