Author POV.
Tok..
Tok..
Tok..
David yang baru aja selesai mandi, bergegas membukakan pintu. "Wehh Mas Rio, masuk mas."
"Vano-nya mana?"
"Vano?" David keheranan mendengarnya. "Aku kira dia sama mas."
"Tadi dia emang ke apartemenku. Tapi, gak lama."
"Aku juga gak tau, mas. Hapenya aku teleponin gak aktif."
"Hmmm, mungkin dia ke rumahnya Arfan."
"Tapi dompetnya aja ditinggal, mas."
"Yo --- Rio...!"
Rio dan David, sama-sama noleh ke arah sumber suara. Terlihat Reno lari dengan sedikit tergopoh.
"Ini hapenya Vano, kan?"
"Loh, kok bisa?" David makin heran.
"Kamu nemuin dimana, Ren?"
"Tadi aku ketemu sama cleaning service. Dia nemuin ini di lift."
Rio pun memeriksa hape tersebut. "Bener nih, Ren. Ini hape yang aku beliin buat dia. Cuma kok, pecah gini?"
Yang membuat mereka yakin kalau hape itu memang milik Vano adalah, saat hapenya dinyalakan yang pertama muncul adalah foto Vano dan David yang dijadikan wallpaper.
"Coba aku telepon Arfan." Reno pun menelepon adik tirinya. "Arfan, kamu lagi sama Vano?"
'Enggak, mas. Malah ini aku sama mami dan bunda, lagi otw kesana. Emang kenapa, mas?'
"Gak papa."
David yang mendegar penjelasan Arfan, mendadak panik. Dia langsung memakai kaos dan celananya.
"Aku coba cari Vano dulu, mas!"
"Kalau ada kabar, langsung kasih tahu aku!" tutur Rio.
David mencari Vano ke seluruh sudut apartemen. Dia menelesuri setiap lantai, dan tangga darurat. Bahkan basement pun, tak luput dari pencariannya.
Perasaan David makin gak enak. Apalagi, dia teringat kejadian waktu Vano tertidur di depan gedung fitness centre kampus.
Dia menghubungi teman-temannya, barangkali ada yang melihat keberadaan Vano di kampus.
Sampai jam 8 malam, Vano juga belum ditemukan. David sudah mencarinya hingga ke beberapa spot di sekitar apartemen. Dia hampir menyerah.
"Gak ada cara lain..." gumamnya.
David pun mengeluarkan hapenya. Dia terlihat menghubungi seseorang, dan --- disaat itulah, dia mendapat kabar dari Rio, kalau Vano sudah kembali ke apartemennya dengan Jason.
Saat itu juga, David langsung kembali ke apartemennya. Dia tak peduli dengan menaiki satu persatu anak tangga, hingga ke lantai unit apartemennya.
Peluh membanjiri sekujur tubuhnya. Nafasnya tersengal tak beraturan. Tapi dia bersyukur, karena Vano sudah kembali.
"Kamu darimana aja, sih...?" David memeluknya erat. "Kamu bikin aku cemas, tau gak...?!"
"Dia gua temuin lagi jalan kayak orang bego. Jalan sendirian sambil ujan-ujanan." jelas Jason.
"Dimana kamu nemuin dia?"
"Di deket TPU Jeruk Purut."
"Vano kayaknya kedingingan. Buatin teh manis anget aja." ujar Frans.
KAMU SEDANG MEMBACA
-VANO-
Teen FictionHai, namaku Alvino. Dan ini adalah kisahku... :) FYI : Cerita ini bersifat fiktif. Semua nama tokoh, tempat, waktu, kejadian, serta organisasi merupakan imajinasi penulis.