"Ini rumahmu?" tanyaku dengan pelan setibanya kami di sebuah tempat. Tanganku masih mengenggam tangannya, dan itu terasa dingin.
Darren mengiakan. Kuharap dia tidak menyadari betapa dinginnya tanganku.
Perburuan monster pertamaku sukses membuatku gugup bahkan setelah selamat sekali pun. Sedikit memalukan memang, pergi sendiri lalu diselamatkan. Rasanya lebih baik aku bersama mereka sedari awal, bukan memencar. Ah, Safir ini, main pergi saja.
Darren melanjutkan langkah, sepertinya dia tidak menyadari gelagatku. Atau barangkali berpura-pura tidak menyadari.
Duh, malunya.
Seperti kebanyakan rumah di sini, rumah Darren terbuat dari batu bata dan sedikit menjorok ke tanah lengkap dengan pagar kawat berduri mengelilingi. Aku tahu betul fungsi utamanya untuk melindungi diri dari terkaman monster sekitar. Menyadari bahwa seluruh penduduk setiap daerah di dunia ini tidak ada amannya. Yang punya rumah saja dihantui, apalagi yang tidak punya sama sekali.
Aku juga tidak tahu persis status keuangan para Guardian sejauh ini. Tapi, melihat masing-masing masih punya rumah untuk dihuni dengan layak sudah cukup membuatku lega. Mereka memang sepertinya sangat menjaga diri dan lingkungan. Atau sekadar bersembunyi dari marabahaya.
Darren membuka pintu menggunakan kunci biasa. Dia membiarkanku masuk terlebih dahulu tanpa mengucapkan sepatah kata. Aku pun mendahuluinya dan mengamati rumah ini.
Dalamnya pun tampak sederhana, barangkali lebih sedehana dibandingkan rumah Ezekiel yang tampak dipenuhi benda-benda aneh entah dari mana dapatnya. Sejauh pengalamanku menjumpai para Guardian, memang setiap rumah dari mereka memiliki sejumlah barang pribadi yang tidak jelas asal-usulnya melainkan berfungsi sebagai alat sihir untuk mempermudah mereka dalam bertarung.
Melihat kondisi rumah Darren yang sederhana dan tampak tidak menyembunyikan sesuatu, membuatku yakin jika dia lebih samar dalam memperkenalkan diri ketimbang Ezekiel. Tapi, apa mereka saling kenal? Mungkin saja senasib karena beberapa hal, atau justru dekat sejak lama. Lantas, apa yang membuat kondisi hidup mereka berbeda?
Aku belum yakin hidup di Arosia itu keras atau biasa saja. Sejauh pengamatanku, tidak begitu berat hidup di sini selama punya profesi. Terlebih jika monster dan sihir merupakan masalah utama setiap hari, sehingga upah pun tidak perlu dipusingkan.
"Ah ya, kamu kenal Ezekiel?" tanyaku sekadsr memastikan.
Darren lagi-lagi mengiakan, tapi tidak menambahkan informasi baru.
Aku jelas bingung. Kenapa dia begitu irit bicara? Apa aku membosankan? Atau pertanyaanku tabu? Apa dia tidak menyukaiku?
Kulihat dia kemudian duduk lalu berbaring di tempat duduk yang tampak tidak lagi empuk. Sepertinya kedua makhluk ini, Ezekiel maupun Darren, memiliki suatu kesamaan.
Lantas terlintas kembali dalam benakku akan asal-usul para Guardians, terlebih mereka semua berasal dari bintang yang berbeda.
Mariam adalah Virgo, Idris itu Leo, sementara Khidir tentu saja Libra, Gill pernah bercerita kalau dia Pisces sementara Nemesis itu Taurus.
Sementara yang lain belum kutanyakan, tapi aku menyakini beberapa hal. Ah, mungkin akan kutanyakan nanti, segera setelah bicara langsung pada Ezekiel.
"Darren, kamu yang mana?" tanyaku tiba-tiba.
Dia menatapku, tampak bingung.
"Um, maksudku apa kekuatanmu–maksudnya rasi bintang! Ya, itu." Aku mencoba merangkai kata. "Kamu tahu kode nama Ezekiel? Seperti bintang mana? Andromeda? Atau ... Lainnya? Aku punya banyak pertanyaan untuk kalian."
KAMU SEDANG MEMBACA
Guardians of Shan [3] : Niveous [✓]
Fantasy| Guardian of Shan Season 3 | Akibat Zibaq, Kyara terlempar ke negeri asing dan nyaris ditelan kadal raksasa untuk sekian kalinya. Beruntung ada Guardian yang menyelamatkan, meski dia tidak kalah anehnya. Kyara pun hidup bersamanya di bawah nama sam...