Bagian 32

11.3K 993 75
                                    

Semoga bagian ini sudah menjawab kekesalan teman-teman dibagian sebelumnya yaaa 😅😅😅

Yudha itu orang baik....
Kalau nikah dengan Yara pun, pasti karena kebaikan hatinya itu kan?
Wkwkwkwk
🙈

Selamat baca 🤗

~~~

Ketika memutuskan untuk menerima Yudha, berarti Anin harus siap dengan segala konsekuensi yang ada. Masa lalu, masa sekarang dan masa depan yang direncanakan Yudha. Mengingat Yudha hanyalah orang asing yang datang tiba-tiba dalam hidupnya dan mengajaknya menikah, Anin tidak sepenuhnya mengenal pria itu.

Kondisi Yudha yang saat itu dia tahu tak bisa berjalan dan peringatan ayahnya tentang lingkungan keluarga Gunawan yang tidak harmonis, Anin menerimanya begitu saja. Karena Anin berpikir dua hal itu bukan sesuatu yang harus diwaspadainya.

Namun ternyata kehidupan Yudha terasa jauh lebih pelik dibandingkan dengan yang Anin pikirkan dilihat dari segi masa lalu. Dan menurut Anin, yang paling mengganggu diantara semuanya adalah keberadaan Yara dan hubungan pertemanan ini.

Berulang kali Yudha menyebut dan meyakinkannya bahwa Yara adalah temannya dan tidak akan pernah lebih dari itu, namun sikap yang ditunjukkan Yudha sekarang seperti mengartikan lain. Entah ini hanya karena rasa iri melihat begitu banyak orang yang perduli pada Yara atau tidak, tetap saja Anin merasa dirinya tidak baik-baik saja. Terutama mendengar dan melihat Yudha sekarang, Anin merasa tidak nyaman.

Sejujurnya Anin salut dengan pertemanan mereka berempat. Yudha, Ditya, Fadiel dan Yara, mereka berempat terlihat saling perduli satu sama lain, meskipun cara yang mereka tunjukkan berbeda-beda. Ketika melihat Ditya yang emosi setelah tahu temannya dilukai, Fadiel yang sedikit kesal karena ada hal yang ternyata tidak diketahuinya tentang Yara dan Yudha yang terlihat tenang tapi aura dan apa yang dikatakannya terasa mencekam, Anin memikirkan satu hal. Bahwa Yara yang selama ini memupuk dan merawat pertemanannya dengan ketiga pria itu mendapatkan hasil yang sepadan dengan kerja kerasnya.

Ditya dan Fadiel boleh terlalu protektif pada Yara. Keduanya juga boleh bersikap berlebihan, jauh dari yang keduanya tampakkan tadi pun tidak apa-apa. Anin tidak akan peduli. Tapi itu tidak boleh berlaku kepada Yudha. Karena sejujurnya Anin merasa posisinya jauh berada dibawah Yara dalam kehidupan suaminya itu jika berada dalam situasi sekarang.

"Kalau begitu kau bisa melepaskan Yara."

Anin menatap Yudha dengan pandangan nanar. Jawaban Yudha tentu sangat mengejutkan dirinya. Tapi suami yang ditatapnya itu kini sedang memandang lurus kepada Putra. Yudha menanggapi tantangan Putra seolah-olah pria itu yakin akan menang.

Hati Anin seketika berdenyut sakit. Apa suaminya itu lupa dengan keberadaan dirinya disini yang sudah pasti ikut mendengar apa yang dikatakannya? Apa pria itu lupa dengan janji yang diucapkannya dulu?

Liara ternyata benar. Harusnya Anin menahan untuk tidak terjatuh pada Yudha sebelum memastikan perasaan Yudha yang sebenarnya. Harusnya dia bisa mengendalikan dirinya lebih kuat lagi.

Apakah masih terlambat untuk menyesal sekarang? Anin bahkan tidak tahu jawabannya.

Ditya dan Fadiel yang juga mendengar itu pun melongo. Keduanya memandang Yudha seolah-olah pria itu sedang kehilangan kewarasannya. Sementara Rima kini menggerakkan tangannya ke lengan Anin. Mengelus lembut lengan itu untuk menyalurkan kekuatan. Rima jelas tahu apa yang Anin rasakan sekarang.

Rima yakin bahwa Yudha tidak akan bertindak gegabah, meski dia tidak bisa mengatakan apapun untuk menghentikan Yudha ataupun menenangkan Anin. Seperti ada lem super yang melekatkan kedua bibirnya sehingga tak bisa dibuka.

Hold You in My HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang