Aku bohong dengan mengatakan bahwa sekarang aku nginep di rumahnya Arfan. Dan sama Arfan, aku bohong karena aku gak bisa memenuhi janjiku untuk bertemu dengannya di galeri maminya, setelah aku pulang kerja.
Sekarang udah jam 00.45, dan aku masih duduk-duduk kebingungan di halte sendirian.
"Keluar --- arrghhh --- fuckkk...!!!"
Aku menghela pelan. Membayangkan bahwa, aku baru aja melakukan threesome dengan koko dan Kak Gavin.
Aku sama sekali gak tahu, kalo teman yang koko maksud itu adalah Kak Gavin.
Dan selama dua jam penuh, aku harus melayani nafsu keduanya yang sangat liar dan ganas itu.
Mereka bergantian memasukkan batang kontolnya yang tanpa kondom itu, ke dalam lobangku. Dan saat mencapai klimaksnya, mereka kompak mengeluarkan spermanya di wajahku.
Tiinnn...!
Lamunanku buyar seketika. Kuperhatikan sosok yang sedang berada di atas motor matiknya itu.
"Vano...?"
"David?"
"Lo ngapain disini sendirian?"
"Aku --- lagi bosen aja." Dan ini adalah kebohonganku yang kesekian kalinya.
David noleh ke kanan dan kiri. "Tempat ini sepi dan rawan loh, Van."
"Kamu, udah mulai narik lagi?"
David duduk di sebelahku. "Barusan, gue abis nganterin cewek ke club."
"Hmmm..."
David ngeremes tangan kiriku. "Gue anterin balik.."
"Aku, lagi gak mau pulang."
David tetap menarik tanganku, menuju motornya. Dia memakaikanku helmnya. Dan --- aku tidak tahu, dia akan membawaku kemana.
•
•
•
•
•"Masuk, Van."
Ternyata aku dibawa ke sebuah rumah kecil yang bahkan, jalanan di depannya pun hanya muat dilalui oleh motor. Selain itu, antara rumah satu dan rumah lainnya, benar-benar menempel tanpa jarak.
"Sorry ya, rumah gue kayak gini."
Baru masuk ke ruang tamunya aja, aku udah ngerasa gerah dan pengap. Beda banget sama kondisi rumahnya Mas Rio.
Jadi, model ruang tamunya David itu agak memanjang. Ada led ukuran 24 inchi di rak tv, kulkas satu pintu, dan juga sepeda roda tiga.
Ada dua kamar di rumahnya David. Satu kamar, pintunya terbuka sedikit, dan satunya lagi pintunya terbuka lebar.
David mengambilkan sebotol air dingin dari kulkas. Dia juga sempat memberesi mainan milik adek-adeknya yang berserakkan.
"Ke kamar aja, Van."
Aku mengikuti David, masuk ke kamarnya. Lumayan agak panas, tapi untungnya ada kipas yang udah dinyalain sama David.
"Lo laper gak? Nasgor depan kayaknya masih jualan."
"Gak usah, Vid. Makasih."
David membuka jaket ojolnya, kemudian kaosnya. "Lo mau mandi dulu? Biar agak ademan pas tidur nanti.."
"Gak usah, Vid."
"Kalo gerah, lepas aja bajunya."
"Hmmm ---"
David tertawa pelan. "Kalo gak, pake aja baju gue nih..." Dia meminjamkanku kaos lekbong. Cuma masalahnya, kaos ini ukurannya besar, bahkan --- putingku aja sampai keliatan kemana-mana.
KAMU SEDANG MEMBACA
-VANO-
Teen FictionHai, namaku Alvino. Dan ini adalah kisahku... :) FYI : Cerita ini bersifat fiktif. Semua nama tokoh, tempat, waktu, kejadian, serta organisasi merupakan imajinasi penulis.