Jason lagi nyuci mobil sama Mas Rio. Sementara itu, si Java asyik lari-larian di sekitar mereka berdua. Kayaknya, anak kucing itu gak takut sama sekali dengan air.
Sekarang aku mau ke M'Art.A.Fan Gallery. Aku harus minta maaf sama Arfan, karena kemarin aku gak sempat ngasih kabar ke dia.
Cklek.
"Om Baskara? Om Tian?"
Aku kaget, karena pas buka pintu kamar tahu-tahu mereka lagi berdiri di baliknya.
"Udah rapih Van, mau kemana?" tanya Om Tian.
"Aku mau ke gallery maminya Arfan, om."
"Arfan ---" Om Baskara kayak sedang memikirkan sesuatu.
"Sama Jason atau Rio?" tanya Om Tian.
"Sendiri aja, om. Aku gak mau ganggu mereka."
Kami bertiga jalan bersama menuju ruang tamu.
"Apa boleh om tanya sesuatu?" tanya Om Baskara.
Aku mengulas senyum. "Maaf om, malam itu Jason ke kamarku karena Java pup sembarangan. Aku --- sama Jason gak ngapa-ngapain kok."
Meski pada kenyataannya, aku terbangun dalam dekapan Jason, dan kami berdua sama-sama tidak mengenakan baju.
"Orang tuamu..." Om Baskara menatapku lekat.
"Aku hanya punya kakek. Tapi beliau, sudah meninggal sepuluh tahun yang lalu."
"Maaf kalau om lancang, tapi --- apakah orang tuamu juga sudah meninggal?" kini gantian Om Tian yang bicara.
Aku menghela. "Aku gak pernah tahu seperti apa mereka."
"Maksudnya...?"
"Kakek mengadopsiku dari panti asuhan."
"Mau kemana lo, Van?" Jason muncul. Perhatianku terpusat pada leher dan lengannya yang basah dan mengkilat itu. Entah apakah basah itu karena air, keringat, atau bahkan keduanya.
"Mau ngeliat lukisan."
"Jason, kamu mau anter Vano?" tanya Om Tian.
"Emang lo gak bisa sendiri?"
"Bisa."
"Yaudah." Jason balik badan lagi. "Ketemu dia lagi?"
"Enggak. Arfan lagi marah sama aku."
"Ohhh, bagus deh."
Notif hapeku berbunyi. Memberitahu, kalau grab yang aku pesan sudah sampai.
"Aku pergi dulu ya, om."
Kalo begini, aku jadi gak enak sama Om Tian dan Om Baskara. Aku takutnya mereka akan berfikir, kalo aku sama Jason udah melakukan sesuatu pada malam itu.
Tapi, emang aku dan Jason udah melakukannya. Buktinya aja, gimana bisa kita berdua bangun dalam kondisi gak pakai baju...?
"Ehhh, mau janjian sama Gavin ya?"
"Orang mau ngeliat lukisan, Mas Rio."
"Ohhh..., gak bosen apa?"
"Udah ya, aku berangkat dulu."
Mungkin, itu cara yang dilakukan Mas Rio sebagai tanda balas budi karena udah dikasih kamar yang nyaman, dan juga makan tiga kali sehari, dengan lauk pauknya yang mewah.
Mencuci semua mobil dan motor, berdua dengan Jason.
Cuaca ibu kota siang ini agak mendung. Bahkan angin yang berhembus, rasanya cukup dingin. Jarang-jarang kan, Jakarta cuacanya kayak gini.
KAMU SEDANG MEMBACA
-VANO-
Teen FictionHai, namaku Alvino. Dan ini adalah kisahku... :) FYI : Cerita ini bersifat fiktif. Semua nama tokoh, tempat, waktu, kejadian, serta organisasi merupakan imajinasi penulis.