31

356 46 0
                                    

"Van...!! Vano...!!"

Kedua mataku membuka perlahan. Kulihat David yang sedang berjongkok di dekatku, dan beberapa temannya yang lagi berdiri di dekatku.

Aku menguap lebar sambil menggeliat. "Udah selesai?"

"Lo ngapain tidur disini?"

"Disini ---" aku mengedarkan pandangan. Kok aku bisa tidur menyender di salah satu pilar depan ruang olah raga ya..?

"Kasian tuh pacar lo. Udah ngantuk banget dia.."

"Beruntung banget lo men, punya pacar yang setia banget..."

Seketika aku bangkit. "Aku sama David gak pacaran! Beneran kok!"

Salah seorang cowok itu, merangkul David. "Kalo ada lagi yang modelannya kayak gitu, bisalah kenalin."

"Tck. Apaan sih lo!" David nepis tangan temannya itu. "Gue balik duluan!" dia pun menggandeng tanganku menuju motornya.

Kayak-kayaknya aku ngerasa ada yang aneh. Tapi apa ya...?

"Kalo ngantuk kan lo bisa bilang.."

"Iyaa, maaf."

"Gak usah minta maaf. Bukan lo yang salah."

Aku peluk erat tubuh David yang lembab. "Bau asem. Hheeee.." Iseng, tanganku bergeser ke bawah. Sesuai dugaanku, kontolnya itu perlahan mengeras.

Begitu sampai di kosan, aku sudah tidak sabar untuk segera bercumbu dengannya. Namun, David malah menatapku curiga. Dia bahkan sempat mengendus bibirku dan memeriksa beberapa bagian tubuhku.

Meskipun tingkahnya agak aneh, tapi akhirnya dia menggenjotku dengan kekuatan birahinya yang maha dahsyat.

Aku bahkan sampai merasakan sedikit sakit pada lobang pantatku.

"Fiuuhhh..." David menindih punggungku. Jemari tangan kami saling bertautan. "Rasanya gue kayak abis memperkosa anak perawan."

"Kenapa emangnya?"

"Lobang lo sampai berdarah."

"Berdarah..?" Aku kaget mendengarnya. Namun aku tak punya cukup tenaga, karena David yang masih menindihku.

"Tapi enakk..."

"David ---"

"Hmmm..." Dia berguling ke sisiku. Meraih tisu basah, lalu membersihkan kontolnya dan juga lobangku.

"Kok aku bisa ketiduran ya tadi.."

"Entahlah." Dia menarikku ke dalam rengkuhannya. "Mereka itu temen gue. Mereka juga tau, kalo kita tuh lagi --- pacaran." David mencium bibirku.

"Emang, kamu pernah nembak aku?"

"Berkali-kali, kan?"

"Bukan nembak yang itu, maksudnya!"

David membelai pipiku. "Gue kira, kita cuma bisa temenan. Tapi nyatanya --- lo bukan cuma mau jadi temen dari seseorang yang item, dekil, dan jelek kayak gue. Tapi, lo juga mau --- berhubungan sama gue."

Aku duduk bersila. "Kamu gak nyari penumpang?"

Dia menarik, lalu mengacak-ngacak rambutku. "Malem ini, gue cuma mau ngewe sama lo...!!"

"Ternyata makan torpedo itu ngaruh juga ya, buat vitalitas dan stamina.."

"Jelas...!"

Aku baru teringat sesuatu. "David, hapeku mana ya?"

"Hape? Itu?"

"Itu dari Koko Oliver. Maksudku, hape yang dibeliin sama Mas Rio."

"Emang lo taro dimana?"

-VANO-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang