37

347 45 1
                                    

"Eerrrnngghhhh...!"

Aku menggeliat, sambil menatap sosok pria paling menyebalkan yang pernah kukenal dalam kehidupanku.

"Jangan komentar!" aku menunjuk padanya.

"Kenapa anda terlihat sangat menyedihkan sekali?"

Aku lantas duduk, masih dengan perasaan dongkol. "Kukira, kamu adalah satu-satunya pria yang paling gagah, macho, dan keren! Tapi ternyata --- kamu masih kalah sama David!"

Di dalam mobil yang sempit ini, dia memaksaku untuk melepas kaos yang masih melekat di tubuhku.

"Kulit anda kering dan kasar. Rambut anda kotor. Pori-pori wajah anda juga besar. Dan ---" dia mengendusku seperti anjing. "Anda sangat bau."

"Kamu gak akan pernah tahu! Ini adalah bau kejantanan! Bau pria sejati yang pantang menyerah pada keadaan..!"

Dia mengacuhkan. Dia tetap saja membasuhku dengan tisu basah, meski aku sudah meludahi wajahnya.

"Kamu gak marah?"

Emilio mengambilkan kaos lain untukku. "Anda lupa, kalau anda pernah mengencingi saya?"

"Tapi kamu duluan yang minta!"

Sekarang dia menyemprotku dengan parfum anti bakteri. Aku heran, kenapa parfum dengan bau menjijikkan ini harganya bisa sampai tiga puluh juta..?

"Saya memang telah lancang. Tapi saya harus berterima kasih. Karena berkat sperma dan air seni anda, wajah saya bisa tetap awet muda."

"Berani kamu memaanfaatkanku..?!"

"Silahkan dikumur, tuan muda."

Aku berkumur dengan cairan mouthwash, yang rasanya pahit dan getir seperti air kencing kuda..!

Lihat saja sibodoh ini, sekarang dia sedang menggunting kuku jariku dengan ekspresi wajah idiotnya yang seperti keledai itu.

Aku rebahkan kepalaku di atas pahanya. "Apa yang dilakukannya selama aku gak ada?"

"Tidak ada."

"Heeii, jangan bilang kalau kamu ngeseks dengannya..!"

"Kondisi Tuan Vano, tidak stabil. Kadang dia bisa berjalan-jalan seharian. Kadang, dia hanya berbaring di kasurnya.

Aku merubah posisi. Menghadapkan wajahku ke arah selangkangannya. Kuturunkan reseleting celananya, dan kusingkap celana dalamnya.

Emilio itu sudah paham. Tanpa perlu kuperintah, dia langsung mengerti kalau aku ingin segera mengemut kontolnya.

"Aku sudah berhasil menemukan mereka."

"Maksud anda --- orang tua kandung Tuan Vano?"

Aku kembali menghisap kontol Emilio. Kurasakan precumnya yang asin, sudah membanjiri lidahku. Mungkin, orang ini sudah menahan nafsunya selama aku melarikan diri.

"Mereka itu sangat aneh."

"Maksud anda?"

"Ayahnya ternyata sudah menikah lagi."

"Bukannya itu bagus?"

"Menikahnya dengan pria, bodoh!"

"Apakah dia baik?"

Aku gigit kontolnya Emilio, sampai dia meringis menahan kesakitan.

"Maaf, tuan muda."

"Ibunya juga sudah menikah."

"Apa dengan wanita?"

"Kenapa sekarang kamu jadi kurang ajar..?!"

"Maafkan saya, tuan muda. Saya terlalu terbawa suasana."

-VANO-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang