✳️ 2 : Pemburu Sihir - 7 ✳️

112 24 2
                                    

Darren berdiri di depanku. Tatapan mengarah padanya.

Aku menatap mereka satu per satu. Mereka saling kenal, tapi entah kenapa saat bertatapan mereka seakan malas berjumpa lagi.

Ezekiel menatap Darren tanpa reaksi, sama persis seperti satunya. Keduanya tampak saling menyamakan diri.

Aku lirik makhluk kurus yang kini membeku. Tatapan matanya yang kosong terasa menusuk badanku. Membuat bulu kuduk meremang, apalagi dengan kisah yang pernah disampaikan Nemesis beberapa waktu lalu. Ciri-ciri makhluk ini persis seperti yang dituturkan.

***

Waktu itu aku melihat bayangan serigala di balik jendelanya. Serigala itu berbulu putih, cukup besar, dan begitu tatapan kami bertemu dia lenyap beserta angin.

"Apa itu?" tanya Nemesis yang tadinya tampak khusyuk menatap perapian.

"Cuma serigala," jawabku.

"Kukira Wendigo."

"Apa itu Wendigo?" tanyaku.

"Wendigo itu pemangsa yang berbahaya. Ia memiliki badan yang kurus dan begitu pucat. Ia senang memangsa makhluk berdarah terutama manusia," jelas Nemesis.

Aku teringat sesuatu. "Apa bedanya dengan ... vampir?"

Aku takut membuatnya tersinggung. Mengingat Nemesis tidak makan apa yang kumakan. Meski kadang kulihat dia mau mencicipi beberapa makanan. Nemesis bilang dia vegetaris tapi aku heran kenapa dia mau makan daging ayam.

"Wendigo memangsa semua bagian tubuh mangsanya," jawab Nemesis, tetap tenang seakan tidak mempermasalahkan ucapanku tadi. "Mereka selalu lapar dan akan selalu mencari mangsa."

"Lalu, ada cara membunuhnya?" tanyaku.

"Kelemahan mereka terletak di jantung, seperti kebanyakan makhluk hidup," jawab Nemesis. "Mereka bisa mati dengan banyak cara. Tapi, paling sering dengan dihancurkan jantungnya."

Aku menelan ludah. Kukira serangan vampir liar di Ezilis sudah cukup jadi ancaman.

Aku kembali duduk menghadap Nemesis. Kepala menunduk, memikirkan cara agar dunia aman dari makhluk-makhluk mengerikan seperti ini. Seribu Pemburu Sihir tidaklah cukup, apalagi ketiga belas Guardians.

Perlahan, terdengar bunyi violin. Lantunannya begitu menenangkan hingga aku perlahan melupakan rasa takutku.

Terlihat Nemesis berdiri sambil memainkan violin. Mata merahnya menatapku lembut seakan bilang "tidak apa-apa, aku di sini."

Saat itu pula, aku membalas senyumnya.

***

Tapi bayangan senyuman Nemesis buncah ketika tatapanku bertemu dengan makhluk yang sejak kemarin nyaris memangsaku.

Inilah Wendigo yang kutakuti dulu. Kini membeku menyisakan tatapan mengerikan itu.

"Putri?" Ezekiel terdengar mencoba menyadarkanku.

Aku menoleh dan menanggapi. "Ya?"

"Lo enggak apa-apa?" tanya Ezekiel.

Aku mengiakan. "Maaf, aku belum menemukan apa yang dicari."

"Gue sudah ketemu," ujar Ezekiel. "Lo sekarang jangan lagi keluar rumah sebelum gue jemput."

"Maksud?" Aku menaikan alis.

"Begini." Ezekiel jeda, tampak berpikir. "Gue sudah tahu semuanya dan dari ucapan gue ini lo harusnya sudah menangkap maksudnya."

Apa ini ...

Guardians of Shan [3] : Niveous [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang