✳️ 1 : Guardian dan Gigantropy - 4 ✳️

192 35 17
                                    

Kini aku sedikit paham gambaran apa yang bakal terjadi berikutnya.

Misi pertama barangkali penyelamatan atas diriku. Kemudian melindungi dari Zibaq. Tak heran kenapa aku seolah dikurung di sini.

Misi kedua mungkin penyelamatan rakyat Aibarab yang kini entah di mana disembunyikan. Yang pasti, mereka bisa jadi dijadikan umpan bagi Zibaq.

Sekarang, tugasku tidak lain hanya menunggu. Di tempat tersembunyi ini. Bersama gadis rubah.

"Apa boleh keliling kota sebentar?" tanyaku yang sudah bosan.

"Mungkin." Itu saja jawaban Safir.

Dulu, biasanya kami ada jadwal keliling kota bersama bahkan makan di malam sebelum hari libur agar besok bisa tidur lebih lama. Tapi, situasi sekarang sepertinya tidak memadai. Aku bahkan tidak tahu apa yang terjadi di luar sampai-sampai Ezekiel mendadak sibuk seperti ini.

"Ini hari apa?" tanyaku.

Safir pun menyebut hari.

"Berarti besok libur," komentarku. "Harusnya kita bisa bersantai sampai tengah malam."

"Ya," balas Safir yang kini berbaring di lantai tanpa alas, layaknya karpet. "Asalkan dia ikut."

"Jadi, kita di rumah saja apa keluar?" tanyaku.

"Kau mau keluar?" tanya Safir.

"Ya."

"Dia bilang kalau kita keluar, dia bakal tahu, jadi tidak perlu izin," jelas Safir. "Tapi, tentu saja dia bakal mengawasi."

"Kamu boleh ke mana saja asal aku ikut." Begitulah yang kubayangkan jika aku minta izin langsung dari Ezekiel.

Ah, prasa yang wajar bakal diucapkan seorang pelindung. Tapi, aku yakin menengok sebentar di luar tidak akan buruk.

"Aku akan sekolah di sini?" tanyaku lagi.

Tidak mungkin aku dibiarkan bernaung di sini tanpa perkembangan. Aku merasa malu jika itu terjadi. Tanpa kekuatan saja sudah membuatku minder, apalagi ditambah ini.

"Ya," jawab Safir lagi. "Tapi, nanti."

"Kamu kenapa tiba-tiba aneh begini?" heranku.

"Aneh apanya?"

"Entahlah. Aku merasa ada yang janggal."

"Yah, aku sendiri tidak tahu." Safir terdengar tidak peduli.

"Safir!" Aku protes.

"Apa?" Dia terdengar risi.

"Aku boleh keluar?" Aku mengulang pertanyaan.

"Iya!" Safir meninggikan suara. "Tapi, dia harus ikut!"

"'Kan cuma menengok sebentar," bantahku. "Kenapa, sih? Ada apa di luar?"

"Keras kepala! Tentu saja bahaya!"

"Aku bukannya keras kepala, aku hanya mempertanyakan."

"Kamu dan para pelindungmu sama saja!" serunya. "Kalian banyak maunya, tapi disuruh sedikit tidak mau!"

Safir berpaling lalu berbaring di lantai, membelakangiku. Dia sepertinya merajuk.

Aduh, memang sesabar itu para Guardian atau Safir-nya yang mendadak pemarah?

Mau kutanyakan ada apa, tapi merasa tidak sopan karena kesannya seperti ikut campur.

Aku bernapas. "Kapan Ezekiel pulang?"

"Tidak tahu, yang pasti dia akan memeriksamu secara rutin."

Terdengar aneh sekaligus wajar di saat yang sama. Tapi, lagi-lagi aku harus tahu keadaan luar sebelum menilai perlakuan Ezekiel.

Guardians of Shan [3] : Niveous [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang