36

346 43 1
                                    

"Kamu kenapa sih...?"

"David, lebih baik kita jaga jarak dulu."

"Jaga jarak? Tapi kenapa?"

Aku menghela. Duduk di tepi kasur dengan pikiran yang sangat ruwet.

"Sejak pulang tadi, kamu tuh jadi aneh banget."

"David ---" aku tatap matanya. "Aku mau tes VCT."

David terkejut mendengarnya. "Kamu ---"

"Tadi, Jason bilang ke aku. Kalo Frans positif HIV."

"Frans?" Dahi David mengerenyit. Lalu dia menatapku curiga. "Apa kamu ---"

"Aku belom pernah sekalipun berhubungan seks sama Frans."

"Kalo gitu, untuk apa ---"

"Tapi aku, pernah melakukannya dengan Koko Oliver dan Kak Gavin."

Aku tahu David pasti kecewa mendengarnya. Jika aku panik, tentu saja dia juga akan ikutan panik. Sebab, sudah puluhan kali aku dan dia berhubungan badan tanpa pernah mengenakan kondom sekalipun.

David menghela pelan. Senyumnya mengembang tipis. "Jika itu memang mendesak, kita bisa lakukan malam ini juga."

"Dimana, David?"

David mencium bibirku. "Aku gak peduli dengan masa lalumu. Aku juga gak peduli, dengan siapa kamu pernah berhubungan. Satu yang harus kamu tahu, apapun yang terjadi --- kita akan tetap selalu bersama."

"David, bisa kita berangkat sekarang?!"

Jelas pikiranku gak karuan. Kalau Frans positif karena tertular salah satu orang di Lunar, itu artinya aku juga ada kemungkinan bisa tertular.

Sedangkan aku, selain dengan David --- aku juga sudah berhubungan seks dengan Arfan dan Mas Rio.

Aku dibawa David entah kemana. Karena selama perjalanan, aku cuma bisa memeluknya, sambil terus memikirkan kemungkinan terburuk yang akan terjadi nantinya.

Satu jam berlalu, kita berdua sampai di depan sebuah rumah. Rumah yang tidak terlalu besar, namun ada dua mobil yang terparkir di halaman depannya.

David menekan bel. Dia berbicara dengan seseorang melalui interkom. Tak lama, seseorang membukakan pintu pagar.

Sesosok pria tinggi, berwajah tampan, dengan kimononya.

"Mis ---"

"Dokter Glen, kita berdua mau tes VCT sekarang juga!"

Mata pria itu membulat. Aku tidak tahu kenapa ekspresinya aneh seperti itu.

"Masuklah, mis ---"

"Ayo Van, kita masuk!"

Sesosok wanita muda, menyambut kami. Lagi, aku merasakan seperti ada yang aneh dengan wanita itu juga.

Mulai dari tatapan, ekspresi wajah, sampai gesture --- pokoknya mereka berdua seolah seperti sedang menyembunyikan sesuatu.

Pria yang dipanggil Dokter Glen itu mengambil sample darahku dan juga David. Aku tidak tahu, kalau ternyata rumah yang terlihat sederhana dari luar ini, ternyata mempunyai laboratorium super lengkap di bagian bawah tanahnya.

"Hasilnya akan keluar setengah jam lagi."

David menggenggam tanganku. "Kalau ngantuk, kamu bisa istirahat dulu..."

"David, bagaimana kalau hasilnya positif..?"

"Kita tunggu hasilnya."

Wanita muda tadi, membawakan dua cangkir teh hangat.

-VANO-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang