Bagian 50

11.7K 1K 180
                                    

Sambil menangis tersedu-sedu Yeri menghubunginya ketika jam menunjukkan hampir pukul sembilan malam. Saat Yeri meminta bantuannya untuk mencari Yara, tempat yang dipikirkan Ditya pertama kali tentu saja rumah sakit. Temannya itu mungkin sedang bekerja. Namun sebelum menghubunginya, ternyata Yeri lebih dulu mendapat panggilan dari rumah sakit yang menanyakan keberadaan Yara. Dengan begitu Ditya tahu kalau Yara lagi-lagi tidak masuk kerja.

Kali ini apalagi yang terjadi?

Hanya itu kalimat yang ada didalam pikiran Ditya saat ini. Sebab sudah ada tempat kedua yang diyakini Ditya sebagai tempat keberadaan Yara sekarang sehingga dia tidak perlu pusing untuk berpikir. Ditya hanya perlu mengecek apakah Yara benar ada disana atau tidak.

"Siang tadi kakakku ke rumah Bang Yudha. Katanya mau ajak istri Bang Yudha makan siang. Aku sudah larang tapi dia tetap pergi, Bang. Seharusnya setelah dari sana dia pulang dulu sebelum berangkat kerja karena nggak bawa mobil. Tapi karena sampai sore kakakku nggak pulang juga, aku pikir dia langsung ke rumah sakit. Nggak taunya dia nggak ada kabar."

Dari penjelasan Yeri, Ditya pikir dia bisa menebak satu hal. Bahwa Anin memenangkan pertempuran meski dia tidak tahu jenis perang apa yang berlangsung antara dua perempuan itu. Entah perang mulut atau fisik, Yara mungkin begitu terpukul dengan kekalahannya.

Awalnya itu lah yang dipikirkan Ditya sebelum akhirnya nekat menghubungi Yudha. Temannya itu menerima panggilan darinya setelah panggilan kesekian dengan kekesalan yang terdengar jelas dari suaranya. Ditya sadar bahwa dia mungkin mengganggu Yudha yang sedang melakukan rutinitas malamnya. Tapi dia hanya ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi sehingga dia bisa lebih mudah menenangkan Yara.

Dan Yudha kemudian membeberkan tentang kebenaran dari dugaan Ditya tadi sebelum mengakhiri panggilan begitu saja. "Dia memintaku menikahinya dan aku menolaknya mentah-mentah seperti yang pernah kau dan Fadiel ajarkan. Mungkin dia malu karena aku melakukan itu didepan istriku dan juga Bunda. Kalau kau ingin mencarinya, jangan bertanya padaku dimana dia. Karena kau pasti yang lebih tau dimana keberadaannya dibandingkan aku."

Ditya ingin memperbaiki satu kalimat yang diucapkan Yudha karena jelas tidak tepat adanya. Sebab kenyataannya adalah Ditya tidak mengajarkan apapun pada Yudha karena hanya Fadiel sendiri lah yang melakukannya. Tapi Ditya menahan diri agar tidak menghubungi Yudha lagi. Dia tidak ingin disembur berbagai kalimat penuh kekesalan dari temannya itu yang sudah tidak sabar untuk memiliki anak.

Setelah apa yang terjadi siang tadi, maka tak heran jika Yara tidak masuk kerja malam ini. Perempuan itu pasti sedang patah hati sekali. Memikirkan itu saja Ditya merasa sedikit iba pada Yara. Jika Yudha mempraktekkan ajaran Fadiel sebelumnya, hal itu pasti benar-benar mematahkan hati Yara dan dengan telak mendorong perempuan itu untuk mundur.

"Katakan saja kalau kau tidak memiliki perasaan padanya dan juga tidak akan pernah bisa mencintainya sampai kau tiada. Tegaskan padanya kalau dia hanya sebatas temanmu, tidak akan pernah lebih dari itu. Ingatkan dia akan batasannya sebagai teman. Jelaskan padanya kalau kau akan tetap baik-baik saja meskipun dia bukan temanmu lagi. Kalau bisa tiduri istrimu didepannya agar dia tau kalau di matamu hanya ada Anin seorang."

Ditya menggelengkan kepala ketika ucapan Fadiel sebelumnya tergiang-ngiang di kepalanya. Bagian terakhir dari ajaran Fadiel sudah pasti tidak akan dipraktekkan Yudha, meskipun sekedar mencium Anin didepan Yara. Sebab ada Rima diantara mereka bertiga. Tapi mengingat bagaimana gilanya temannya itu, bisa saja itu terjadi bukan?

Setelah memarkirkan mobilnya, Ditya melenggang masuk kedalam klub malam yang sudah cukup sering didatanginya itu. Saat ini tak seramai ketika dia datang biasanya karena berhubung malam ini bukan lah malam minggu. Sehingga tanpa perlu mengedarkan pandangannya kesana-kemari, tatapan Ditya langsung tertuju kepada punggung Yara yang duduk membelakanginya.

Hold You in My HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang