EXTRA PART: RAFA DAN ZOYA

98 3 0
                                    

Happy reading ❣️

Siang ini Zoya tengah duduk disebuah tempat makan yang menjadi salah satu tempat favorite nya, tempat makan ini berada dekat dengan kampus nya jadi jika ia lapar ia bisa langsung datang ke sini.

Apa kalian tahu apa yang Zoya makan? Mie ayam? Benar.

Sebelumnya Zoya sudah mengajak Syifa dan Jihan untuk makan bersama, namun kedua sahabatnya itu tidak bisa, mereka ada kelas siang ini.

Jadi lah Zoya sendirian disini, makan sambil menatap ke depan tanpa tujuan.

Tempat ini juga mengingatkannya tentang kejadian beberapa waktu lalu, saat ia pertama kali bertemu dengan seseorang yang menerornya yang ternyata adalah kakak laki-laki Syifa. Ia sempat melarikan diri dari pria itu dan bersembunyi disini bersama Rafa.

Ngomong-ngomong Zoya tak pernah lagi mendengar kabar lelaki itu, terakhir saat Rafa menghubungi nya dan berniat untuk mengawasinya.

"Apa jangan-jangan dia juga masuk ke toko itu dan ketangkep sama salah satu perampoknya?" Ujar Zoya bermonolog.

"DOR!!"

"Allahu Akbar.." pekik Zoya terkejut bukan main.

Ia melihat ke arah pelaku yang baru saja mengejutkannya itu. Wah kebetulan sekali, pikirnya. Ia melihat Rafa tengah menatapnya dengan senyum jahil.

"Bisa nggak, nggak usah ngagetin?" Ujar Zoya menatap Rafa datar.

Rafa tertawa kecil seraya menggaruk tengkuknya, kemudian duduk berhadapan dengan Zoya.

"Ya habisnya lo ngelamun. Mana sendirian lagi disini, awas kesambet lo!" Ujar Rafa seraya menunjuk ke arah wajah Zoya.

"Eh lo kemana aja? Kok nggak pernah keliatan?" Tanya Zoya pada Rafa.

"Di rumah orang tua gue." Ujar Rafa membuat Zoya mengerutkan dahi nya.

"Rumah orang tua lo? Bukannya lo tinggal di apartemen Deket sini ya?" Tanya Zoya bingung.

"Eh tapi tunggu, sebelum lo jawab pertanyaan gue yang itu, jawab dulu kenapa lo ngilang beberapa hari lalu? Katanya lo mau ngejagain gue." Ujar Zoya yang tiba tiba membuat wajah Rafa murung.

"Soal kejadian di toko baju itu, gue turut berdukacita ya zo." Ujar Rafa pelan.

Zoya yang sebelumnya menunjukkan raut wajah penasaran kini menunjukkan raut wajah sedih. Hal itu sontak membuat Rafa merasa bersalah, karena ia tahu pasti ucapannya itu mengingatkan Zoya pada kejadian di toko baju itu.

"Makasih ya." Ujar Zoya pelan, terlihat air mata menggenang di pelupuk matanya.

Memang kejadian itu sudah berlalu selama beberapa bulan, namun ingatan itu masih membekas di kepala nya. Ia tidak bisa melupakan itu, memori itu terus berputar di kepala nya.

Setetes air mata jatuh membasahi pipi Zoya, hal itu sontak membuat Rafa terkejut. Hatinya bergetar ketika melihat Zoya menangis, ia tidak tega.

"Seandainya bisa, gue bakal kasih pundak gue ini buat lo zo. Gue tau ini berat banget buat lo, gue harap gue bisa bantu lo." Batin Rafa.

Sejujurnya Rafa masih mencintai Zoya, beberapa waktu lalu ia berusaha untuk melupakan Zoya secara bertahap. Ia hampir berhasil, bahkan hati nya tak lagi merasa sesak ketika mengingat Zoya.

Namun, setelah mengetahui kabar bahwa abrisam meninggal karena tewas tertembak di toko baju itu. Entah kenapa rasa itu tiba-tiba kembali muncul, rasa ingin untuk memiliki Zoya kembali, seakan usahanya untuk melupakan Zoya selama ini sia-sia.

"Sorry sorry, gue kebawa perasaan." Ujar Zoya seraya mengusap air matanya.

Rafa tersenyum kecil "gapapa, gue ngerti." Ujarnya.

A untuk Z (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang