Bagian 23

12K 1K 49
                                    

Up di jam lebih awal nih untuk yg udah nggak tahan ketemu Anin dan Yudha, wkwkwk

Aku selalu usahain cepat up kok, tapi kendala kadang selalu ada aja kan yaaa.... Kayak ide yang tiba-tiba ngilang atau feel untuk yang udah diketik nggak dapat, dll.

Jadi mohon bersabar yaaa 🤭

Dan makasih loh sama yg udah ingetin aku 😘😘

Selamat baca 🤗

~~~

Setelah memastikan tangannya sudah sepenuhnya kering, Anin beranjak meninggalkan dapur. Yudha belum juga menampakkan dirinya sehingga Anin yakin tamu yang datang sepertinya memiliki keperluan yang sangat penting dengan pria itu. Atau mungkin saja kabar kesembuhan Yudha sudah tersebar sehingga bisa saja temannya lah yang datang.

Entahlah! Mengingat apa yang Yudha katakan membuat Anin masih tak bisa mempercayai pikiran suaminya itu. Yudha bisa membuat kebohongan sampai dua tahun lamanya meski pun Anin belum tahu apa alasannya. Dan sudah pasti hanya satu atau dua orang yang tahu tentang kebenarannya.

Tepat setelah dia dan Yudha selesai sarapan, suara kendaraan terdengar dari halaman rumah. Yudha lebih dulu beranjak setelah mengatakan tamu itu kemungkinan besar datang untuk menemuinya. Sementara Anin tidak mengikuti Yudha.

Anin membersihkan meja makan dan mencuci peralatan masak dan piring yang kotor. Dia tidak harus menunggu Rini untuk mengerjakannya sementara dia bisa melakukannya sendiri. Anin akan menyusul Yudha setelah menyelesaikan pekerjaannya. Itu yang Anin rencanakan tadinya.

Namun ketika sampai di ruang tamu, Anin tidak mendapati siapapun disana. Setelahnya dia juga tidak melihat siapapun yang duduk di kursi teras rumah. Dan ketika pandangannya beralih ke halaman, Anin hanya menemukan Yudha. Pria itu berjongkok, menahan berat tubuhnya dengan kedua kaki itu dan terlihat sibuk dengan motor besar hitam yang ada didekatnya.

"Motor siapa, Mas?" Anin bertanya setelah berada didekat Yudha. Ditatapnya pria itu sebelum melirik ke kiri dan kanan. Tetap saja dia tidak melihat siapapun selain Yudha. "Terus tamu kamu tadi dimana? Sudah pulang?"

"Motorku," jawab Yudha sambil menarik tubuhnya berdiri. Dia berkacak pinggang tanpa mengalihkan pandangan dari motor besar kesayangannya itu. "Aku meminta orang mengirimkannya dari tempat aku menitipkannya. Bagaimana menurutmu?" tanyanya sambil mengelus windshield motornya dengan pelan.

"Besar dan terlihat.... gagah?" jawab Anin tak yakin. Sebab dia tidak paham kata apa yang lebih tepat untuk mengomentari sebuah motor. Lagi pula Yudha aneh-aneh saja. Untuk apa menanyakan hal itu padanya?

Mendengar jawaban istrinya, Yudha terkekeh pelan. Saat pertama kali melihat motor ini, kata gagah juga ada di dalam pikirannya saat itu.

Yudha memang lebih menyukai motor dibandingkan mobil karena tidak membuatnya menghabiskan waktu yang lama di perjalanan. Baru beberapa hari setelah kembali ke tanah air, dia mencari motor yang bisa dia gunakan untuk berpergian. Dan karena menyukai body motornya ini meski tidak terlalu paham dengan spesifikasi mesinnya saat itu, Yudha langsung memilihnya. Bisa digunakan dan memuaskan hatinya, itu sudah lebih dari cukup.

Tapi Yudha jelas tidak akan menduga kalau motornya ini jarang terpakai karena kondisinya yang tidak memungkinkan selama dua tahun belakangan.

"Siap untuk jalan-jalan denganku?"

Yudha meminta orang untuk mengirim motornya dari apartemen Ditya memang bukan tanpa alasan. Selain karena sudah cukup lama tidak mengendarai motor, dia juga ingin jalan-jalan dengan istrinya. Apalagi cuaca hari ini seperti sedang mendukungnya. Tak ada matahari yang terlihat karena langit diselimuti awan. Meski begitu, belum ada tanda-tanda akan turun hujan juga.

Hold You in My HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang