Bagian 22

12.2K 1K 131
                                    

Up, nggak? Up, nggak?

Jadinya up aja deh,, mumpung masih suasana liburan panjang 😂😂😂

Jangan tagih double up yee,,, hahaha

Yukk lah, nggak mau banyak bacot,, Langsung aja lihat serangan Mas Yudha 🤭

Selamat baca 🤗

~~~

Punggung Ditya melurus, kepalanya terangkat ketika seorang pria mendekati perempuan yang menjadi pusat perhatiannya sejak lebih dari setengah jam yang lalu. Dia bersiap-siap mendekat dan memukuli pria itu jika berani mengusik bahkan sampai melecehkan temannya yang mungkin sudah setengah mabuk. Tapi ketika pria yang sudah tak terlihat muda itu lebih dulu beranjak setelah mendapatkan dorongan dari sang perempuan, Ditya mulai menyamankan kembali posisi duduknya. Menyandarkan punggungnya sebelum meraih segelas minuman.

Ditya hanya melirik singkat ketika seorang perempuan lewat dihadapannya dengan langkah pelan dan pinggul yang berlenggak-lenggok. Gaun berwarna hitam ketat dengan bagian atas dada yang terbuka hingga menyembulkan payudara besarnya. Kaki jenjang yang mempesona hingga paha putih mulus yang sepertinya tanpa cela itu pun sengaja diperlihatkan untuk menarik perhatian.

Sejak Ditya duduk disini, sudah tiga kali perempuan itu berjalan didepannya. Dan ketika sampai di dekat teman-temannya, perempuan itu langsung tersenyum sambil melirik-lirik ke arahnya. Tanpa perlu bertransformasi menjadi bajingan sejati, Ditya jelas tahu perempuan itu sengaja mengundangnya untuk mendekat.

Sayangnya Ditya hanya tertarik untuk memandangi tubuh seksi itu saat sang perempuan lewat, tidak untuk berkenalan apalagi menjadi teman tidur untuk satu malam. Klub malam dengan musik yang berdentum keras, lautan manusia yang berdansa di dance floor serta berbagai jenis minuman alkohol bukan tempat yang tepat untuk mencari perempuan yang bisa dijadikan pacar apalagi istri.

Karena Ditya mulai bertekad bahwa dia harus meniru langkah Yudha. Tertarik dengan perempuan baik-baik, menyelidiki latar belakang, lalu menggunakan kesempatan yang kebetulan ada untuk mengikat sang perempuan ke dalam hubungan pernikahan. Halal untuk dicintai, diperhatikan, dicium hingga halal untuk diajak bereproduksi.

Mengingat itu lagi, Ditya ingin mengatakan kalau Yudha adalah bajingan yang beruntung. Sikapnya selama ini dibalas Tuhan dengan kedatangan teman hidup dalam bentuk seorang Anindia Puspita. Balasan yang setimpal memang. Tapi kenyataan itu juga yang menjadi penyebab Yara berakhir menyedihkan seperti sekarang.

Seseorang yang duduk disebelahnya disertai dengan sentuhan di bahunya membuat Ditya menoleh. Putra sudah datang dengan wajah yang terlihat kesal. Namun juga ada kepanikan besar yang terlihat di mata itu. Ekspresi Putra jelas berbeda dengan yang terakhir kali. Saat dimana momen seperti ini pernah terjadi beberapa bulan yang lalu. Meski didepan orang lain pria itu terlihat membenci Yara, tapi sebagai sesama pria, Ditya tahu Putra mencintai Yara.

"Dimana dia?" tanya Putra tanpa basa-basi. Tangannya menyugar rambutnya yang sedikit panjang ke belakang. Buru-buru kesini membuatnya tidak sadar kalau penampilannya cukup berantakan.

Ditya menunjuk ke arah perempuan yang sejak tadi menjadi pusat perhatiannya dengan menggunakan dagu. Dia langsung menahan lengan Putra yang sudah mengangkat tubuhnya dan terlihat tak sabar untuk mendekati Yara. "Jangan mengganggunya dulu."

Putra menarik lepas tangannya sebelum sepenuhnya berdiri. Dia tidak mau mendengarkan Ditya karena Yara tidak boleh dibiarkan seperti itu. "Aku yakin dia sudah mabuk."

Hold You in My HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang