Bagian 16

10.2K 872 30
                                    

Yang semalam dapat notif taunya nggak bisa dibaca, maaf yaaa kena php 😁😁

Aku mau nyimpan habis ngetik, mungkin efek ngantuk taunya ke publish. Habis dari kamar mandi baru sadar ada notif yang nekan bintang 😜 Namanya juga manusia yaa,, nggak luput dari kesalahan, wkwkwk

Tapi tetap aku up sekarang kan yee 😅😅😅

Selamat baca 😉

***

Senyum Yara menyambut Yudha tepat setelah pria itu keluar dari kamarnya. Wajah mengantuk yang tadinya sulit menghilang meskipun sudah disiram dengan air pada akhirnya tergantikan dengan raut kaget. Yudha jelas tidak menyangka akan mendapati Yara berada di apartemennya pagi ini. Tidak bisa dibilang pagi juga karena jam sudah menunjukkan lewat pukul sepuluh. Tapi tetap saja, perempuan ini tidak seharusnya ada disini.

Dan bagaimana dengan Ditya? Apa pria itu masih tidur?

Yudha melirik ke arah pintu kamar Ditya yang tertutup rapat. Jika Ditya masih tidur, bukan kah artinya Yara bisa masuk sendiri ke apartemen ini tanpa dibukakan pintu oleh Ditya? Padahal password apartemennya sudah diganti demi menghindari kedatangan Yara secara tiba-tiba seperti sekarang ini.

Dalam hatinya Yudha menggerutu kesal. Ditya mungkin memberitahu Fadiel mengenai password baru apartemennya. Dan kemudian Fadiel mengatakannya lagi pada Yara, sama seperti sebelumnya sehingga Yara bisa ada disini sekarang. Hanya itu kemungkinannya.

"Apa yang kau lakukan disini?"

Raut wajah Yudha terlihat tidak senang. Dia sudah meminta Yara menjaga jarak darinya untuk sementara waktu. Tapi nyatanya perempuan ini tak mengindahkan perkataannya. Keberadaan Yara disini hanya akan menyulitkan mereka berdua.

"Aku sudah menyiapkan sarapan untukmu di meja makan. Makanlah," ucap Yara sebelum melangkah dengan membawa nampan yang diatasnya berisi tiga gelas cairan berwarna kuning pucat.

Yudha berjalan menuju meja makan. Namun bukannya menikmati sarapan yang sudah disiapkan Yara, pria itu malah melewatinya begitu saja. Bahkan tanpa melihat terlebih dulu sarapan apa yang sudah perempuan itu siapkan untuknya.

Tangan Yudha meraih gelas, mengisinya dengan air dari dispenser hingga penuh. Dia menelannya habis dalam tiga kali teguk dengan kepala yang memikirkan satu hal. Apa yang harus dikatakannya lagi kali ini untuk menyuruh Yara pulang dan benar-benar melakukan apa yang pernah dikatakannya sebelum ini?

Namun suara gelak tawa pria yang tiba-tiba terdengar seketika menarik perhatian Yudha. Dia merasa lega setelah menyadari bahwa bukan dirinya dan Yara saja yang ada disini. Entah siapa yang kini tertawa, setidaknya Yudha bisa berterima kasih karena sudah menghindarinya dari kemungkinan terjadinya masalah.

Yudha bergegas mendekati dua orang pria yang kini duduk di sofa. Keduanya terlihat belum menyadari kehadirannya. Tatapan keduanya tertuju ke layar televisi yang menampakkan wajah.... Liara dan Dinar?

"Menurutku hitam yang lebih bagus. Kayak yang dipakai cewek yang ada di drama cina itu loh. Kalau aku yang pake kelihatan cocok nggak ya?"

Dinar mengambil satu baju kaos dengan tulisan Dior di bagian depannya. Dia mencoba meletakkannya di depan dada sambil mematut pantulannya di cermin.

"Lebih cantikan yang warna putih sih menurutku."

Liara yang memiliki pendapat berbeda melakukan hal yang sama seperti Dinar pada baju yang memiliki model dan desain yang sama. Namun bukan warna hitam melainkan putih.

Hold You in My HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang