Meskipun lebaran masih dua mingguan lagi, tapi aku udah ngajak kakek dan nenek ke mall buat beli baju koko sama mukena baru. Susahnya minta ampun deh, kalau mau ngajak mereka itu.
Harus aku nangis-nangis sambil sujud-sujud dulu, baru deh kakek sama nenek bersedia aku ajak pergi.
"Kalo kemaleman, kita nginep di hotel aja ya?"
"Jangan..." kakek mengibaskan tangannya. "Daripada kamu membuang uang percuma, lebih baik kamu belikan saja rumput untuk sapi dan kambing di rumah."
"Rumput aku beli sejuta aja, bisa buat sebulan kakek."
Sebetulnya tujuanku ngajak nginep di hotel, supaya aku sama Mas Rendra bisa ngentot-ngentotan lagi tanpa harus dicurigai.
"Nenek, kita kesitu dulu yuk..."
Aku menggandeng nenek, memasuki sebuah toko emas. Bukan seperti toko emas di pasar, yang ada kerangkengnya kayak di penjara itu. Tapi, ini kan toko perhiasan yang ada di mall besar.
Mbak sama mas yang melayani kami pun, seragamnya sangat formal. Bahkan mereka juga memakai sarung tangan putih segala.
"Dulu, kalung sama gelang nenek dijual buat biaya sekolah Azka kan?"
Bibir nenek bergemetar. Matanya berkaca-kaca. Sebetulnya aku tidak ingin membuatnya sedih. Aku hanya ingin membuat kakek dan nenek bahagia malam ini.
"Nenek suka kalung ini?" Aku memakaiakan sebuah kalung emas dengan bandul permata kecil di bagian tengahnya.
"Nenek sudah tua, Alvin."
"Tapi, nenek tetap cantik kok. Iya kan, mbak?"
"Iya, mas."
"Berapa harganya?" tanya kakek.
"Untuk kalung dua puluh juta, dan gelang tiga puluh juta. Tapi, ada diskon khusus 15% ya pak."
"Nenek, kita keluar saja."
"Kakek, mbak itu salah harga!" aku sampai berteriak. "Dua ratus ribu kan, mbak?!" aku berkata sambil memberi kode lewat kedipan mata.
"Ehh -- iya, mas."
"Disini itu, cuma kelihatan aja gaya. Padahal mah, murah-murah disini daripada di pasar."
"Kamu kira kakek bisa kamu bohongin?"
"Enggak, kakek. Beneran kok. Harga disini itu lagi diskon besar-besaran!"
"Kita pulang saja, nek."
"Kakek..."
"Bagaimana, mas?" tanya mbak-mbak itu.
"Mas, tolong kejar kakek sama nenek. Bilang aja aku mau ke wc dulu."
"Kamu gak usah maksain, dek."
"Maksain gimana sih, mas? Aku kan cuma mau beliin hadiah buat nenek."
"Iya, paham. Tapi kan gak perlu sampai yang puluhan juta."
"Udah sana kejar kakek sama nenek!"
"Mas, maaf.."
"Mbak, tolong jangan bawel ya!?" aku sampai melotot. "Yang tadi itu, tolong dibungkus!" ujarku sambil kusodorkan kartu ajaib milik Emilio.
Setelah selesai bertransaksi, aku bergegas menyusul mereka bertiga, yang ternyata lagi duduk-duduk di depan lobi utama.
"Kamu beli KFC sebanyak itu?"
"Sekalian buat sahur, mas. Hhehee.."
"Kamu tidak jadi beli perhiasan tadi kan?" tanya kakek.
KAMU SEDANG MEMBACA
-VANO-
Teen FictionHai, namaku Alvino. Dan ini adalah kisahku... :) FYI : Cerita ini bersifat fiktif. Semua nama tokoh, tempat, waktu, kejadian, serta organisasi merupakan imajinasi penulis.