Author POV.
Tranngg...!
Tranngg...!
Tranngg...!
Ini adalah celengan terakhir yang dia pecahkan. Matanya membulat. Dia raih lembaran uang kertas yang berserakkan di sekitar kakinya, dengan ekspresi kepuasaan.
"Hoki banget si Vano. Bisa dapet pasangan homo super tajir." Ucapnya sambil sesekali meneguk bir dengan kadar alkohol 80%, langsung dari botolnya.
"Peduli setanlah! Gua kagak peduli, mau lobang pantat gua perih plus sakit. Yang penting, gua bisa dapetin duit banyak dalam waktu singkat!"
Namanya Azka. Dia memiliki wajah yang begitu mirip dengan Vano. Bukan hanya wajah, tapi bisa dibilang Azka adalah sosok replika Vano, yang memiliki tingkat kemiripan di angka 95%.
"Bangsat!!! Semua duit gua dari celengan ini, jumlahnya ada delapan jutaan...! Fuck men...!"
Drrrttt...
Hapenya Vano bergetar. Panggilan masuk dari David.
"Cih, mau ngapain nih si homo item telepon-telepon..?"
Sejenak Azka berfikir. Dia emang benci banget dengan sosok David. Terlebih, semalam David sudah menyodominya, hingga pantatnya berdarah-darah.
Namun, setelah dia pikir-pikir lagi, dientot itu gak terlalu buruk-buruk amat. Karena setelahnya, dia bisa merasakan sebuah kenikmatan yang sangat aneh.
'Halo sayang, lagi apa?'
"Lagi ngerokok sambil minum." Azka menepuk dahinya. "Maksudnya, aku lagi nonton aja. Kamu kapan pulang?"
'Kayaknya abis maghrib. Kenapa, kamu kangen ya...?'
Azka mau muntah mendengarnya. 'Siapa juga yang gak jijik sama kontol item buluk punya lo itu, hah...?!'
"Iya. Aku pengen dientot lagi."
'Sabar ya... Hheehee...'
"David --- hapeku kan rusak."
'Ohh iya. Nanti kita beli lagi yang baru.'
"Janji ya..?"
'Hmmm, iya.'
"David, aku mau tidur dulu ya. Aku ngantuk dan capek. Soalnya tadi habis beres-beres."
'Love you, sayang...'
Klik.
Azka melempar ponsel Vano, dengan wajah jijik.
"Ternyata masih ada aja, orang yang bisa gua begoin."
Tok.. Tok..
"Siapa lagi...!?"
Tok.. Tok..
"Ya, bentar...!"
Cklek.
"Hai, Van!"
Azka memandang Arfan dengan raut bingung.
"David belom pulang?"
"Lo siapa ya? Pacarnya si item?"
Arfan mengerenyit. "Vano, kamu ---"
"Masuk deh..."
Arfan pun masuk ke dalam apartemennya Vano. Dia agak kaget, melihat puing-puing celengan yang dipecahkan, berserakkan dimana-mana.
"Kamu abis bongkar semuanya?"
"Gua lagi butuh duit. Iseng aja, gua pecahin semua."
"Kamu kalo butuh uang, bilang aja ke aku, Van."
KAMU SEDANG MEMBACA
-VANO-
Teen FictionHai, namaku Alvino. Dan ini adalah kisahku... :) FYI : Cerita ini bersifat fiktif. Semua nama tokoh, tempat, waktu, kejadian, serta organisasi merupakan imajinasi penulis.