Kondisi putri bungsunya jauh lebih buruk dari yang dibayangkannya sepanjang perjalanan. Sehingga keputusannya untuk bergegas datang adalah hal yang tepat. Andai saja Ridwan Hartono menunda hingga esok hari, mungkin Anin akan melewatkan malam yang panjang dengan penuh kesulitan. Anin tentu tidak akan bisa menunggu besok datang untuk mendapatkan jawaban darinya dengan kondisi tubuh yang juga buruk.
Baru kali ini Ridwan Hartono melihat Anin berada di titik terendah dalam hidupnya. Putri bungsu yang selama ini dikenalnya kuat dan tegar itu benar-benar terpuruk karena apa yang selama ini disembunyikannya terkuak sudah. Dia tentu tahu bagaimana terlukanya Anin saat ini. Namun tidak ada gunanya Ridwan Hartono mengelak dan kembali berbohong. Karena Anin tentu tidak akan melupakan apa yang sudah didengarnya dari Rima.
"Lihat Papa!"
Sekali lagi Anin mendengar ucapan yang sama dari ayahnya. Namun dia tidak menurutinya dan tetap menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan yang gemetar. Anin menangis karena mengingat kembali cerita masa lalu yang keluar dari mulut ayahnya.
Dari sekian banyak kejutan yang didengarnya tentang masa lalu orang tuanya, hanya satu yang tidak bisa Anin terima kebenarannya. Kenyataan bahwa Ridwan Hartono bukan ayah kandungnya. Bagaimana mungkin orang yang selama ini dia ketahui sebagai ayah kandungnya ternyata adalah pamannya?
Selama ini Anin selalu berusaha untuk menarik Ridwan Hartono ke sisinya. Anin belajar dengan rajin dan menjadi anak yang penurut agar tidak diabaikan seperti keempat kakaknya. Terkadang Anin pun merasa kesal ketika ayahnya sudah terlalu fokus pada pekerjaan. Dan sering kali dia merasa egois dan juga serakah akan semua perhatian ayahnya. Meskipun seluruh keluarga Hartono tidak menyukainya, memiliki ayahnya saja sudah cukup bagi Anin.
Tapi setelah tahu bahwa dirinya ternyata tak sepatutnya mendapatkan kasih sayang dari sang ayah, bagaimana Anin bisa baik-baik saja? Bagaimana dia bisa menerima hal ini karena setelah fakta itu keluar dari mulut ayahnya, Anin merasa kehilangan yang sangat besar?
"Anin, lihat Papa." Ridwan Hartono menarik paksa tangan Anin menjauh dari wajah pucat yang bersimbah air mata itu. Jika Anin dibiarkan menangis lebih lama lagi, kondisi tubuhnya mungkin akan bertambah buruk dari saat ini. "Kamu ingin marah, kecewa atau kesal kepada Papa, kamu hanya perlu mengatakannya. Lampiaskan semuanya kepada Papa asalkan kamu merasa lega. Jangan seperti ini."
Anin memang marah, kesal dan juga kecewa. Tapi perasaan itu sepertinya lebih ditujukan kepada takdir hidupnya dan dirinya sendiri, bukan sepenuhnya pada sang ayah. Ayahnya sudah melakukan banyak hal untuknya selama ini. Tapi dia yang selalu mendesak agar bisa mengetahui masa lalu orang tuanya. Dan seperti ini lah akibat yang harus Anin tanggung.
Andai saja waktu bisa diulang, Anin ingin kembali ke saat dimana dia tidak tahu dan tidak penasaran dengan masa lalu orang tuanya. Dengan begitu kenyataan ini mungkin tidak akan pernah dia ketahui dan akan terkubur begitu saja sehingga dia tidak berakhir terluka. Dan sampai sekarang pun dia akan tetap berpikir bahwa ayah kandungnya adalah Ridwan Hartono.
Tapi apakah hal seperti itu juga benar-benar tepat untuknya? Apakah menjadi orang yang tidak tahu apapun tentang kedua orang tuanya merupakan pilihan yang tepat? Entahlah! Nyatanya ketika sebelum atau sesudah mengetahuinya masa lalu, Anin tetap terluka.
"Tadinya.... aku benar-benar berharap kalau Papa akan membantah apa yang bunda Rima katakan." Anin menatap ayahnya nanar. Dia merasa kesulitan untuk mengutarakan isi hatinya. "Aku berharap Papa akan bilang kalau aku...." anak kandung Papa. Bukan anak Om Abri.
Jika kini waktunya bagi Anin untuk berandai-andai, Ridwan Hartono tentu juga bisa melakukannya. Andai saja setelah ayahnya meninggal dia langsung memberitahu kebenarannya, mungkin Anin tidak akan terluka separah ini. Andai saja dia memberitahu Anin lebih awal sehingga putri bungsunya itu bisa mengakui Abrianda sebagai ayah kandung sebelum adiknya itu meninggal dunia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hold You in My Heart
ChickLitAnindia Puspita pasrah ketika ditinggalkan Bastian Yudha Gunawan sejak dia dinikahi dan dibawa untuk tinggal di rumah suaminya itu. Berminggu-minggu lamanya Yudha tidak pulang dengan alasan pekerjaan setelah pesta pernikahan mereka selesai dilaksana...