Plafon kamar kosan itu, kalo aku gak salah kan cor-coran ya. Masuk akal gak sih, kalo misalnya bisa bocor sampai kayak air terjun, cuma gara-gara air toren yang ngeluap...?
Apalagi tadi, aku gak sempet buat ngeliat kondisi kamar. Karena ya itu, tahu-tahu Mas Rio udah ngepacking barang-barang terus sekalian dibawa ke bawah.
"Wahh, sampai kita Van..!"
Jason yang jalan duluan di depan dengan motor vespa kuningnya, emang berhenti di depan sebuah rumah yang pagernya emang tinggi banget.
Tinn...!
Jason membunyikan klaksonnya sekali. Pagar kokoh dan rapat itupun, terbuka dengan otomatis.
"Mas, ini kos-kosan apa rumah?"
"Gak masalah! Yang penting kita gak bakalan ketemu lagi sama Gavin!"
Gavin...?
Di garasi depannya ada --- satu, dua, empat, lima mobil mewah. Ada juga hmmm --- enam motor. Mulai dari vespa, skuter matik, sampai motor sport juga ada.
Ohhh, berarti emang benar kalo rumah ini kosan juga. Soalnya, banyak kendaraan terparkir di halamannya.
"Mas, barang-barang lainnya...?" tanyaku.
"Nanti dianter sama Pak Didin." Jason yang jawab. "Masuk, mas."
Begitu masuk ke ruang tamu, hawanya tuh dingin banget. Entah karena AC, atau karena plafon rumahnya yang tinggi dan ruang tamunya yang luas banget.
Ada dua pria dewasa yang langsung menyambut kedatangan kami berdua. Tentu saja aku masih ingat dengan wajah keduanya.
"Rio gak papa kan? Apa gak ada yang terluka? Atau --- ada barang yang ikut terbakar?"
Tunggu-tunggu. Kok terbakar sih...?
"Alhamdulillah, gak ada om. Cuma lemari sama kasurnya aja yang gosong."
Aku noleh ke Mas Rio. Aku makin gak ngerti disini. Tadi, bilangnya plafon bocor. Kenapa sekarang bilangnya gosong karena kebakar...?
"Di rumah ini, masih banyak kamar kosong. Selama kosan yang kalian tempati masih diperbaiki, kalian bisa tinggal disini."
"Wahh, jadi ngerepotin ya om..?"
"Sama sekali enggak."
Aku jadi salah tingkah, karena kedua orang tuanya Jason yang terus aja memperhatikanku.
"Saya Baskara." kata pria berkulit putih dengan kumis dan brewok tipisnya itu.
"Saya Tian Anggara." kata pria yang berdiri di sebelahnya.
"Jadi, Rio sama Vano kakak adik?" tanya Om Baskara ramah.
"Ayo, silahkan duduk. Jangan sungkan." Sambung Om Tian.
"Pa, aku mau ke belakang dulu."
"Jason, kan ada Vano. Duduk dulu sini."
Jason menoleh sinis. "Aku masih banyak tugas kuliah, pa."
"Emang bener dia temen kampus kamu?" Mas Rio bisik-bisik.
"Iya. Dia itu orangnya nyebelin! Mangkanya, aku blokir aja nomernya!"
"Biasalah, orang kaya. Emang kayak gitu."
"Nanti, Rio sama Vano mau tetap satu kamar atau --- terpisah?" tanya Om Tian.
"Sekamar aja, om. Soalnya adek saya ini masih suka takut, kalo tidur di tempat asing."
"Mas Rio ---"
"Kemaren aja, dia ngompol cuma gara-gara abis nonton film horor.."
KAMU SEDANG MEMBACA
-VANO-
Teen FictionHai, namaku Alvino. Dan ini adalah kisahku... :) FYI : Cerita ini bersifat fiktif. Semua nama tokoh, tempat, waktu, kejadian, serta organisasi merupakan imajinasi penulis.