Bagian 11

11.1K 983 20
                                    

Persis seperti yang dikatakan Yudha sebelumnya, Hanum memang sangat baik. Setelah belakangan ini cukup sering bergaul dengan Hanum, tidak ada yang tidak Anin sukai darinya. Hanum bisa dijadikannya sebagai panutan sebagai sesama perempuan. Sebab Hanum adalah wanita yang lembut dan seorang ibu yang penuh dengan kasih sayang.

Hari ini sudah kesekian kalinya Hanum mengundangnya ke rumah. Terlihat hampir setiap hari tapi Anin sengaja tidak datang diakhir pekan. Dia tidak ingin mengganggu waktu wanita itu saat bersama Radhit dan anak-anak mereka.

Terkadang mereka hanya brunch bersama, membuat cemilan -meski tak banyak yang bisa Anin bantu- hingga sekedar bermain bersama anak-anak. Dengan begitu Anin juga bisa mengusir rasa sepi yang sering menghantuinya.

Setiap datang ke sini, Anin biasanya disuguhi dengan makanan yang berbeda-beda. Kali ini Hanum menyajikan bolu cokelat dan juga segelas teh. Kepiawaian wanita itu dalam membuat makanan, cemilan hingga kue memang tak diragukan lagi. Karena itu Anin tak akan heran jika anak-anak Hanum memiliki tubuh yang berisi.

Anin duduk berdua dengan Hanum di ruang tamu. Sementara anak bungsu Hanum yang biasanya selalu lekat dengan ibunya itu sedang tidur di kamar setelah kelelahan menangis. Hanum memang melarangnya bermain game terlalu lama. Dan sama seperti anak-anak pada umumnya, dia akan memberontak keras dan menangis jika dihentikan saat sedang seru-serunya.

"Sudah lebih dua minggu saja kamu kesini ya, Nin? Yang kelihatan lebih beruntung dengan masuknya kamu ke keluarga Gunawan jadinya aku, bukannya suami kamu."

Setelah mengatakan itu, Hanum terkekeh. Membuat kalimatnya yang tadinya memang berasal dari hati itu kini terdengar seperti candaan belaka. Sementara Anin tersenyum mendengarnya. Dia meletakkan kembali gelas ke atas meja setelah menelan seteguk, sengaja membasahi tenggorokannya.

Lebih dari dua minggu sejak hari pernikahannya. Selama itu tidak ada yang berubah dari kesehariannya. Kecuali fakta bahwa tak jarang Anin merasa dirinya semakin kesepian. Setidaknya itu yang dia rasakan setiap kali berdiam diri di rumah. Tapi dia cukup beruntung karena perasaan itu akan terlupakan saat bersama Hanum, Mita ataupun ayahnya.

Anin bahkan tak menyangka bahwa setelah keinginannya keluar dari rumah ayahnya terwujud, pikirannya malah sering tertuju kesana. Dia merindukan saat-saat dimana dirinya harus mendengar kalimat ketus dan wajah menyebalkan Syania ataupun Rianti. Mendengar suara Fatma saat sedang menegur asisten rumah tangga jika pekerjaan mereka dinilai kurang bagus. Setidaknya hal seperti itu membuat suasana rumah terasa ramai.

Bodohnya Anin sempat lupa bahwa keluarga ayahnya itu merasa senang setelah dirinya meninggalkan rumah. Syania bahkan dengan sengaja mengirim pesan padanya. Kakaknya itu merasa tenang karena tidak ada Anin lagi di rumah itu. Padahal bukan dia yang sering membuat kehebohan melainkan sebaliknya.

"Aku juga beruntung, Mbak. Karena kalau nggak ada Mbak disini, aku nggak tau mau mengisi waktu sama siapa. Di rumah rasanya sepi."

Anin sudah mencoba untuk mengisi waktunya bersama Rini. Tapi saat duduk bersama, tidak banyak yang bisa mereka bicarakan. Karena perbedaan umur yang jauh membuat topik pembicaraan mereka terkesan kaku. Bahkan disaat menonton televisi pun, Rini lebih banyak diam. Terkadang baru sebentar duduk, wanita itu akan teringat dengan pekerjaan yang belum atau baru setengahnya dia kerjakan.

"Ini bisa dibilang salah Yudha juga nggak sih? Harusnya dia bawa kamu ikut dengannya. Saat hari pernikahan kalian, aku lihat Tante Rima suka sekali sama kamu." Hanum terdiam beberapa detik sebelum melanjutkan kalimatnya. "Tapi kalau kamu ikut Yudha, aku yang jadinya nggak bisa seperti sekarang. Karena nggak ada kamu sebagai teman mengobrol."

Sejujurnya Anin tidak tahu bahwa tempat yang Yudha tuju adalah kota yang sama dengan Rima. Dan Anin juga tidak tahu bahwa Yudha akan tinggal di rumah bundanya itu. Informasi yang harusnya Anin ketahui dari Yudha nyatanya malah dia dengar dari Hanum.

Hold You in My HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang