Dadanya berdebar ketika satu pesan dari Ditya tiba-tiba masuk ke ponselnya sore tadi.
Ada yg ingin aku bicarakan denganmu. Ayo bertemu sekalian makan malam bersama.
Entah hanya karena perasaannya saja atau bukan, Ditya selalu seperti ini kepadanya. Ketika Yeri sudah berhasil sadar dari ketertarikan singkat pada Ditya, teman kakaknya itu tiba-tiba datang dan menggoyahkan hatinya lagi.
Ditya pasti hanya menganggapnya sebagai adik perempuan Yara yang berarti adik pria itu juga. Hal itu yang sering diyakini Yeri sehingga tidak sulit baginya untuk berpaling dari ketertarikannya pada Ditya. Tapi sebagai seorang gadis yang mendapatkan perlakuan manis dari lawan jenis, apa salah jika dia tetap terbawa perasaan pada pria itu? Apalagi ajakan makan malam dengan alasan ada sesuatu yang ingin dibicarakan Ditya cukup mempengaruhi hatinya.
Yeri penasaran dengan apa yang ingin dikatakan Ditya padanya. Apakah sesuatu yang berkaitan dengan kakaknya atau memang ini berhubungan dengan dirinya. Tapi mengingat Yara berada dalam kondisi yang baik saat ini dan tak lagi menimbulkan masalah, sudah pasti bukan mengenai kakaknya itu yang ingin dibicarakan Ditya. Lagi pula Yara dan pria itu sudah bertemu sore tadi di apartemen Putra.
Apa mungkin yang ingin dibicarakan Ditya memang ada kaitannya dengan dirinya? Jika benar, memangnya mengenai apa? Yeri pikir dia tidak pernah membuat masalah dengan pria itu. Dan tidak mungkin juga Ditya akan menyatakan perasaan padanya bukan?
Oh, bagian terakhir terdengar sedikit tidak masuk akal meski saat membayangkannya saja wajah Yeri terasa memanas dibuatnya. Apalagi disaat dia harus menunggui Ditya makan. Jantungnya berdetak tak beraturan.
"Kau yakin tidak mau makan?"
Sebelum makan tadi Ditya sudah bertanya sebanyak dua kali padanya. Dan kemudian Ditya mengulanginya lagi sebagai kalimat pertama yang keluar dari mulut pria itu setelah menghabiskan makanannya.
"Aku minum saja cukup, Bang," ucap Yeri. Dia bukan tipe perempuan yang akan tetap makan makanan berat walaupun sudah lewat dari jam delapan malam. Berat badannya cenderung mudah sekali mengalami kenaikan.
"Kau marah padaku, adik manis?"
"Nggak," bantah Yeri berusaha tak terpengaruh meski panggilan pria itu membuat wajahnya bersemu. Ditya terlambat peka. Harusnya pria itu sadar sejak dia masuk ke mobil dengan wajah masam. "Tapi agak kesal sih, sedikit."
Ditya memang mengajaknya bertemu untuk makan malam bersama. Namun tidak jelas jam berapa makan malam versi Ditya sehingga Yeri pikir mungkin sekitar setengah tujuh atau jam tujuh tepat. Tapi jangankan menjemputnya, sudah lewat jam makan malamnya pun Ditya belum ada kabar sama sekali.
Hampir jam sembilan malam, Ditya baru menghubunginya. Pria itu mengatakan bahwa dia sudah ada di pinggir jalan depan rumah Yeri. Ditya beralasan bahwa dia tertidur di apartemen Putra. Karena itu lah Yeri melewatkan makan malamnya hari ini dan memilih segelas jus buah sebagai teman saat menatap pria tampan didepannya.
Ditya terkekeh. "Kalau begitu aku berutang satu makan malam padamu. Lain kali aku akan membayarnya kapanpun kau mau."
Yeri menahan dagunya dengan telapak tangan dan siku yang menekan meja. "Aku juga yang pilih tempatnya?" Ditya mengangguk sebagai jawaban. "Kalau aku minta makan malam di restoran Jepang, Abang nanti jangan mengeluh."
"Tidak akan. Mau nanti di restoran Jepang, Korea atau Cina, aku tidak akan mengeluh untuk membayarnya. Itu janjiku."
Sudut bibir Yeri terangkat. "Abang yang bayar juga?"
"Itu sudah pasti," jawab Ditya cepat. "Aku tidak mungkin meminta bocah kecil sepertimu untuk membayar makanku."
"Aku bukan bocah kecil, Bang. Aku cuma seorang mahasiswi tahun akhir yang masih menampung uang jajan dari orang tua. Duit Abang pasti banyak ya? Orang yang kerjanya dibidang IT kan katanya gajinya besar."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hold You in My Heart
ChickLitAnindia Puspita pasrah ketika ditinggalkan Bastian Yudha Gunawan sejak dia dinikahi dan dibawa untuk tinggal di rumah suaminya itu. Berminggu-minggu lamanya Yudha tidak pulang dengan alasan pekerjaan setelah pesta pernikahan mereka selesai dilaksana...