34

346 47 0
                                    

"Aku lagi makan siang sama Mas Reno, Dav --- Sekarang lagi beli beberapa barang dulu --- Hmmm, yaudah sampai ketemu nanti sore..."

Kebetulan David enggak pulang, dan akupun masih ada di luar. Mungkin David agak males juga, harus keluar masuk apartemen. Apalagi, parkiran motornya itu cukup jauh juga dari pintu masuknya.

"Kamu gemukkan ya, Van."

"Eehhh, iya."

Mas Reno lagi meeting sebentar. Jadinya, aku sama Mas Rio tadi sholat dzuhur dulu, terus nungguin dulu dia sampai selesai meetingnya.

"Kamu marah ya?"

"Maaf ya..." Mas Reno muncul dengan langkah tegap.

Aku bergegas bangkit. "Udah selesai meetingnya, mas?"

Mas Reno geleng dengan wajah lesu. "Masih ada beberapa urusan yang belum selesai. Rio, aku bisa minta tolong?"

"Apa, Ren?"

"Ini daftar beberapa barang yang harus dibeli, sama kartu kreditku."

"Owhh, oke."

"Kayaknya kalian naik mobil aja."

"Mas, aku pulang aja ya..!?"

"Kalau bisa jangan, Van. Soalnya, nanti kalian ke rumah buat jenguk Arfan."

"Ahhh --- iya deh kalo gitu."

Kalau bukan karena sekalian mau jenguk Arfan, aku gak akan mau pergi berduaan sama Mas Rio.

"Pelan dong, dek."

"Udah mau hujan!"

Mas Rio menyusulku. Berjalan mundur, sambil menyengir. "Kan kita naik mobil."

"Ohh iya, aku lupa."

"Dasar!" Mas Rio memegang kepalaku.

Dinding pertahananku, rupanya tak sekuat beton. Meski dia cuma memegang kepalaku, akhirnya aku luluh juga.

"Kamu tinggal sama David?"

"Iya. Jangan cemburu ya!"

"Cemburu...?"

"Mas Rio kan enak. Udah enak-enak sama Jason --- sama Frans juga."

"Bisa gak kita bicarain yang lain?"

"Misalnya?"

"Yaa --- apa gitu."

"Resign dari Lunar, gimana tanggepan koko?"

"Biasa aja." Mas Rio melajukan mobil Mas Reno dengan kecepatan sedang. "Si cina itu malah uring-uringan waktu kamu gak masuk beberapa hari, sampai akhirnya kamu duluan resign."

"Pasti aku jadi jelek di mata koko."

"Semua orang kena damprat. Telat semenit aja, langsung potong gaji. Pokoknya kacau."

Aku diem aja. Karena aku gak tahu harus berkomentar apa.

"Aku gak tahu kenapa si sipit itu sampai segitunya. Seolah-olah, kamu tuh kayak orang yang spesial."

"Emang."

"Maksudnya?"

"Sebelum kenal sama Mas Rio, aku udah kenal sama koko. Aku pernah diajak ke apartemennya, dibeliin ini dan itu."

Sekarang gantian Mas Rio yang diem aja.

"Mas Rio pasti gak tahu kan, kalo aku sama koko juga udah pernah ngeseks beberapa kali."

"Hmmm ---"

"Aku juga udah pernah threesome. Sama koko, sama Kak Gavin juga."

"Beneran, dek?!"

-VANO-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang