10

544 59 1
                                    

"Mas, bangun!! Belom solat subuh..!!"

Aku gak tahu, semalem Mas Rio masuk kamar jam berapa. Soalnya aku tidur lima menit setelah aku menutup telepon dari Arfan.

"Mandi bareng yuk, mas..."

Kupikir rencanaku ini akan berhasil. Tapi Mas Rio, malah peluk gulingnya, dan ngerubah posisi munggungin aku.

Aku harus cari cara lain. Ibu bilang, manusia tempatnya khilaf dan dosa. Tapi, jangan sampai sebagai orang islam, kita lalai akan sholat lima waktu.

Sebuah ide baru muncul di kepalaku. Ide yang menurutku agak nakal dan jorok.

Kumasukkan tanganku ke dalam kaosnya. Sambil kuelus-elus perutnya, lalu naik ke dadanya, aku berbisik...

"Mas, mau aku coliin gak?"

"Ahhh, enak --- agak keras milinnya, Van..."

Kutarik tanganku, lalu aku tonjok lengannya.

"Sholat dulu sana!"

Mas Rio berbalik. Dia singkirkan gulingnya. Mataku terbelalak, melihat celana pendeknya membentuk sebuah tenda.

"Katanya mau coliin. Mumpung lagi on nih..."

"Udah jam enam, mas. Udah telat tuh subuhnya!"

Bola mata Mas Rio gerak-gerak ke arah bawah. Dia senyum-senyum gak jelas.

"Hehehe..."

"Aku telepon Kak Gavin ya, biar dia yang coliin..."

"Najis!" Mas Rio langsung turun dari kasur. "Jijik aku, sama makhluk homo kayak dia!"

Kubuka tirai dan jendela kamar. Kubiarkan udara pagi yang sejuk, masuk, menggantikan seluruh udara yang terperangkap di kamar ini semalaman tadi.

"Van, kamu udah tukeran nomer hape sama si Gavin..?"  Kepala Mas Rio muncul lagi.

"Sholat dulu, mas."

Ada beberapa gulungan tisu, di bawah kasur sisinya Mas Rio. Bekas apaan tisu dibuang-buang kayak gini...?

Bau ini kan, bau...

"Hayoo, lagi nyiumin apa tuh..?"

"Jangan jorok, mas. Kalo abis pake, langsung dibuang ke tempat sampah."

"Keburu ngantuk. Hhehee.."

Sekilas, aku ngeliat Jason lagi jalan di area kolam renang. Mau ngapain ya dia, pagi-pagi gini...?

"Mending nyium yang masih baru."

Aku noleh ke belakang. "Cepet banget sholatnya, mas."

"Yang penting kan, sholat."

"Mas Rio, hari ini ke Lunar gak?"

"Bebas dong..!" Mas Rio tiba-tiba narik tanganku, hingga kamu berdua jatuh berpelukkan di kasur. "Anak-anak barista pada mau kumpul di Plaza Indonesia. Ikut ya..?"

"Mau ketemuan sama Kak Gavin ya...?"

"Najis!"

Tangan Mas Rio masuk-masuk ke dalam kaosku. "Mana ototnya nih, kok gak ada...?"

"Tuh kan, kalo nyari yang berotot itu ya Kak Gavin!"

"Ngomongin dia lagi, aku sumpel mulut kamu pake kontol!"

"Tinggal aku teriak, biar nanti Mas Rio dibawa ke polisi!" Aku ngelepasin diri darinya. "Mas, nanti mau gak anterin aku?"

"Tumben. Emang mau kemana?"

-VANO-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang