Bagian 53

10.4K 1K 171
                                    

"Kenapa Paman hanya memiliki satu istri?"

Bukannya menjawab, pertanyaan itu tiba-tiba keluar dari bibir Yudha. Membuat ayah Yara tampak cukup terkejut mendengarnya. Padahal dia begitu berharap Yudha langsung mengiyakan permintaannya mengingat bagaimana pertemanan antara putrinya dengan pria ini yang terjalin sejak lama.

Dibandingkan dengan Putra, tentu ayah Yara lebih memilih Yudha untuk dijadikan sebagai menantunya. Dia sudah mengenal lama pria yang duduk dihadapannya ini. Meski memiliki keluarga yang bermasalah, Yudha dapat menunjukkan bahwa tanpa keluarganya pun dia mampu berdiri sendiri. Terbukti dengan pendidikan pria itu dan beberapa prestasi serta pekerjaan yang dilakukannya di luar negeri. Termasuk kesuksesannya sekarang. Apalagi perasaan putrinya begitu besar pada Yudha. Semua terasa lengkap.

Tapi mengingat kondisi Yudha saat itu, bahkan dengan kabar yang sampai ke telinganya bahwa Yudha tidak akan membaik, membuatnya mempertimbangkan niat Putra. Yudha mungkin memiliki banyak hal yang dia senangi, kecuali kondisinya kakinya saat itu. Karena itu lah, demi membuat Yara terikat kepada Putra dan segera melepaskan Yudha dari hati putrinya itu, pertunangan pun dipaksa berlangsung.

Meski dipandang buruk sebagai orang tua, tapi ayah Yara merasa yakin dirinya selalu mampu memberikan hal terbaik untuk anak-anaknya termasuk Yara. Namun dia tidak menyangka bahwa keputusannya akan berakhir membuat putrinya menderita. Kalau saja dia bersabar menunggu Yudha sembuh dan tidak terlarut dengan kabar yang didengarnya tentang kemungkinan buruk kondisi pria itu, putrinya mungkin tidak akan menderita seperti sekarang.

"Apa?"

"Saya baru saja bertanya kepada Paman. Kenapa anda hanya memiliki satu istri?" ulang Yudha tanpa ragu. Dia bahkan tampak tak perduli dengan kebingungan yang terlihat di wajah tua ayah kandung temannya itu. "Padahal dulu anda memiliki kesempatan untuk menikah lagi."

"Kamu baru saja menuduh saya pernah berselingkuh?"

Ayah Yara kini tampak tersinggung. Entah apa saja yang dibicarakan putrinya itu perihal keluarga mereka pada teman-temannya diluar sana. Namun mendengar pertanyaan Yudha yang terlihat seperti mengetahui masa lalunya, ayah Yara kembali merasa gagal dalam mendidik anak.

"Saya tidak mengatakan anda berselingkuh. Saya tau Paman orang yang baik. Saya juga tau kalau anda dulu memiliki kisah yang kurang lebih sama seperti saya. Jadi saya ingin tau, kenapa pada akhirnya anda tidak jadi menikahi wanita itu."

Dulu Yara pernah bercerita pada mereka bertiga. Tentang kehadiran seorang wanita, rekan kerja ayahnya yang sempat mengguncang ketenangan pernikahan kedua orang tuanya. Karena itu Yudha sedikit menyinggung masa lalu. Sebab orang tua Yara baru saja memintanya untuk menerima Yara dalam hidupnya. Dia ingin menyadarkan pasangan suami istri ini bahwa memutuskan untuk poligami tidak semudah cara pengucapannya. Bahkan mereka sudah lebih dulu ada diposisi ini.

"Saya sudah cukup kesulitan untuk membiayai keluarga sebab pekerjaan saya dulu tidak sebaik sekarang. Jadi saya tidak ingin membawa orang lain masuk kedalam hidup kami dan membuat situasi semakin sulit. Saya takut gagal."

Yudha mengangguk pelan sebelum melirik ibu Yara yang terlihat tidak nyaman. "Jadi apa hanya karena masalah itu?"

"Dia meyakinkan saya pasti bisa bersikap adil. Istri saya juga menerima dan mempercayakan keputusan pada saya. Namun sayangnya saya tetap tidak yakin akan mampu saat itu," jawab ayah Yara lugas. "Tapi apa ada hubungannya pertanyaanmu dengan permintaan Paman tadi, Yudha?"

"Tentu ada, Paman. Karena pengalaman selalu menjadi guru terbaik. Meskipun bukan pengalaman diri sendiri," jawab Yudha penuh keyakinan. "Jika saat itu anda sudah memegang jabatan sekarang dan mampu berlaku adil, apa anda akan tetap menikahinya?"

Hold You in My HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang