"Azka itu anaknya emang gak bisa diatur. Sama semua guru di sekolah, dia melawan. Termasuk Arul."
Aku ngeliatin Mas Rendra sambil menahan air liur. Bisa-bisanya dia ngambil rumput di siang bolong gini gak pakai baju. Otomatis itu badannya jadi mengkilat, karena keringat yang membanjirinya.
"Dia pernah mau mencelakai Arul. Cuma, saat itu mas gak sengaja lewat dan masih sempat nolongin Arul."
"Dan sejak itu, benih-benih cinta kalian pun tumbuh?"
Mas Rendra mengepit leherku di ketiak kanannya. Dia pun menjitak kepalaku. "Jangan sok tahu!"
"Mas..."
"Apa?"
"Kok, Mas Rendra keringetan banyak gitu tapi gak asem sih?"
"Iya dong. Memangnya kamu!"
"Aku juga gak asem, mas!"
"Kamu tuh asem dan kecut." Mas Rendra malah mencium leherku. "Tapi mas malah suka."
"Batal puasanya!!! Aku bilangin kakek nih...!"
Setelah dirasa cukup, aku sama Mas Rendra pun keluar dari hutan sambil membawa kayu bakar.
Sebenarnya di rumah nenek itu ada kompor gas, juga. Tapi kata Mas Rendra, masakkan nenek itu lezat karena masaknya pakai kayu bakar.
Saat sedang melintasi sungai, lagi-lagi aku merasa seperti ada yang sedang memperhatikanku.
"Dek...!"
"Ehhh, tungguin mas!"
"Jangan bengong. Bahaya."
"Dari waktu aku main disini sama yang lain, aku ngerasa kayak ada yang ngeliatin, mas."
"Mangkanya kamu jangan bengong."
"Mas, nanti buka sama apa ya?"
"Kan kamu sendiri yang minta dibuatin sayur lodeh, teri kacang, sama sambel?"
"Ohh iya, ya. Aku lupa."
"Kalau mas sih, maunya berbuka sama yang legit."
"Lapis legit? Ihh, aku juga suka banget tuh."
"Bukan lapis legit, Alvin. Tapi --- sesuatu yang bisa meremas, hangat, sempit, dan ---"
"Lagi puasa, Mas Rendra!!"
"Kamu mau juga kan, berbuka sama yang segar-segar?"
"Hheehe, mau dong."
"Punyaku sama Arul, enakkan mana dek?"
"Mas Rendra kemana-mana."
"Makasih, dedek sayang..."
"Azka...!!"
Loh, itu kan Adin sama yang lainnya?
"Pada mau kemana?"
"Ngabuburit!" teriak Samsul.
Entah kenapa, aku jadi berfikiran yang enggak-enggak tentang mereka.
"Sana kalau mau ikut."
"Enggak ah, mas. Aku mau tidur aja."
"Sekalian minta peluk, kan?"
Mumpung aku ketemu sama mereka, aku ajak aja sekalian buat bukber nanti sore di rumahnya kakek.
"Oke, Ka! Kita pasti dateng!" Adin semangat banget.
"Jangan yang aneh-aneh. Kan kita lagi puasa."
"Haha! Siap, boskuh...!"
KAMU SEDANG MEMBACA
-VANO-
Teen FictionHai, namaku Alvino. Dan ini adalah kisahku... :) FYI : Cerita ini bersifat fiktif. Semua nama tokoh, tempat, waktu, kejadian, serta organisasi merupakan imajinasi penulis.