29

366 41 0
                                    

"Van, ini gue..."

Cklek.

Kalo itu bukan suara David, aku gak akan mau bukain pintu.

Dia langsung meluk, sambil cium kepalaku. Aroma khas tubuhnya, membuat kontolku berkedut-kedut.

"Masalah gue sama Jason udah clear."

"Beneran, kan?"

David mencubit hidungku. Dia duduk di lantai, dan aku duduk di pangkuannya.

"Tadi, diajakkin gak mau ikut."

"Aku gak mau ketemu sama Mas Rio!"

"Mas Rio juga ngerasa salah sama lo. Tadinya dia maksa mau kesini buat minta maaf. Tapi, bokapnya Jason ngelarang."

"Terus...?"

Sebetulnya, sehabis Arfan dan Nisa pulang, Jason, Om Arfan,  Om Baskara, dan Mas Rio, yang gantian dateng. Tapi, aku gak mau bukain mereka pintu. Jadi, kubiarkan aja mereka berdiri lama di depan kosanku.

Pas David pulang, David mengajak mereka semua untuk bicara di tempat lain.

"Kalo lo gak setuju Mas Rio gabung, dia gak bakalan ikut. Dan tetep kerja di Lunar. Gitu katanya."

"Ya gak bisa, Dav. Mas Rio itu kan, jadi barista udah lama. Sedangkan aku...? Apa...?"

"Bokapnya Jason bawain banyak makanan nih.."

"Aku gak laper."

"Jangan bohong."

"Tapi, kamu juga makan ya?"

"Kalo gue --- lebih milih makan yang ini...!" David mencaplok bibirku. "Apalagi lobang yang gurih itu..!"

"David..."

Aku hanya bisa pasrah dan diam, saat David menjelajah tiap inci tubuhku. Aku juga heran, sebelom ngentot, David itu suka banget ngejilatin lobangku. Apalagi, kerasa banget lidahnya yang sampai menembus ke dalam.

Perutku sudah banjir dengan precum. Padahal, David masih asyik memainkan lidahnya di lobangku.

Kali ini, dia gak mau cepat-cepat memasukkan kontolnya. Tapi sejujurnya, ini malah membuatku tersiksa!

"David, masukkin...!!"

David tak memperdulikan ocehanku. Dia masih asyik menjilati, menghisap, dan menusuk lobangku dengan jarinya.

Aku menggeliat tak tahan. Sampai-sampai aku jambak rambutnya.

"Da --- vid...!!!"

Aku mengejang sambil menutup mata. Pertahananku jebol juga. Spermaku menyembur berkali-kali, bahkan sampai mengenai pipi dan leherku.

David mengulas senyum tipis. Dia menjilati lelehan spermaku, lalu membawanya ke mulutku.

Dia mengajakku naik ke kasur. "Bobo yang nyenyak ya."

"Curang!"

Dia terkekeh. "Gue masih capek. Nanti malem, jangan kaget aja kalo tiba-tiba gue masukkin."

"Udah kebiasaan."





"David --- masukkin yang dalem..."

"Ahhh, iya --- kencengan, David..."

"Gimana? Enakkan sodokkan kontol gue?"

"Jason...?!"

Deghhh...!

Aku terbangun dengan nafas tersengal. Mataku menatap kesekeliling. Gak ada siapapun di kasur ini, selain aku dan --- David...?

-VANO-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang