8

521 61 0
                                    

Pagi-pagi banget, Mas Rio udah gedebukkan. Tapi aku kebangun bukan karena suara gaduhnya itu. Melainkan, saat dia mencium pipiku, dan nyaris mengenai bibirku.

"Kamu juga dapet WA dari koko cipit, kan?"

Aku raih hapeku yang masih dalam keadaan kecolok chargeran. Gak ada WA dari siapapun yang masuk.

"Ada gak, dek?"

"Gak ada, mas."

"Kalo gitu, aku berangkat dulu. Kalo misalnya mau pergi kemana, kabarin aku. Oke..!?"

Aneh banget. Kalo Mas Rio aja disuruh dateng ke Lunar, kenapa aku enggak ya?

"Mas Ri ---" Pas aku mau nyusul, Kak Gavin juga pas keluar dari kamarnya.

"Kamu belum siap? Ditinggal ya sama kakaknya? Mau berangkat bareng? Biar aku tungguin..."

"Justru itu, kak. Aku gak dapet WA dari Pak Oliver."

"Ohhh, gitu ya."

"Mungkin, yang disuruh masuk itu orang-orang yang penting aja, kak."

"Wait ---" Kak Gavin masuk lagi ke kamarnya. Dia kembali dengan tas kresek putih. "Pasti kamu belom sarapan.."

"Kakak, kenapa jadi ngerepotin.."

"Ahh, enggak kok dek."

"Kak, maaf. Panggil Vano aja."

Kak Gavin senyum. Aku terpesona dengan deretan giginya yang putih dan rapih.

"Selama kamu panggil aku 'kakak', maka gak ada larangan kalo aku manggil kamu 'adek.'"

"Hmmm..."

"Aku cabut dulu ya.."

"Oke, kak. Hati-hati."

Kalo misalnya Kak Gavin itu homo, kenapa Kak Gavin gak pilih kosan yang ditempatin sama Mas Agus...?

Hmmm, lama-lama aku jadi curiga sama Mas Agus. Jangan-jangan dia itu yang homo beneran.

Hhihii...

Hapeku berdering nyaring. Panggilan masuk dari...

"Ha ---"

'Susah banget dihubungin, sih...!'

Bukannya susah dihubungin. Aku emang sengaja blokir nomernya, mulai dari awal liburan semesteran kemaren.

'Temenin aku cari hape! Hapeku rusak, kecebur di wc!'

"Nisa, cari hape kemana?"

'Kemana kek! Roxy, Cempaka Mas, Kuningan, atau mana kek...!'

"Kapan?"

'Sekaranglah, Vano! Masa iya, lebaran?!'

"Nisa, sekarang aku ngekos di daerah Kemang."

'Hhhaahh...?! Beneran, Van?! Sharelok pokoknya, gak mau tau!'

"Hmmm, iya-iya."

Dia itu teman kampusku. Namaya Nisa. Orangnya gak lebih tinggi dariku. Penampilannya bisa dibilang feminim banget. Tapi, kalo udah ngomong cablaknya bukan main.

Waktu itu dia pernah coba buat ngerubah penampilannya, dengan memakai hijab. Tapi --- baru setengah hari, dia udah gak tahan katanya.

Yang gerahlah, rambutnya lepeklah, mukanya terasa lebar kayak kerupuk megarlah...

Cuma lima detik, setelah aku sharelok, Nisa langsung bales, kalo dia akan nungguin aku di depan Blok M Plaza.





-VANO-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang