"Jangan tidur.." David memegang tanganku.
"Enggak."
"Diem aja, kirain tidur."
"Lagi inget-inget yang semalem. Hheehee.."
"Sorry ya, kamar gue sempit dan panas.."
"Tapi enak, Dav."
"Enak apanya?"
Aku terdiam. Kepalaku ini masih inget betul, semalem itu David suka banget ngejilatin leher dan ketiakku. Padahal tubuhku lagi banjir keringet.
"Kok diem?"
"Kapan-kapan, aku nginep lagi ya Dav...?"
"Setiap hari juga boleh."
"Hehehe..."
David nganterin aku sampai Lunar. Kupikir, sebelum subuh aku bisa ngeseks lagi sama dia. Tahunya, tiba-tiba adeknya yang paling kecil nyelonong masuk terus tiduran di atas badannya.
"Makasih ya, Dav."
David tersenyum. "Gue juga makasih. Lobang lo enak banget."
Aku sampai jam 7.30 pagi. Masih kepagian banget emang. Tapi aku sengaja buat dateng pagi, biar gak ada curiga sama aku. Apalagi Mas Rio.
Langkahku terhenti saat mataku melihat motor Mas Rio udah terparkir di sebelah pos satpam. Jantungku seketika berdebar kencang. Gimana kalo misalnya dia lihat, aku dateng gak sama Arfan...?
Lagian, tumben amat sih orang itu datengnya pagi-pagi banget...?
"Frans...?"
"Vano?"
Frans keluar dengan terburu-buru. Penampilannya masih rapih. Cuma, kenapa wajahnya kayak orang panik gitu...?
"Hapeku ketinggalan di kosan. Anterin yuk, Van.."
"Aku taroh tas dulu."
"Gak usah!" Frans menahan tanganku. Kemudian dia menarikku menuju motor matiknya.
"Kamu kok tumben dateng pagi?"
"Aku kan emang pagi, Van. Kamu tuh yang tumben dateng pagi."
"Ohhh iya-iya."
"Kamu gak sama Mas Rio?"
"Kan aku semalem nginep di rumah Arfan."
Berhubung masih pagi, dan aku juga bingung mau ngapain di Lunar, gak ada salahnya kan aku ikut ke kosannya Frans...?
"Tadinya aku mau cari makan, tapi --- dompetku ketinggalan."
Tanganku pura-pura menjulur ke depan. Bukan maksudnya buat peluk dia. Tapi, aku cuma mau mastiin, kalo yang menonjol di saku celananya itu emang hape.
Loh, bukannya tadi dia bilang hapenya yang ketinggalan...? Kenapa sekarang bilangnya malah dompet...?
Kosannya Frans itu gersang banget. Gak ada pohon sama sekali di depannya. Cuma ada beberapa motor dan mobil yang terparkir di depannya.
"Masuk, Van..."
Ternyata kosan Frans itu emang gak luas. Cuma, karena kondisinya rapih dan wangi, jadinya aku nyaman aja disini.
"Disini yang ngekos kebanyakkan om-om muda. Kalo gini hari emang sepi. Tapi kalo malem, berisik banget."
"Iya. Padahal kan, kita mau istirahat."
"Aku maunya pindah, tapi yang agak lebaran."
"Ehh, ini apaan Frans?"
Frans mesem malu-malu. "Aku kalo lagi gabut, suka buat vlog gitu."

KAMU SEDANG MEMBACA
-VANO-
Teen FictionHai, namaku Alvino. Dan ini adalah kisahku... :) FYI : Cerita ini bersifat fiktif. Semua nama tokoh, tempat, waktu, kejadian, serta organisasi merupakan imajinasi penulis.