26

380 47 1
                                    

Aku dan David, sama-sama tidur terlentang menatap langit-langit kamar. Nafas kami berdua belum stabil, dan keringat masih mengalir deras membanjiri sekujur tubuh kami berdua.

"Ke kampus, cukup jalan kaki ya Dav."

"Bisa. Tapi gue gak akan ngebiarin lo jalan kaki sendirian." David memelukku. Mencium bibirku lembut.

"Apa aku jadi driver ojol juga ya, Dav?"

"Jangan, Van."

"Kenapa?"

"Lo masih punya tabungan, kan?"

Aku mengangguk. "Seenggaknya, aku masih punya simpenan buat bayaran sampai beberapa semester."

"Kalo buat makan, gue usahain selalu ada."

"Tapi David, kamu kan masih punya nenek sama adik."

David memencet hidungku. "Laper nih, kita cari makan gimana?"

"Hmmm --- aku males keluar."

"Yaudah, gue aja yang keluar."

Aku naik ke atas tubuhnya David. "Nanti aja ya.."

"Katanya mau istirahat dulu?"

Aku masukkin kontolnya David yang masih ereksi ke dalam lobangku lagi.

"Tckckck..." David sampai geleng-geleng. "Gue udah keluar dua kali, sementara lo belom sama sekali.."

"Hheehee..."

Tok.. Tok..

"Kita bukain gak, Dav?"

"Gak usahlah. Gue udah terlanjur ON lagi nih..."

Tok.. Tok..

"Permisi, mas."

Plop.

Mau gak mau, aku turun dari tubuhnya David. Padahal, aku juga lagi enak-enaknya ngerasain kontol David yang lagi menghantam prostatku.

Cklek.

"Ehh, iya pak."

"Ini, mau pasang tv dulu."

Untungnya David juga udah berpakaian lengkap lagi. "Dikirain gak ada TV, pak."

"Ada, mas. Tenang aja." kata si bapak penjaga kosan. "AC-nya gak dinyalain?"

Aku sama David mesem aja. Bagi kita berdua, udara panas malah membuat permainan seks kita berdua makin panas dan menggairahkan.

Apalagi, saat posisi David ada di atas. Dia menggenjotku dengan birahi meluap, dan keringatnya yang terus menetes turun, menuju wajah dan mulutku.

"Kalau siang-siang begini, koneksi wifinya lancar. Tapi kalau malam, lelet banget. Mungkin karena yang ngekos kebanyakkan anak kampus."

"Gitu ya, pak..."

"Kalau malam, jendelanya dibuka saja. Anginnya lebih sejuk. Hati-hati juga kalau ngerokok. Puntungnya jangan dibuang sembarangan."

"Siap, pak."

TV LED berukuran 24 inchi, selesai dipasang. David tiba-tiba memelukku dari belakang.

"Mau dibeliin apa?"

"Terserah kamu aja."

David menjilati leherku. "Gue beli makan dulu."

"Uangnya, Dav."

David langsung menutup pintu. Dia menurui anak tangga, dan langsung keluar dengan berjalan kaki.

Tadi, aku sudah WA koko. Aku memberitahu, kalo aku mungkin gak akan masuk kerja selama beberapa hari. Setelah itu, aku keluarin sim card dari hapeku, dan aku reset pabrik hapeku, agar semua aplikasi sosial media, dan chat terhapus dari hapeku.

-VANO-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang