Ini untuk mood booster bagi yg nggak kemana-mana seharian ini, wkwkwk
Selamat baca 🤗
~~~
Yudha menghentikan motornya di salah satu minimarket yang ada di pinggir jalan. Setelah mendapatkan ijin untuk memarkirkan motornya sebentar, Yudha mengajak Anin untuk mengikuti langkahnya.
Yudha hanya mengatakan kalimat, "ikut aku," ketika istrinya bertanya heran. Dia menggenggam tangan kiri Anin dengan erat, seakan takut istrinya itu akan tertinggal karena langkah kakinya yang lebar. Padahal nyatanya Yudha merasa sangat nyaman dengan tautan tangan mereka dan merasa enggan untuk melepaskannya.
Walaupun sudah beberapa langkah menjauhi minimarket dan kini mereka mendekati jembatan, Anin masih tidak tahu tempat apa yang menjadi tujuan Yudha. Dan pertanyaannya terjawab sudah ketika suaminya itu berhenti dan berdiri dengan tatapan setengah menerawang. Memperhatikan jalanan yang terlihat sedikit ramai dari atas trotoar jembatan yang mereka pijak.
Anin menatap bingung sekelilingnya. Jembatan ini yang menjadi tujuan Yudha? Tapi untuk apa?
Anin menyandarkan perutnya ke pembatas jembatan. Kepalanya sedikit menunduk. Matanya memperhatikan air yang mengalir dibawah sana. Ini hanya sungai kecil yang aliran airnya tidak deras namun terlihat mampu menghanyutkan beberapa sampah plastik.
Belum sempat Anin menanyakan tujuan Yudha sehingga mengajaknya kesini, dia menemukan Yudha sedang menatapnya sayu. Tubuh pria itu sudah menghadap ke arah Anin. Sebelah tangan Yudha memegang pembatas jembatan dengan erat, sementara satu lagi masih menggenggam tangannya.
"Tak lama setelah aku pulang, Pak Dodi, pemegang saham terbanyak setelah Papa memintanya untuk mengajakku makan malam bersama mereka. Saat itu dia menyampaikan niatnya untuk menjadikanku menantunya."
Anin menatap Yudha kaget. Dia kembali mengingat apa yang pernah Yara katakan padanya. Jadi inikah yang dimaksud oleh Yara malam itu? Rencana perjodohan Yudha tak lama setelah pria itu kembali dari luar negeri?
"Pak Dodi mengatakan padaku kalau salah satu putrinya menyukaiku. Gadis itu kuliah di kampus yang sama denganku dan beberapa kali melihatku di perkumpulan mahasiswa asal Indonesia. Itu pengakuannya. Tapi bagaimana pun kerasnya aku mencoba, aku pikir aku tidak mengingatnya dan aku yakin kami juga belum pernah berinteraksi sebelumnya. Entah apa yang membuatnya berpikir kalau dia menyukaiku."
Yudha memiliki sesuatu yang membuat perempuan menatapnya lagi setelah lirikan pertama. Wajah yang tampan, tubuh yang bagus dan pribadi yang Anin rasa cukup baik. Meski masa lalunya yang belum jelas membuat Anin yakin bahwa siapapun perempuan yang ada di posisinya sekarang akan berpikir dua kali sebelum mempercayai Yudha.
"Aku menolaknya, tentu saja. Namun Pak Dodi tidak menyerah sehingga beberapa kali memanfaatkan Papa untuk membuatku bertemu dengan putrinya. Aku tidak tertarik dengannya, aku bahkan sudah mengatakannya secara langsung pada gadis itu. Tapi Pak Dodi tetap bersikeras. Dia mulai mencoba untuk menarikku ke perusahaan. Mungkin dia berencana mengikatku dengan utang budi. Dia mungkin berpikir bahwa aku sama seperti kedua kakakku yang sangat tertarik untuk menggantikan posisi Papa."
Anin sudah sepenuhnya menghadap pria itu. Dia memperhatikan wajah Yudha dengan lekat, mencoba untuk menilai apakah Yudha hanya sekedar membual atau memang kenyataannya lah seperti itu. Tak ada suara yang terdengar di telinganya selain suara Yudha. Seakan-akan suara mesin kendaraan yang berlalu lalang tidak mampu ditangkap oleh telinganya.
"Karena desakan dari Pak Dodi dan para pendukungnya, Papa akhirnya menyerah. Sehingga untuk kedua kalinya Papa memaksakan kehendaknya padaku setelah sekian lama membiarkanku hidup dijalan yang aku pilih. Dia ingin aku bekerja di perusahaan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hold You in My Heart
ChickLitAnindia Puspita pasrah ketika ditinggalkan Bastian Yudha Gunawan sejak dia dinikahi dan dibawa untuk tinggal di rumah suaminya itu. Berminggu-minggu lamanya Yudha tidak pulang dengan alasan pekerjaan setelah pesta pernikahan mereka selesai dilaksana...