Dari 28 orang yang statusnya udah pekerja tetap, cuma ada tiga orang yang terpilih buat dipindah ke cabang yang baru. Dan satu diantara tiga orang itu, adalah aku yang statusnya masih part timer.
Banyak yang ngiri denganku tentu saja. Apalagi, aku ini kan statusnya cuma part timer yang ngisi posisi steward alias tukang cuci piring.
Tapi diam-diam, aku menemui Bu Nanis untuk mengatakan bahwa aku menolak kepindahanku.
Tak kusangka, Bu Nanis malah meradang. Dia sampai melotot, bahkan menggebrak meja.
"Seiring kamu pindah, status kamu pun sudah berubah menjadi pegawai tetap! Dan gajimu disana pun, empat kali lipat dari gaji kamu disini!"
"Gak papa, bu. Seumur hidup saya jadi part time juga gak papa. Karena aku udah betah disini."
Bu Nanis duduk dalam diam. Sementara, jemari tangannya terlihat sedang mengetik cepat di hapenya.
"Apa alasan kamu gak mau pindah?"
"Karena aku udah betah disini."
"Pak Oliver bilang, kalau kamu akan disediakan tempat tinggal gratis selama satu tahun, pilihan libur pada akhir pekan, dan --- tunjangan hari raya, sebesar dua kali gaji pokok."
"Itu ---"
"Aaaa...!" Bu Nanis menatapku galak. Dia memperlihatkan layar hapenya, sambil menunjuk-nunjuk. "Ini semua perintah Pak Oliver. Kamu tahu kan, dia siapa?"
Memang, apa yang terjadi padaku ini semuanya karena pria bermata sipit itu. Aku gak akan mungkin bisa kenal Mas Rio, dan tinggal selama dua tahun bersama dengan keluarga kecilnya itu.
Hanya saja...
"Kalau kamu ada masalah, katakan saja." nada bicara Bu Nanis melunak. "Tidak ada pegawai seberuntung kamu disini."
"Baiklah." ucapku lesu.
"Semangat ya, Vano. Saya yakin, pasti kamu bisa menjadi orang sukses nantinya..!"
"Terima kasih, bu."
Semua teman-temanku di area dishwasher, langsung memberikan selamat atas kepindahanku. Aku bisa merasakan, bahwa mereka mengatakan itu dengan hati yang tulus dan ikhlas.
Di sela-sela aku yang lagi membersihkan meja stainless di kitchen, hape di saku celanaku bergetar. Notif WA dari nomer cantik, yang kupastikan kalau nomer itu pasti sangatlah mahal harganya.
'Temui saya di Fox Cafe, jam 13.00. Jangan telat dan datang sendiri..!'
Akupun langsung membalasnya. 'Ini siapa?'
'Oliver'
'Oliver siapa...?'
'Demi Tuhan, kesabaran saya hampir habis..!'Tanganku lemas seketika. Aku tidak punya teman sekolah yang namanya Oliver. Di kampus pun, gak ada satupun temanku yang namanya seperti orang barat itu.
Cuma, kenapa aku bisa bodoh sekali, sampai-sampai aku gak inget kalau Oliver itu adalah nama owner alias pemilik Lunar Cafe dan Resto...!?
![](https://img.wattpad.com/cover/248240979-288-k658947.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
-VANO-
Teen FictionHai, namaku Alvino. Dan ini adalah kisahku... :) FYI : Cerita ini bersifat fiktif. Semua nama tokoh, tempat, waktu, kejadian, serta organisasi merupakan imajinasi penulis.